Liputan6.com, Jakarta - KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen dikenal sebagai salah satu ulama kharismatik yang berpengaruh di Tanah Air. Mbah Moen menjadi salah satu ulama yang memiliki jaringan murid di mana-mana, tersebar ke berbagai pelosok khususnya Pulau Jawa.
Tak hanya santri yang pernah belajar secara langsung (tatap muka), para muhibbin dan kalangan Nahdliyin pun turut menghormati Mbah Moen. Bahkan, para pejabat negara juga sering sowan kepada ulama asal Rembang, Jawa Tengah ini.
Banyak ulama, termasuk H Ahmad Musthofa Bisri atau Gus Mus yang meyakini Mbah Moen adalah seorang wali Allah. Mbah Moen juga diyakini memiliki karomah yang dianugerahkan Allah SWT khusus untuk hamba pilihan-Nya.
Baca Juga
Advertisement
Namun ternyata, di balik kekeramatan dan kewaliannya Mbah Moen tak ada yang spesial dari segi ibadah. Mbah Moen melaksanakan ibadah sebagaimana muslim pada umumnya.
Hal tersebut diungkap oleh putranya, KH Mohammad Idror Maimoen Zubair atau akrab disapa Gus Idror. Sebagai putranya, ia mengenal betul keseharian Mbah Moen.
“Mbah Moen itu, saya kan anak beliau, tentu 24 jam selalu bersama beliau. Mbah Moen itu bisa jadi wali sebab apa? Karena saya selalu bersama beliau, jadi bisa tahu (keseharian beliau),” kata Gus Idror dikutip dari YouTube Santri Gayeng, Senin (25/11/2024).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Aktivitas Harian Mbah Moen
Gus Idror menyebut aktivitas harian Mbah Moen tidak terlepas dari ngaji dan ibadah. “Ngaji ya sekadar ngaji. Ibadah ya sekadar ibadah, tapi di mata saya ibadah beliau tidak (sehebat) apa yang di kitab-kitab,” ungkapnya.
“Baca Al-Qur’an ya sekadar baca Al-Qur’an, tapi tidak seperti dalam kitab-kitab yang (bacaan Al-Qur’an-nya) banyak,” lanjut putra Mbah Moen ini.
Menurut Gus Idror, ibadah Mbah Moen tak ada yang spesial, tapi mengapa ayahnya bisa sehebat yang dikenal banyak orang. Bahkan, Mbah Moen juga telah melahirkan banyak santri yang tersebar di mana-mana.
Bukan itu saja, Mbah Moen ingin wafat pada hari Selasa sebagaimana wafatnya para ulama. Ia juga ingin wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la, sebagaimana keluarga besar Rasulullah SAW yang dikebumikan di sana.
“Saya berusaha mengamati, di mana ibadah (spesial) Mbah Moen. Kok bisa sehebat itu, wafat di Makkah, menelurkan santri begitu banyaknya. Kemudian berharap wafatnya tepat terjadi di hari Selasa. Itu kan sudah (pertanda). Dimakamkan di Ma'la pula. Tidak hanya wafat di makkah, tapi dimakamkan di Ma'la,” kata Gus Idror.
Saking herannya, Gus Idror sampai-sampai punya pertanyaan, "Amal Mbah Moen itu apa (kok bisa sehebat itu)?”
Advertisement
Ternyata Ini Rahasianya
Setelah Gus Idror mengamati, akhirnya rahasia kewalian Mbah Moen terungkap. Ternyata, selain mengajar, waktu Mbah Moen banyak dihabiskan untuk berjuang di tengah-tengah masyarakat.
“Inilah ruh dari mbah moen. Istilah sederhananya, mungkin yang saya ketahui, amal terbesar beliau adalah perjuangan,” ungkapnya.
Gus Idror berpesan, jika mencintai sosok Mbah Moen, maka tirulah keteladanannya dengan berjuang di tengah-tengah masyarakat. Bukan sekadar melihat kondisi masyarakat, tapi juga bertindak nyata untuk masyarakat seperti Mbah Moen.
“Mbah Moen adalah bukti bagaimana perjuangan di tengah masyarakat itu menghasilkan kemuliaan yang luar biasa dari Allah SWT. Ini luar biasa,” pungkas Penasihat Santri Gayeng ini.
Wallahu a’lam.