Liputan6.com, Jakarta - Miliarder Elon Musk kembali menciptakan kontroversi dengan langkah terbarunya. Pemilik platform X ini meminta pengguna untuk mengunggah hasil tes medis, seperti CT scan dan MRI, agar chatbot kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI) miliknya, Grok, dapat belajar menganalisis data tersebut.
"Cobalah unggah gambar X-ray, PET, MRI, atau hasil medis lainnya ke Grok untuk dianalisis,” tulis Musk di platform X Twitter bulan lalu.
Advertisement
"Ini masih tahap awal, tapi sudah cukup akurat dan akan semakin canggih. Beri tahu kami di mana Grok benar atau perlu perbaikan.”
Namun, hasilnya menunjukkan Grok masih jauh dari sempurna. Beberapa pengguna melaporkan Grok mampu membaca hasil tes darah dan mengidentifikasi kanker payudara.
Di sisi lain, dokter yang menguji teknologi ini menemukan kesalahan fatal. Misalnya, Grok salah mendiagnosis kasus tuberkulosis klasik sebagai hernia diskus atau stenosis tulang belakang. Dalam kasus lain, Grok bahkan salah mengenali mammogram kista jinak sebagai gambar testis.
Dikutip melalui Fortune, Rabu (27/11/2024) Musk telah lama tertarik menggabungkan teknologi kesehatan dan AI. Pada 2022, ia meluncurkan Neuralink, startup chip otak yang diklaim berhasil memungkinkan pengguna menggerakkan mouse komputer hanya dengan pikiran.
Startup teknologi miliknya, xAI, juga mendapatkan investasi sebesar USD 6 miliar pada Mei 2024 untuk mendukung pengembangan teknologi AI termasuk Grok. Namun, keberhasilan dalam aplikasi medis masih menjadi tanda tanya besar.
“Secara teknis, mereka punya kemampuan,” kata profesor di Departemen Radiologi NYU Langone Health, Dr. Laura Heacock.
“Tapi apakah mereka mau meluangkan waktu, data, dan sumber daya untuk fokus pada imaging medis, itu tergantung mereka. Saat ini, metode AI non-generatif masih lebih unggul dalam analisis gambar medis," ia menambahkan.
Ancaman Privasi dan Etika
Sementara Musk berambisi menjadikan Grok sebagai alat diagnosis medis, banyak pakar menilai pendekatan ini berisiko tinggi. Mengandalkan data medis dari platform media sosial tidak hanya menimbulkan masalah akurasi, tetapi juga ancaman serius terhadap privasi pengguna.
Menurut Ryan Tarzy, CEO perusahaan teknologi kesehatan Avandra Imaging, meminta pengguna mengunggah data langsung adalah cara Musk mempercepat pengembangan Grok. Namun, langkah ini berisiko karena hanya mengandalkan data terbatas dari pengguna yang bersedia, tanpa representasi yang mencerminkan keragaman data medis global.
Selain itu, data yang dibagikan melalui media sosial tidak dilindungi oleh undang-undang seperti Health Insurance Portability and Accountability Act (HIPAA) di AS. Ini berarti informasi pribadi lebih rentan bocor, terutama jika identitas pasien “terbakar” dalam gambar medis, seperti pada CT scan.
"Pendekatan ini menghadirkan banyak risiko, termasuk kemungkinan informasi pribadi pasien tersebar tanpa sengaja,” ujar Tarzy.
Matthew McCoy, profesor etika medis dari Universitas Pennsylvania, menambahkan bahwa pengguna yang berbagi data kesehatan melalui X harus memahami risiko yang mereka hadapi.
"Sebagai pengguna individu, apakah saya merasa nyaman berbagi data kesehatan saya? Tentu saja tidak,” katanya kepada New York Times.
Sementara ambisi Musk untuk merevolusi diagnosis medis melalui AI terlihat menjanjikan, banyak pihak menilai pendekatannya terlalu berisiko. Dengan potensi kebocoran data pribadi dan akurasi yang masih diragukan, publik perlu berhati-hati sebelum menyerahkan data kesehatan mereka kepada Grok.
Advertisement
Kekayaan Miliarder Elon Musk Sentuh Rekor Rp 5.546 Triliun
Sebelumnya, dampak pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 telah menjadi berkah bagi miliarder Elon Musk.
Mengutip CNN, ditulis Sabtu (23/11/2024), Elon Musk menjadi semakin kaya jelang akhir pekan waktu setempat. Kekayaan Elon Musk sentuh rekor USD 347,8 miliar atau Rp 5.546 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.947), demikian berdasarkan laporan Bloomberg.
Kekayaan Elon Musk itu mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat pada November 2021. Saat itu, kekayaan Elon musk menyentuh USD 340 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Dampak pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2024 telah menjadi berkah bagi miliarder Elon Musk.
Mengutip CNN, ditulis Sabtu (23/11/2024), Elon Musk menjadi semakin kaya jelang akhir pekan waktu setempat. Kekayaan Elon Musk sentuh rekor USD 347,8 miliar atau Rp 5.546 triliun (asumsi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.947), demikian berdasarkan laporan Bloomberg.
Kekayaan Elon Musk itu mengalahkan rekor sebelumnya yang dibuat pada November 2021. Saat itu, kekayaan Elon musk menyentuh USD 340 miliar, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Bentuk Departemen Efisiensi Pemerintah,Donald Trump Tunjuk Elon Musk dan Vivek Ramaswamy
Sebelumnya Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan miliarder Elon Musk dan Vivek Ramaswamy, mantan kandidat presiden sekaligus sekutu Trump, akan memimpin sebuah Departemen Efisiensi Pemerintah yang baru.
"Bersama-sama, dua orang Amerika luar biasa ini akan membuka jalan bagi Pemerintahan saya untuk membongkar Birokrasi Pemerintah, mengurangi regulasi yang berlebihan, memotong pengeluaran yang tidak perlu, dan merestrukturisasi Lembaga Federal," ujar Trump dalam sebuah pernyataan pada Selasa, 12 November 2024.
Dikutip melalui abcnews, Rabu (13/11/2024) Departemen Efisiensi Pemerintah ini bukanlah badan federal di dalam pemerintahan AS, tetapi akan memberikan nasihat dan panduan di luar pemerintahan dan bekerja sama dengan Gedung Putih serta Kantor Manajemen dan Anggaran (OMB) untuk mendorong reformasi struktural pemerintahan.
"Saya berharap Elon dan Vivek dapat membawa perubahan pada Birokrasi Federal dengan berfokus pada efisiensi, sekaligus membuat hidup rakyat Amerika menjadi lebih baik," tambah Trump.
Musk memberikan tanggapan atas penunjukan Trump pada Selasa malam di X, dengan mengatakan bahwa transparansi dengan publik akan menjadi komponen kunci dari departemen ini.
"Semua tindakan Departemen Efisiensi Pemerintah akan dipublikasikan secara online untuk transparansi maksimal," kata Elon Musk.
"Kapan pun publik merasa kami memotong sesuatu yang penting atau tidak memotong sesuatu yang tidak berguna, beri tahu kami!" tambah Musk.
Musk juga menambahkan bahwa akan ada "papan peringkat" publik untuk melacak pengeluaran pajak.
"Kami juga akan memiliki papan peringkat untuk pengeluaran pajak yang paling tidak masuk akal. Ini akan sangat tragis sekaligus menghibur," ujar Musk.
Dalam pernyataannya, Trump juga mengatakan, departemen baru ini akan menargetkan "pemborosan dan penipuan besar-besaran" yang menurutnya ada dalam anggaran pemerintah sebesar USD 6,5 triliun.
Advertisement
Donald Trump Menang Pemilu AS, Elon Musk hingga Warren Buffet Makin Kaya
Sebelumnya, kekayaan bersih banyak orang terkaya di dunia meroket pada hari Kamis, terutama bagi mereka yang memiliki keterkaitan kuat dengan kripto. Hal ini terjadi seiring dengan kemenangan Donald Trump, yang diharapkan akan mendukung mata uang kripto dan melakukan pemotongan pajak perusahaan selama masa jabatannya yang akan datang.
Bos Tesla, Elon Musk, salah satu pendukung terbesar Trump menjelang pemilihan, mengalami lonjakan hampir USD 21 miliar pada kekayaan bersihnya pada hari Rabu, menjadikannya USD 285,6 miliar setelah saham Tesla ditutup naik hampir 15% di USD 288,53, harga saham tertinggi yang tercatat tahun ini.
Selain Musk, kekayaan bersih Jeff Bezos naik USD 7 miliar menjadi USD 223,5 miliar berkat performa kuat saham Amazon yang naik 3,8%, mempertahankan posisinya sebagai orang terkaya kedua di dunia setelah Musk.
Larry Ellison, salah satu pendiri Oracle, mengalami kenaikan kekayaan hampir USD 12 miliar, dengan kekayaan bersihnya melonjak menjadi USD 220,8 miliar, semakin mendekati posisi Bezos.