Liputan6.com, Jakarta Kabar mengejutkan datang dari perusahaan penyedia bahan bakar minyak (BBM) Shell Indonesia. Shell dikabarkan akan menutup jaringan SPBU BBM di Indonesia.
Informasi penutupan SPBU Shell terungkap setelah Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas), Moshe Rizal, yang menyatakan bahwa persaingan di sektor ini semakin sulit bagi perusahaan asing, terutama karena dominasi yang dimiliki oleh Pertamina.
Advertisement
"Mayoritas pasar SPBU dikuasai Pertamina. Saya tidak heran kalau Shell kesulitan berkembang. Kompetisi di sini sangat berat," ujar Moshe, dikutip dari Liputan6.com.
Kondisi ini membuat posisi Shell dalam bisnis ritel bahan bakar minyak (BBM) menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan perusahaan milik negara tersebut.
Di samping itu, Shell juga tampaknya sedang mengubah fokus bisnisnya di tingkat global dengan mengalihkan perhatian dari sektor hilir ke sektor hulu.
Berikut fakta menarik Shell:
Dirangkum dari berbagai sumber, Shell plc atau lebih dikenal sebagai Shell, merupakan sebuah perusahaan minyak dan gas perusahaan multinasional Britania Raya. Shell terbentuk karena bergabungnya Royal Dutch Petroleum dan Shell Transport & Trading.
Sejak tahun 2022, Shell memindahkan kantor pusatnya dari Den Haag, Belanda ke berpusat London, Inggris. Dengan ini, nama perusahaan resmi berubah dari "Royal Dutch Shell" menjadi Shell PLC.
Siapa sangka, jika Shell merupakan perusahaan migas terbesar ketujuh di dunia. Jika dilihat dari pendapatannya, Shell merupakan salah satu dari enam perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia.
Fakta lainnya, Shell menjadi salah satu perusahaan paling berharga di dunia. Pada tahun 2013, Shell juga berhasil memuncaki daftar Fortune 500. Saat itu, pendapatan Shell bahkan setara dengan 84 persen PDB Belanda. Dengan kinerja positif tersebut, Shell resmi menjadi perusahaan minyak terbesar kedua di dunia pada 2016 lalu.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Respons Shell Terkait Kabar Tutup Seluruh SPBU di Indonesia
Sebelumnya, Manajemen Shell Indonesia angkat bicara mengenai isu penutupan seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia.
Vice President Corporate Relations Shell Indonesia Susi Hutapea membantah terkait isu penutupan seluruh SPBU Shell di Indonesia. “Informasi yang beredar terkait rencana Shell untuk menutup seluruh SPBU di Indonesia tidak benar. Kami tidak dapat berkomentar atas spekulasi yang terjadi di pasar,” ujar dia lewat keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Minggu (24/11/2024).
Ia mengatakan, Shell Indonesia tetap fokus melayani pelanggan. “Shell Indonesia tetap fokus pada kegiatan operasi SPBU untuk para pelanggan kami,” kata Susi.
Sebelumnya, Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) telah menjaring kabar, soal rencana Shell Indonesia yang dikabarkan bakal menutup seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) miliknya di Indonesia.
Ketua Komite Investasi Aspermigas Moshe Rizal mengaku tak heran mendengar desas-desus tersebut. Lantaran, ia menilai jaringan ritel penyaluran produk BBM di SPBU Indonesia saat ini sudah sangat dikuasai oleh Pertamina.
"Kalau di Indonesia terlihat jelas, saya enggak heran kalau dia mau tutup bisnis SPBU-nya di Indonesia. Karena kita lihat sendiri, mayoritas dari SPBU itu dikelola atau di bawah Pertamina. Jadi untuk mereka bersaing itu sulit," ujarnya kepada Liputan6.com.
Sedikit kilas balik, Moshe menceritakan, Shell sempat berjaya di bisnis jaringan ritel Tanah Air saat produk BBM miliknya punya nilai tambah lebih dibanding Pertamina dan perusahaan sejenis lain.
Namun, ketika perusahaan minyak yang bermarkas di Inggris tersebut punya niat berinvestasi lebih masif di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), Shell sempat membuat pernyataan akan menutup 1.000 SPBU hingga 2025.
Advertisement
Persaingan Makin Kompetitif
Ditambah, pesaingnya di bisnis serupa yakni Pertamina sudah lebih kompetitif dan punya keunggulan yang tak bisa disaingi. Sebagai satu-satunya badan usaha di Indonesia yang berhak menyalurkan jenis BBM subsidi.
"Pertamina semakin lama semakin baik, dari kualitasnya, servisnya, dan lain sebagainya. Di satu sisi, Pertamina satu-satunya perusahaan yang diperbolehkan pemerintah untuk menjual BBM bersubsidi," ungkap Moshe.
"Jadi ya susah kalau mau bersaing. Satu kualitasnya makin tinggi, Shell sudah mulai berkurang competitive advantage-nya, nilai jual dia terhadap kompetitornya sudah mulai disamai. Di lain sisi, dia juga enggak bisa berkembang karena sudah dimonopoli oleh Pertamina yang difasilitasi oleh pemerintah," bebernya.