Liputan6.com, Jakarta - Pernikahan sering kali menjadi medan ujian kesabaran dan pengertian. Dalam hubungan suami istri, konflik rumah tangga kerap tidak terhindarkan.
Namun, bagaimana cara mengelola kemarahan ini agar tidak merusak hubungan? KH Yahya Zainul Ma'arif Buya Yahya, Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon, memberikan pandangan mendalam tentang hal ini.
Dalam salah satu ceramahnya, Buya Yahya mengingatkan pentingnya menjaga sikap saat kemarahan melanda. Ia menekankan bahwa amarah bukanlah alasan untuk bertindak negatif terhadap pasangan.
Mengutip sebuah tayangan video di kanal YouTube @albahjah-tv, Buya Yahya memulai dengan menggambarkan realita rumah tangga.
“Bagaimana kita dengan istri di rumah kita, suami di rumah kita? Anda pasti punya marah,” tuturnya.
Meski begitu, ia memberikan tiga langkah penting yang dapat diambil saat kemarahan melanda pasangan.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Langkah yang Bisa Dilakukan
Langkah pertama adalah mengendalikan diri agar tidak melakukan hal negatif. Kemarahan, menurut Buya Yahya, sering kali membuat seseorang bertindak di luar nalar. Oleh karena itu, penting untuk menahan diri agar tidak menyakiti pasangan, baik secara fisik maupun verbal.
Langkah kedua, menurut Buya Yahya, adalah memaafkan pasangan. Ia mengingatkan bahwa pasangan adalah umat Nabi Muhammad, sehingga tidak sepantasnya kita membiarkan mereka "masuk neraka" akibat perlakuan buruk kita. Memaafkan bukan hanya bentuk kasih sayang, tetapi juga perwujudan tanggung jawab sebagai seorang Muslim.
Langkah ketiga adalah memberikan kebaikan kepada pasangan, meski tengah dilanda amarah. “Anda bisa memberikan uang atau cukup dengan mendoakan,” ujar Buya Yahya.
Menurutnya, doa untuk pasangan dapat menjadi peredam amarah yang efektif sekaligus menenangkan hati.
Nasihat ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang menekankan pentingnya kasih sayang dalam rumah tangga. Buya Yahya juga menekankan bahwa doa untuk pasangan bukan hanya sekadar tindakan spiritual, tetapi juga cara untuk menyadarkan diri akan tanggung jawab moral terhadap pasangan.
Namun, tidak sedikit juga yang bertanya-tanya bagaimana cara menerapkan nasihat ini dalam situasi yang sangat emosional. Dalam hal ini, Buya Yahya mengingatkan pentingnya latihan mengendalikan emosi secara konsisten.
Advertisement
Pernikahan Bukan Sekadar Hubungan Biasa
“Tidak ada manusia yang sempurna. Kita semua pasti pernah marah, tetapi bagaimana kita mengelolanya itu yang penting,” ujarnya. Ia juga mengajak umat untuk selalu menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam bersikap, termasuk saat menghadapi konflik rumah tangga.
Nasihat Buya Yahya ini menjadi pengingat bahwa pernikahan bukanlah sekadar hubungan dua insan, tetapi juga amanah besar yang harus dijaga dengan baik. Melalui pengendalian emosi, memaafkan, dan memberikan kebaikan, pasangan suami istri dapat mempererat hubungan mereka.
Selain itu, ceramah ini juga menggarisbawahi pentingnya doa dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam meredam emosi. Doa, menurut Buya Yahya, bukan hanya sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga untuk mendamaikan hati.
Dalam kehidupan yang penuh dinamika, pesan Buya Yahya ini menjadi relevan bagi siapa saja yang ingin menjaga keharmonisan rumah tangga. Dengan langkah-langkah sederhana namun penuh makna ini, diharapkan setiap pasangan dapat menghadapi konflik dengan bijak dan penuh cinta.
Jadi, saat amarah melanda, ingatlah nasihat Buya Yahya: kendalikan diri, maafkan pasangan, dan berikan kebaikan. Karena pada akhirnya, rumah tangga adalah tempat untuk saling melengkapi, bukan melukai.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul