Liputan6.com, Jakarta Setiap bulan November, dunia mengenal sebuah tradisi belanja yang dikenal sebagai Black Friday, hari di mana diskon besar-besaran mengguncang toko-toko fisik maupun online. Tidak hanya populer di Amerika Serikat, budaya ini kini telah merambah ke berbagai belahan dunia sebagai hari yang dinantikan oleh para pemburu diskon.
Black Friday selalu dirayakan sehari setelah Thanksgiving, yang merupakan salah satu hari libur paling penting di Amerika Serikat. Tradisi ini menjadi awal dari musim belanja liburan, dengan toko-toko menawarkan promosi besar-besaran untuk memikat konsumen.
Advertisement
Namun, tahukah Anda bahwa istilah Black Friday memiliki sejarah panjang dan penuh dinamika? Dari awalnya yang bermakna negatif hingga berubah menjadi perayaan belanja terbesar di dunia, inilah kisah di balik fenomena ini.
Mengapa Black Friday Selalu Jatuh Setelah Thanksgiving?
Black Friday selalu bertepatan dengan hari Jumat setelah Thanksgiving, yang dirayakan pada hari Kamis keempat setiap bulan November. Thanksgiving adalah hari libur yang mengedepankan tradisi keluarga, makan bersama, dan rasa syukur, sehingga keesokan harinya dianggap sebagai waktu yang tepat untuk memulai musim belanja liburan.
Karena Black Friday erat kaitannya dengan jadwal Thanksgiving, tanggal pastinya bisa berbeda setiap tahun. Sebagai contoh, tahun ini Black Friday jatuh pada 29 November 2024, yang merupakan Jumat kelima bulan November. Hal ini terjadi karena bulan November 2024 dimulai pada hari Jumat, sehingga hitungan Kamis keempat jatuh di minggu terakhir bulan itu.
Namun, dalam kebanyakan tahun, Black Friday dan Thanksgiving biasanya berada di minggu keempat. Kombinasi tradisi dan momentum belanja menjadikan Black Friday sebagai hari yang sangat dinanti oleh konsumen di seluruh dunia.
Advertisement
Sejarah Black Friday: Dari Kekacauan hingga Jadi Tradisi
Mengutip Britannica, istilah Black Friday pertama kali muncul pada awal 1960-an di Philadelphia. Kala itu, polisi setempat menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi akibat membludaknya wisatawan pinggiran kota yang datang untuk berbelanja setelah Thanksgiving.
Kerumunan besar ini menyebabkan kemacetan lalu lintas parah, lonjakan kecelakaan, hingga meningkatnya kebutuhan pengamanan. “Kami harus bekerja lebih lama karena lalu lintas yang tak terkendali,” ujar salah seorang petugas, mengungkapkan tantangan yang dihadapi saat itu.
Meski awalnya berkonotasi negatif, pada akhir 1980-an, para pedagang mulai mengubah narasi ini menjadi lebih positif. Mereka mempopulerkan konsep "red to black", yang melambangkan peralihan toko dari kerugian (merah) ke keuntungan (hitam) karena tingginya volume belanja pada hari tersebut.
Bagaimana Black Friday Mendunia?
Tradisi Black Friday yang dimulai di Amerika Serikat perlahan menyebar ke berbagai negara melalui globalisasi dan kemajuan teknologi. Dengan berkembangnya e-commerce, toko-toko online mulai ikut meramaikan diskon besar-besaran yang semula hanya ada di toko fisik.
Negara-negara seperti Kanada, Inggris, bahkan Indonesia kini mulai mengadopsi budaya ini. Promosi yang dilakukan sering kali tidak hanya berlaku sehari, tetapi juga berlanjut hingga Cyber Monday, hari diskon besar-besaran di dunia digital.
Selain itu, penyebaran media sosial turut mendorong popularitas Black Friday. Hashtag seperti #BlackFridayDeals dan #ShoppingSpree menjadi trending di berbagai platform, menandakan besarnya antusiasme konsumen di seluruh dunia.
Advertisement
Fenomena Diskon dan Daya Tarik Black Friday
Diskon yang ditawarkan pada Black Friday sering kali mencapai angka yang sulit dipercaya, seperti potongan hingga 90%. Produk-produk seperti elektronik, fesyen, hingga perlengkapan rumah tangga menjadi incaran utama konsumen.
Namun, antusiasme ini juga memunculkan beberapa tantangan. Di banyak negara, antrean panjang, kerumunan, dan bahkan insiden kecil sering terjadi akibat tingginya euforia belanja. Oleh karena itu, banyak konsumen kini lebih memilih berbelanja online untuk menghindari keramaian.
“Diskon besar pada Black Friday memang menguntungkan, tetapi konsumen perlu berhati-hati agar tidak terbawa emosi dan membeli barang yang tidak dibutuhkan,” ujar seorang pakar ekonomi ritel.
Apa itu Black Friday?
Black Friday adalah hari belanja besar-besaran yang selalu jatuh sehari setelah Thanksgiving di Amerika Serikat, dengan diskon besar di toko fisik dan online.
Advertisement
Mengapa dinamakan Black Friday?
Istilah ini awalnya digunakan oleh polisi di Philadelphia pada 1960-an untuk menggambarkan kekacauan akibat keramaian pasca-Thanksgiving.
Apakah Black Friday hanya di Amerika Serikat?
Tidak. Meski berakar dari Amerika, Black Friday kini dirayakan di banyak negara melalui toko fisik dan online.
Advertisement