Liputan6.com, Jakarta: Boleh jadi, peringatan Natal kali ini adalah masa yang tak terlupakan bagi keluarga Ku Bun Ho. Soalnya, sehari menjelang tanggal 25 Desember 2000, seorang anaknya yang bernama Chandra harus dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, karena terkena serpihan bom yang meledak di Gereja Santo Yoseph di Jalan Matraman Raya. Akibatnya, batang otak Chandra divonis tak berfungsi lagi oleh dokter.
Mendengar keterangan dokter, Hu Bun Ho mengaku tak percaya. Bahkan, kendati tim medis RSCM menyarankan agar peralatan pendukung --termasuk mesin ventilator--harus dilepas dari tubuh Chandra, keluarga korban tetap bersikeras menolaknya. Hu Bun Ho berharap ada akan kemukjizatan sehingga Chandra bisa hidup kembali."Sebab, kematian itu di tangan Tuhan, bukan ditentukan dokter," kata Hu Bun Ho.
Namun, atas desakan keluarga korban, hingga Senin ini, tim medis belum juga melepas peralatan yang melekat di tubuh Chandra, termasuk mesin ventilator yang dipakai untuk menggerakan denyut jantung korban yang sudah tak berfungsi lagi. Padahal, menurut dokter Nella Abdullah, sesuai dengan ilmu kedokteran, kematian batang otak sebenarnya sama dengan kematian.
Dokter Nella Abdullah juga mengatakan, keputusan untuk melepas seluruh peralatan yang melekat di tubuh Chandra akan dilakukan seraya menunggu jantung korban --yang digerakan dengan ventilator-- berhenti dengan sendirinya. Karena usia Chandra masih muda, yakni 16 tahun, diperkirakan kemampuan jantungnya masih bisa bertahan sepekan lagi sejak batang otaknya dinyatakan tak berfungsi.(ULF/Edi Priyono dan Johny Akbar)
Mendengar keterangan dokter, Hu Bun Ho mengaku tak percaya. Bahkan, kendati tim medis RSCM menyarankan agar peralatan pendukung --termasuk mesin ventilator--harus dilepas dari tubuh Chandra, keluarga korban tetap bersikeras menolaknya. Hu Bun Ho berharap ada akan kemukjizatan sehingga Chandra bisa hidup kembali."Sebab, kematian itu di tangan Tuhan, bukan ditentukan dokter," kata Hu Bun Ho.
Namun, atas desakan keluarga korban, hingga Senin ini, tim medis belum juga melepas peralatan yang melekat di tubuh Chandra, termasuk mesin ventilator yang dipakai untuk menggerakan denyut jantung korban yang sudah tak berfungsi lagi. Padahal, menurut dokter Nella Abdullah, sesuai dengan ilmu kedokteran, kematian batang otak sebenarnya sama dengan kematian.
Dokter Nella Abdullah juga mengatakan, keputusan untuk melepas seluruh peralatan yang melekat di tubuh Chandra akan dilakukan seraya menunggu jantung korban --yang digerakan dengan ventilator-- berhenti dengan sendirinya. Karena usia Chandra masih muda, yakni 16 tahun, diperkirakan kemampuan jantungnya masih bisa bertahan sepekan lagi sejak batang otaknya dinyatakan tak berfungsi.(ULF/Edi Priyono dan Johny Akbar)