Kenapa Hidup Kita Susah? Simak Kata Buya Yahya

Kata Buya Yahya, kadang diri kita sendiri yang membuat hidup menjadi susah. Seandainya kita bisa makan apa adanya, mungkin masalah itu tidak ada.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2024, 09:30 WIB
Buya Yahya (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Kesulitan hidup sering kali menjadi momok bagi banyak orang. Namun, menurut KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, penyebab utama dari hidup susah sering kali berasal dari diri sendiri.

Hal ini disampaikan Buya Yahya dalam sebuah ceramah, yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @motivasidandoa.

Dalam ceramahnya, Buya Yahya menjelaskan bagaimana pola pikir dan gaya hidup yang tidak sesuai kemampuan bisa menjadi sumber masalah.

“Kadang diri kita sendiri yang membuat hidup menjadi susah. Seandainya kita bisa makan apa adanya, mungkin masalah itu tidak ada. Prinsipnya cukup sederhana, yang penting sehat, halal, dan mudah,” ujar Buya Yahya.

Menurutnya, banyak orang yang terjebak pada keinginan untuk tampil gaya tanpa mempertimbangkan kemampuan.

“Orang yang tidak punya kendaraan, ya naik angkot saja. Alhamdulillah sekarang angkot tersedia di mana-mana." ujarnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Awas Godaan Setan yang Pintar

apa itu gaya hidup konsumerisme ©Ilustrasi dibuat AI

"Tapi ada yang memaksakan harus punya mobil, bayar pajaknya, dan segala macam. Masya Allah, itu membuat hidup jadi sulit,” tambahnya.

Buya Yahya juga menekankan pentingnya hidup sesuai dengan kemampuan. Orang yang memaksakan diri untuk mengambil beban melebihi kapasitasnya, menurutnya, sedang diperdaya oleh setan.

“Setan itu pintar, dia menggoda manusia untuk mengambil beban yang sebenarnya tidak perlu. Akhirnya, mereka terjerumus dalam pinjaman yang tidak halal,” jelasnya.

Dalam pandangan Buya Yahya, pola pikir seperti ini mencerminkan kurangnya kecerdasan dalam memahami esensi hidup.

“Orang-orang yang tidak cerdas adalah mereka yang tidak mengerti kemampuan diri sendiri. Akibatnya, mereka mengambil beban yang sebenarnya tidak sanggup mereka pikul,” tegasnya.

Ia mencontohkan bagaimana banyak orang rela berhutang hanya untuk memenuhi gaya hidup. Hal ini, menurut Buya Yahya, adalah jebakan yang harus dihindari.

“Jangan sampai kita hidup penuh kepalsuan hanya demi terlihat hebat di mata orang lain. Itu tidak ada manfaatnya,” pesannya.


Jika Bisa Bersyukur Maka Ini yang Terjadi

Ilustrasi Islami, muslimah, bersyukur. (Photo created by KamranAydinov on www.freepik.com)

Lebih jauh, Buya Yahya juga mengingatkan agar umat Islam selalu bersyukur atas apa yang dimiliki. “Kalau kita bisa bersyukur, hidup akan lebih ringan. Tidak perlu memaksakan diri untuk hal-hal yang tidak mampu kita capai,” katanya.

Menurutnya, rasa syukur dan hidup sederhana adalah kunci untuk menjalani hidup dengan tenang. Hal ini juga selaras dengan ajaran Islam yang selalu menekankan pentingnya kesederhanaan.

Selain itu, Buya Yahya mengajak umat untuk menjadikan agama sebagai pedoman dalam mengambil keputusan hidup. “Kalau kita paham agama, kita akan tahu batasan apa yang boleh dan tidak boleh. Itu menjadi panduan agar tidak terjebak dalam masalah-masalah yang sebenarnya bisa dihindari,” tuturnya.

Dalam ceramah tersebut, Buya Yahya juga menyinggung pentingnya perencanaan keuangan yang baik. “Jangan sampai kita boros dan menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Itu yang sering kali membuat kita terjebak dalam masalah,” jelasnya.

Bagi Buya Yahya, kesederhanaan bukan berarti tidak memiliki ambisi, tetapi lebih kepada kemampuan untuk mengendalikan diri. “Ambisi itu penting, tapi harus diiringi dengan perhitungan yang matang dan sesuai kemampuan,” ujarnya.

Ceramah ini diakhiri dengan pesan mendalam agar setiap individu introspeksi dan menghindari perilaku konsumtif yang berlebihan. “Hidup ini sederhana kalau kita mau mensyukurinya. Jangan buat hidup susah hanya karena ingin terlihat lebih dari orang lain,” tutupnya.

Melalui ceramah ini, Buya Yahya kembali mengingatkan pentingnya hidup sesuai kemampuan, bersyukur, dan memahami esensi hidup yang sebenarnya. Sebuah nasihat yang relevan untuk siapa saja yang ingin hidup lebih tenang dan bermakna.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya