Liputan6.com, Jakarta - Doa menjadi jembatan penting dalam menghubungkan umat manusia dengan Allah SWT. Dalam sebuah ceramah yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @Ayokhijrah14, Ustadz Adi Hidayat (UAH) membahas tentang kisah Nabi Yunus, AS yang dikenal dengan sifat kemanusiaannya dan kenabiannya.
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Adi Hidayat mengungkapkan bagaimana Nabi Yunus AS sempat merasa terjebak dalam situasi yang sulit. Ketika beliau berada di dalam perut ikan paus, sempat terlintas dalam pikirannya untuk bertanya.
"Kapan saya bisa keluar dari persoalan ini? Kapan Allah akan menolong saya?" Menurut Ustadz Adi Hidayat, perasaan tersebut merupakan fitrah kemanusiaan yang wajar dalam menghadapi kesulitan.
Namun, lanjut Ustadz Adi Hidayat, sebagai nabi yang terjaga dari kesalahan (maksum), Nabi Yunus tidak dibiarkan Allah berlarut-larut dalam perasaan itu.
"Fitrah kenabiannya diluruskan oleh Allah. Jangan mengeluh, ini adalah jalan menuju kesuksesan, bagian dari kebaikan yang mungkin akan kamu dapatkan," kata Ustadz Adi Hidayat, mengutip nasihat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Yunus.
Di tengah-tengah pergolakan batin, Nabi Yunus akhirnya membaca dzikir dan mengingat Allah. Ustadz Adi Hidayat menekankan, ketika Nabi Yunus mengucapkan dzikir,
لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
(Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim), Allah pun mendengar doa tersebut dan menyelamatkan Nabi Yunus dari kesulitan yang menimpanya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Dzikir Nabi Yunus AS, Juga Bisa Digunakan Untuk Ini
Dalam tafsir Surah Al-Anbiya, ayat 87, dikatakan bahwa Nabi Yunus berdoa dalam kegelapan yang luar biasa. "Dia berdoa dalam keadaan sangat gelap, baik fisik maupun psikologis, namun hanya kepada Allah-lah dia berserah diri," ujar Ustadz Adi Hidayat.
Surah Al-Anbiya ayat 87 menggambarkan doa Nabi Yunus dengan penuh penghayatan dan keikhlasan.
"وَذَا النُّوْنِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَّنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَٰتِ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ"
(Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, 'Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.')
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa dzikir yang diucapkan oleh Nabi Yunus menjadi kunci keluarnya beliau dari kesulitan.
"فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَٰلِكَ نُنجِي الْمُؤْمِنِينَ"
(Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman), lanjutnya, mengutip Surah Al-Anbiya ayat 88.
Ia mengingatkan bahwa setiap orang yang mengalami kesulitan serupa dengan Nabi Yunus, dapat menggunakan doa yang sama. Dalam Surah Al-Anbiya ayat 88, Allah berjanji akan menyelamatkan hamba-Nya yang beriman dari kedukaan, sebagaimana yang telah dialami Nabi Yunus. "Siapapun yang memiliki persoalan yang sama, jika melakukan dzikir yang sama, aku akan bebaskan mereka dari setiap kesulitan," kata Ustadz Adi Hidayat, mengutip janji Allah dalam Al-Quran.
Pemahaman lebih dalam tentang kisah Nabi Yunus ini, menurut Ustadz Adi Hidayat, harusnya memberikan inspirasi bagi umat Islam untuk selalu berserah diri dan tidak merasa terpuruk saat menghadapi masalah. "Apa yang kita lihat sebagai masalah, bisa jadi adalah bagian dari jalan menuju kebaikan yang lebih besar yang telah disiapkan oleh Allah," ujarnya.
Tidak hanya dalam konteks pribadi, Ustadz Adi Hidayat juga menegaskan pentingnya memahami bahwa setiap ujian yang diberikan oleh Allah memiliki tujuan. "Kita harus percaya bahwa Allah tidak memberi ujian yang melebihi kemampuan hambanya. Bahkan dalam kesulitan pun, ada kemudahan yang menanti," lanjutnya.
Advertisement
Pentingnya Berdoa agar Dapat Pertolongan
Surah Al-Anbiya ayat 87 dan 88, menurutnya, mengajarkan pentingnya berdoa dengan kesungguhan hati, serta meyakini bahwa hanya Allah yang dapat memberikan pertolongan. "Setiap doa yang dipanjatkan dengan penuh keikhlasan akan mendapatkan jawaban dari Allah, apapun bentuknya," tambah Ustadz Adi Hidayat.
Selain itu, Ustadz Adi Hidayat juga menyampaikan bahwa doa Nabi Yunus mengandung makna penting, yakni menyadari kelemahan diri sebagai manusia. "Mengakui kesalahan dan kekurangan diri merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah," katanya. Dalam doa tersebut, Nabi Yunus menyebutkan bahwa dirinya termasuk orang yang zalim, sebuah bentuk pengakuan akan keterbatasan dan kesalahan.
Dalam penjelasannya, Ustadz Adi Hidayat menyarankan agar umat Islam senantiasa berzikir dan berdoa kepada Allah dalam keadaan apapun, baik dalam kesulitan maupun kelapangan. "Dengan berdzikir, kita akan merasakan kedamaian batin yang sejati, dan Allah akan memberi petunjuk-Nya," ujarnya.
Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat menjelaskan bahwa surah Al-Anbiya juga mengandung banyak manfaat, termasuk untuk memperoleh keselamatan dari bencana. "Kisah Nabi Nuh yang diselamatkan dari bencana besar dalam Surah Al-Anbiya ayat 76 adalah salah satu contoh bagaimana Allah memperkenankan doa umat-Nya yang taat," jelasnya.
Selain itu, ada juga kisah Nabi Ayub yang diuji dengan penyakit parah namun tetap bersabar dan berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. "Seperti yang tercatat dalam Surah Al-Anbiya ayat 83, Nabi Ayub berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang.' Allah pun mengabulkan doa tersebut," ungkap Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan agar umat Islam tidak hanya membaca Al-Quran, tetapi juga berusaha untuk memahaminya secara mendalam. "Bacalah Surah Al-Anbiya dengan penuh perenungan, agar kita dapat merasakan makna yang terkandung di dalamnya dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah," katanya.
Di akhir ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa doa adalah senjata yang paling ampuh bagi setiap muslim. "Dengan berdoa, kita tidak hanya meminta pertolongan, tetapi juga menunjukkan ketergantungan kita kepada Allah, yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang," tutupnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul