Liputan6.com, Jakarta - Candi Kidal adalah salah satu candi peninggalan Kerajaan Singasari yang terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Dirangkum dari berbagai sumber, Candi Kidal Malang dibangun pada abad ke-13 dan memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan Raja Anusapati, salah satu raja dari Kerajaan Singasari.
Berdasarkan kitab Pararaton, Anusapati adalah raja kedua Singasari yang memerintah setelah menggantikan Tunggul Ametung, ayah tirinya. Candi Kidal Malang ini didirikan sebagai tempat pemuliaan Anusapati setelah kematiannya pada tahun 1248 Masehi.
Baca Juga
Advertisement
Kisah Anusapati cukup tragis, karena ia dibunuh oleh Tohjaya, adik tirinya, dalam perebutan kekuasaan. Sebagai bagian dari tradisi Hindu-Shaivisme, raja-raja Singasari yang meninggal sering dimuliakan dalam bentuk arca atau candi yang menggambarkan dewa tertentu.
Dalam konteks ini, Candi Kidal melambangkan penghormatan kepada Anusapati yang diidentifikasi dengan Dewa Siwa. Candi Kidal memiliki keunikan dalam aspek arsitektur dan relief yang menggambarkan nilai filosofis.
Relief di candi ini menggambarkan kisah Garudeya, cerita dari epos Mahabharata tentang Garuda yang berjuang membebaskan ibunya dari perbudakan. Kisah ini mencerminkan ajaran tentang kebebasan, pengorbanan, dan bakti kepada orang tua.
Relief ini juga menjadi simbol dari harapan bagi jiwa Anusapati untuk mencapai kebebasan dan keabadian. Selain aspek spiritual, Candi Kidal juga mencerminkan perkembangan seni dan arsitektur di masa Kerajaan Singasari.
Warisan Budaya
Dengan bahan dasar andesit dan desain yang sederhana namun penuh makna, candi ini menjadi bukti kecanggihan peradaban Jawa kuno. Walaupun ukurannya relatif kecil dibandingkan candi lain, seperti Candi Singasari atau Candi Jago.
Candi Kidal tetap memiliki tempat penting dalam sejarah karena merepresentasikan fase awal dari perkembangan budaya Hindu di Jawa Timur. Hingga saat ini, Candi Kidal menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Sebagai warisan budaya, candi ini tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga pengingat akan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam tradisi nenek moyang.
Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya melestarikan candi ini sebagai bagian dari identitas budaya nasional.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement