Respons Ancaman Pembunuhan dari Wapresnya, Presiden Filipina: Saya Akan Lawan

Isu pembunuhan ini menambah panas hubungan antara dua dinasti politik Filipina, keluarga Marcos dan keluarga Duterte, yang dulunya memiliki aliansi kuat.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 26 Nov 2024, 08:00 WIB
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Manila - Pada hari Senin (25/11/2024), Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berjanji untuk melawan apa yang dia sebut sebagai ancaman sembrono dan meresahkan terhadap dirinya. Pernyataan Marcos Jr. muncul setelah wakil presidennya mengancam akan membunuhnya bila dia sendiri dibunuh.

Dalam pesan video kepada rakyat Filipina, Marcos Jr. tidak secara langsung menyebut nama Wakil Presiden Sara Duterte, namun dia menegaskan bahwa "rencana kriminal semacam itu tidak boleh diabaikan".

Pada hari Sabtu (23/11), Sara Duterte yang merupakan putri mantan Presiden Rodrigo Duterte yang dikenal dengan sikap tegasnya, mengungkapkan bahwa dia telah memerintahkan seorang pembunuh untuk membunuh Marcos Jr., istrinya, dan ketua DPR, jika sesuatu terjadi padanya. Pernyataan ini dia buat saat ditanya tentang kekhawatirannya terhadap keselamatannya, meskipun dia tidak merinci ancaman terhadap dirinya.

"Pernyataan yang kami dengar beberapa hari lalu sangat meresahkan. Ada penggunaan kata-kata kasar dan ancaman sembrono untuk membunuh sebagian dari kita," ujar Marcos Jr. seperti dikutip CNA, Selasa (26/11).

Dia menambahkan, "Saya akan melawan mereka."

Marcos Jr menegaskan pula bahwa dia tidak akan membiarkan upaya kriminal seperti itu berlalu begitu saja.

"Jika merencanakan pembunuhan presiden semudah itu, bagaimana dengan warga biasa?" kata presiden Filipina itu.Sara Duterte mengatakan kepada wartawan bahwa dia belum mendengar pernyataan Marcos Jr., namun dia teringat pada pembunuhan mantan senator Benigno Aquino pada tahun 1983, yang menurutnya dilakukan oleh keluarga Marcos, meskipun tanpa memberikan bukti yang mengklaim pernyataannya. 

Mengundurkan diri dari jabatan sebagai menteri pendidikan pada Juni, Sara Duterte berjuang melawan pengawasan legislatif terkait pengeluarannya selama menjabat. Dia bahkan kadang merespons dengan permusuhan terbuka terhadap anggota parlemen dan absen dalam beberapa sidang.

Ancaman untuk membunuh Marcos Jr. muncul setelah anggota parlemen memerintahkan agar kepala staf Sara Duterte dipenjara karena diduga menghalangi penyelidikan atas dugaan penyalahgunaan dana publik oleh wakil presiden.

Menurut seorang pejabat senior dari kementerian kehakiman, wakil presiden tidak memiliki kekebalan hukum dari tuntutan pidana.

Marcos Jr. menegaskan pentingnya agar pejabat terpilih tidak menghalangi pekerjaan para legislator demi kepentingan pemerintahan yang baik.

"Jika pertanyaan-pertanyaan sah dari Kongres dijawab, kita tidak akan sampai pada titik ini," tutur Marcos Jr.

Serangan Sara Duterte terhadap Marcos Jr. juga terjadi hanya beberapa pekan setelah ayahnya, Rodrigo Duterte, menjadi sasaran penyelidikan panjang di DPR dan Senat terkait ribuan pembunuhan selama "perang melawan narkoba" yang mewarnai masa kepresidenannya dari 2016 hingga 2022.

Dalam sidang-sidang itu, pemerintahan Marcos Jr. untuk pertama kalinya menyatakan kesiapan untuk bekerja sama dengan upaya internasional guna menangkap mantan presiden tersebut, yang kini sedang diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Rodrigo Duterte sendiri dalam sidang tersebut mengaku sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan keras yang dilakukannya dan mendesak ICC untuk "mempercepat" penyelidikannya.

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya