Charta Politika: Hanya 58 Persen Warga Jakarta yang Mencoblos di Pilkada 2024

Lembaga konsultan politik, Charta Politika Indonesia merilis hasil temuannya, di mana salah satunya memotret tingkat partisipasi pemilih masyarakat Jakarta di Pilkada 2024.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 28 Nov 2024, 07:27 WIB
Warga menunjukkan jari yang sudah dioleskan tinta usai menggunakan hak pilihnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) TPS 046, Cipete Selatan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta Lembaga konsultan politik, Charta Politika Indonesia merilis hasil temuannya, di mana salah satunya memotret tingkat partisipasi pemilih masyarakat Jakarta di Pilkada 2024.

Mereka mencatat terjadi penurunan partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024 ini, yaitu hanya mencapai 58 persen.

Sebagai perbandingan, pada Pilkada Jakarta tahun 2017, tingkat partisipasi pemilih di kota yang pernah menyandang nama Batavia ini tercatat sebesar 72 persen.

"Tingkat partisipasi yang menurun di DKI Jakarta. Di mana kemarin itu di tahun 2017 ada sekitar 72% orang memilih. Ada peningkatanlah pada saat itu, tapi pertarungan hari ini itu menurun di 58,14%," kata peneliti Charta Politika Indonesia, Dadang Nurjaman, di Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).

Dia memperkirakan, turunnya partisipasi warga lantaran sempat ada isu untuk tidak mencoblos ataupun mencoblos semua paslon.

"Bisa jadi karena isu-isu beberapa yang muncul seperti mencoblos, tidak mencoblos, atau kemudian mencoblos semua, dan daripada datang kemudian mencoblos semua mungkin saja orang itu lebih pada tidak datang ke TPS," kata dia.

Menurut Dadang, penurunan tersebur juga bisa terjadi lantaran Parpol tidak memberi dukungan ke Anies Baswedan dan membuat pendukung Anies menjadi Golput.

"Mungkin saja dipengaruhi oleh faktor dukungan partai yang tidak ke salah satu tokoh misalnya seperti itu, kayak Anies, misalnya karena faktor itu. Anak abah nih nggak ikut semua gitu kan. Kan bisa jadi seperti itu," pungkasnya.

 


Sekjen PDIP: Pramono-Rano Menang Satu Putaran Kalau Penghitungan Adil dan Jujur

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyoroti hasil hitung cepat atau quick count Pilkada Jakarta 2024. Hasto menegaskan, apabila penghitungan suara berlangsung jujur, maka paslon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno akan menang dalam satu putaran saja.

“Kami tetap meyakini Mas Pram-Rano Karno satu putaran itu kalau fair, itu kalau jujur dan seluruh simpatisan masyarakat Jakarta mari kita kawal agar ini benar-benar satu putaran,” kata Hasto di TPS 024, Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2024).

Menurut Hasto, hasil penghitungan exit poll dan quick count internal menyebutkan Pramono Anung-Rano Karno menang satu putaran di Pilkada Jakarta dengan raihan 53 persen.

“Di Jakarta kami melihat bahwa dari hasil exit poll dan juga quick count yang dilakukan di internal partai menunjukkan pasangan Pramono Anung-Rano Karno unggul dan memenangkan satu putaran,” kata dia.

Hasto meminta seluruh relawan tetap waspada karena ada indikasi dan manuver yang bergerak agar Pilkada Jakarta berlanjut ke putaran kedua.

“Untuk itu seluruh relawan simpatisan anggota dan kader partai agar waspada, karena ada pihak-pihak tertentu yang mencoba memaksakan di Jakarta agar dua putaran,” kata Sekjen PDIP.


Waspada Gerakan Paksa 2 Putaran

Terkait perolehan berbagai survei yang menyebutkan raihan Pramono masih di kisaran 50 Persen, Hasto menegaskan pihaknya tetap optimistis menang satu putaran.

“Kami optimis satu putaran, maka kami katakan, maka waspadai seluruh gerakan-gerakan yang mau mencoba memaksakan dua putaran. Karena ini kan sebelumnya disampaikan oleh Pak Jokowi yang mencoba kalau tidak bisa mengalahkan Mas Pram, bagaimana dibuat dua putaran,” kata Hasto.

Hasto memastikan PDIP akan mengawal penghitungan suara hingga selesai. Sebab ada skenario dari Jokowi agar Jakarta dua putaran.

“Ya kita jaga, karena skenario dari pihak-pihak yang ingin mendorong dua putaran itu telah kita dengar sejak Pak Jokowi turun di Jakarta. Hanya, skenario ini bisa dipatahkan karena masyarakat Jakarta itu terdidik kemudian bergabungnya sosok seperti mas Anies, mas Ahok, bang Yos, bang Foke,” kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya