Melimpah di Indonesia, Gas Bumi jadi Penunjang Transisi Energi

PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menjadikan gas sebagai energi penunjang transisi dalam mendukung pengembangan EBT, sebab itu Subholding tersebut memperkuat rantai pasok untuk pembangkit listrik.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Nov 2024, 21:20 WIB
PLN Group siap menjadi garda terdepan dalam upaya penurunan emisi.

Liputan6.com, Jakarta PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menjadikan gas sebagai energi penunjang transisi dalam mendukung pengembangan EBT, sebab itu Subholding tersebut memperkuat rantai pasok untuk pembangkit listrik.

Direktur Gas dan BBM PLN EPI Rakhmad Dewanto mengatakan, dalam draft RUPTL 2024-33, dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 102 GW hingga 2040, dengan komposisi 75% energi terbarukan dan 20% gas. Energi terbarukan secara bertahap akan menjadi dominan dengan masih mempertahankan sebagian porsi untuk gas dalam rangka menjaga keandalan pasokan listrik dan kestabilan finansial, sambil tetap menekan emisi karbon secara agresif.

“Gas dengan potensi dalam negeri yang melimpah memainkan peran kunci untuk menggantikan Bahan Bakar Minyak, mendukung intermittency energi terbarukan variabel, menjembatani transisi menuju energi bersih maupun menjadi energi masa depan dengan teknologi seperti carbon capture,” kata Rakhmad, Selasa (26/11/2024).

Hingga 2040, PLN menargetkan pembangunan 22 GW pembangkit listrik gas baru yang terdiri lebih dari dari 100 unit tersebar di seluruh Indonesia.

“Demand gas PLN pada tahun 2024 sebesar 1.333 BBTUD akan tumbuh rata-rata 6.5% per tahun sehingga diperkirakan mencapai 2.351 BBTUD pada tahun 2033. Dengan pertumbuhan demand gas yang cukup tinggi, PLN mendukung investasi baru di sektor hulu gas dalam rangka menjamin pasokan gas domestik terutama di sektor kelistrikan di masa depan,” papar Rakhmad.

Selain penambahan kontrak pasokan gas, PLN EPI terus memperkuat infrastruktur midstream gas/LNG (Liquefied Natural Gas), terutama Onshore atau Floating Storage Regasification Unit (ORU/FSRU) di berbagai wilayah di Indonesia.

Pada tahap satu, PLN EPI saat ini sedang menyusun FEED (Front End Engineering Design) untuk kluster Sulawesi Maluku, Nusa Tenggara dan Nias. Ke depan, LNG domestik akan menjadi andalan untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat di tengah menurunnya produksi pipa gas domestik dalam rangka mengurangi impor BBM dan mendukung pengembangan energi terbarukan.

Sebagai bagian dari pengembangan energi bersih, PLN EPI bersama mitra lokal dan global saat ini juga sedang mengkaji pengembangan hidrogen hijau dan ammonia hijau. Inisiatif ini sejalan dengan upaya nasional untuk mencapai target Net Zero Emission pada 2060.

 


Inovasi Ini jadi Senjata PLN Group Tekan Emisi Karbon

PLTU Rembang, Jawa Tengah sebagai salah satu pembangkit listrik yang sudah terdaftar pada aplikasi PLN Climate Click dan siap mendukung perdagangan karbon di Indonesia.

Sebelumya, PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), menjadikan inovasi teknologi dan pengembangan bauran energi yang lebih ramah lingkungan, sebagai strategi untuk mempercepat transformasi energi terbarukan guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.

Direktur Utama PLN EPI Iwan Agung Firstantara, mengatakan target NZE 2060 tidak hanya menjadi bagian dari komitmen nasional Indonesia tetapi juga tanggung jawab global dalam mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. 

“PLN EPI memposisikan diri sebagai pelopor dalam transformasi energi di kawasan ASEAN. Kami percaya bahwa energi hijau adalah kunci untuk masa depan yang lebih baik,” kata Mamit, Selasa (27/11/2024).

Senior Vice President Pengembangan Bisnis Batubara PLN EPI, Eko Yuniarto mengungkapkan dalam upaya mencapai NZE pada tahun 2060, bauran energi nasional Indonesia akan mengalami perubahan besar.

Energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa akan memainkan peran utama dalam menciptakan bauran energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, dengan target mencapai 69% dari total bauran energi pada tahun 2060. 

“Transformasi ini akan didorong oleh sejumlah langkah strategis dan inovatif yang telah dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil, serta menurunkan emisi karbon secara signifikan,” ujar Eko.

 

 


Optimalkan Penggunaan Batu Bara

Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tak hanya itu, Yuniarto menyebutkan bahwa PLN juga memanfaatkan Program Coal Blending dan Coal Switching Batubara untuk mengoptimalkan penggunaan batubara yang lebih efisien.

“Program ini bertujuan untuk mencampurkan batubara dengan kualitas yang berbeda sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Dengan cara ini, PLN dapat memastikan pasokan energi tetap stabil dan efisien, sambil mengurangi dampak lingkungan dari penggunaan batubara,” ungkapnya.

Namun, Yuniarto menjelaskan meski fokus PLN adalah energi terbarukan, batubara masih menjadi tulang punggung sistem kelistrikan nasional pada masa transisi.

“Pada Tahun 2024, kebutuhan batubara untuk PLN dan produsen listrik independen (IPP) diperkirakan mencapai 167,98 juta ton, dan meningkat 4% menjadi 174,66 juta ton pada Tahun 2025,” ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya