Liputan6.com, Jakarta - Calon gubernur Jakarta nomor urut 02, Dharma Pongrekun menyalurkan hak pilihnya di TPS 31 Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Sebelum mencoblos, dia menyapa warga yang berada di sekitar Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Pantauan Liputan6.com, Rabu (27/11/2024), Dharma Pongrekun tiba di TPS 31 Lebak Bulus sekitar pukul 10.25 WIB. Dia menyalami awak media dan memberikan pernyataan, yang kemudian sempat ditegur pihak TPS lantaran dinilai dapat menghambat pemilih lain menyalurkan hak suaranya.
Advertisement
"Bapak Dharma konpersnya nanti saja, nanti menghambat," ujar petugas TPS 31 Lebak Bulus.
Dharma mengaku baru pertama kali melakukan pencoblosan. Sebab, sejak usia 17 tahun dia masuk AKABRI yang mengharuskan bersikap dan tidak boleh mencoblos.
"Nah makanya kan ini saya pertama kalinya mencoblos seumur hidup saya. Jadi saya agak oon ini dan belum tahu juga cara untuk mencoblosnya," kata Dharma.
Dia juga mengaku bersyukur bisa terlibat dalam menyalurkan hak suara di Pilkada Jakarta 2024. Sebelumnya, Dharma hanya berkesempatan bertugas melakukan penjagaan di TPS saja.
"Sekarang saya bisa mencoblos di saat Tuhan memberikan kesempatan saya untuk mencalonkan diri," Dharma menandaskan.
Kampanye Akbar Dharma-Kun, Ini Aspirasi dan Harapan Warga
Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2 Dharma Pongrekun dan Kun Wardana Abyoto, menggelar Kampanye Akbar di Lapangan Bola Tabaci, Kalideres, Jakarta Barat, Sabtu (23/11/2024).
Warga yang hadir berharap Dharma-Kun dapat mewujudkan visi dan misi mereka, termasuk memperjuangkan kesejahteraan berbagai profesi, seperti guru bimbingan belajar (bimbel). Salah satunya adalah Yanti Hertati, seorang guru bimbingan belajar (bimbel) asal Cengkareng.
"Saya ikut karena pengen berkenalan dengan Pak Dharma-Kun dan pengen menyampaikan aspirasi untuk masa depan anak-anak, bagaimana perkembangan anak-anak, seperti pendidikannya, terus kesehatan anak-anak," ujar Yanti ketika ditemui Liputan6.com.
Yanti mengungkapkan keluhannya sebagai guru bimbel yang sering kali tidak mendapatkan perhatian layaknya guru di sekolah formal.
Ia juga menyoroti peran penting guru bimbel dalam membantu anak-anak memahami pelajaran, meskipun sering kali beban tanggung jawab yang mereka pikul tidak diimbangi dengan apresiasi yang memadai.
“Contohnya kayak guru bimbel itu kan nggak ada instansi seperti guru-guru lain. Sedangkan seorang guru bimbel itu kan diutamakan. Dari sekolah itu contohnya gelas kosong, guru bimbel itu datang menerima murid itu dengan kosong. Kalau di sekolah kan udah terisi dari pelajaran dari guru. Tapi jika ada apa-apa, guru bimbel seperti saya pribadi ya, selalu disalahkan. Kenapa anak saya nggak pintar, kenapa anak saya nggak mengerti dengan pelajaran,” ungkap Yanti.
Menurutnya, profesi guru bimbel sering kali tidak mendapatkan kesejahteraan yang layak. Ia membandingkan kondisi guru bimbel dengan guru di sekolah formal yang mendapatkan tunjangan dan fasilitas lebih baik.
Advertisement