Mengenal Suria Kartalegawa, Pribumi yang Menolak Kemerdekaan Indonesia

Jejak Suria Kartalegawa mengingatkan kita akan pentingnya persatuan dalam membangun sebuah bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa semangat kebangsaan jauh lebih kuat daripada upaya memecah belah.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Nov 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi bendera Indonesia, Merah Putih. (Image by Mufid Majnun from Pixabay )

Liputan6.com, Bandung - Raden Adipati Aria Moehammad Moesa Soeria Kartalegawa dilahirkan di Garut pada tanggal 26 Oktober 1897. Soeria Kartalegawa adalah bupati Garut ke-6 yang menjabat dari tahun 1929-1944. Moesa Soeria Kartalegawa mempelopori pendirian Partai Rakyat Pasundan (PRP) pada tahun 1946.

Suria Kartalegawa adalah seorang tokoh kontroversial pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sebagai seorang pejabat pemerintahan kolonial Belanda yang pernah menjabat sebagai Bupati Garut, dia memiliki kedudukan strategis selama era penjajahan.

Mengutip dari berbagai sumber, ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Suria merasa kehilangan privilese dan kekuasaan yang selama ini dinikmatinya. Dia tidak setuju dengan kepemimpinan Soekarno dan merasa tersingkirkan dengan dipilihnya gubernur dari kalangan Jawa untuk memimpin Jawa Barat.

Pada tahun 1948, Suria mendirikan Negara Pasundan sebagai entitas politik alternatif yang mendapat dukungan dari pemerintah kolonial Belanda. Upayanya ini mendapat tantangan keras dari masyarakat Jawa Barat, bahkan dari keluarganya sendiri.

Masyarakat setempat memberikan julukan Suria NICA Legawa kepadanya, yang menggambarkan sikap pro-Belandanya. Ibu Suria bahkan sampai harus turun tangan dengan berbicara di radio untuk menyadarkan anaknya tentang pentingnya persatuan nasional.

Negara Pasundan yang diproklamasikan Suria akhirnya tidak mendapatkan dukungan signifikan dari masyarakat. Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada 1949, nama dan perjuangannya perlahan hilang dari peta sejarah.

Sikap Suria mencerminkan kompleksnya dinamika perpolitikan pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Dia adalah salah satu contoh dari sekian banyak tokoh yang memilih bertahan dengan sistem kolonial daripada menerima perubahan yang sedang terjadi.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya