Fisikawan Ungkap Time Travel Bisa Tanpa Paradoks

Pada 1905, Einstein mempublikasikan Teori Relativitas khusus yang menunjukkan bahwa waktu bukanlah sesuatu yang absolut.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 29 Nov 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi wormhole dan perjalanan waktu (time travel) (sumber: NASA.gov)

Liputan6.com, Jakarta - Fisikawan mengungkap bahwa perjalanan waktu atau time travel dapat dilakukan tanpa menimbulkan paradoks. Time travel adalah gagasan perjalanan waktu pertama kali populer melalui karya-karya fiksi.

Melansir laman Live Science pada Kamis (28/11/2024), seiring waktu, konsep ini mulai menarik perhatian para fisikawan, terutama setelah pengembangan teori relativitas oleh Albert Einstein. Pada 1905, Einstein mempublikasikan Teori Relativitas khusus yang menunjukkan bahwa waktu bukanlah sesuatu yang absolut.

Sebaliknya, waktu dipengaruhi oleh kecepatan dan gravitasi. Konsep ini diperluas dalam Teori Relativitas Umum pada 1915, yang menjelaskan bagaimana ruang dan waktu melengkung di sekitar objek dengan massa besar. Teori ini membuka kemungkinan perjalanan waktu melalui fenomena seperti wormhole atau lubang cacing.

Pada 1949, matematikawan Kurt Gödel menemukan solusi dalam persamaan relativitas umum yang menunjukkan kemungkinan jalur melingkar di ruang-waktu, yang dikenal sebagai closed timelike curves (CTCs). Solusi ini secara teoritis memungkinkan perjalanan waktu, meskipun secara praktis tantangannya sangat besar.

Gagasan time travel kerap memperlihatkan konflik logika seperti 'grandfather paradox'. Paradoks ini menggambarkan dilema jika seseorang kembali ke masa lalu untuk mencegah kelahiran orang tuanya, bagaimana ia bisa ada untuk melakukan perjalanan tersebut?

 


Bisa Dihindari

Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa paradoks tersebut mungkin bisa dihindari. Dikutip dari IFL science pada Kamis (28/11/2024), penelitian yang dipimpin oleh Germain Tobar dari University of Queensland, Australia, menunjukkan bahwa perjalanan waktu dapat dilakukan tanpa menyebabkan paradoks.

Studi ini yang diterbitkan dalam jurnal Classical and Quantum Gravity ini menggunakan model matematis untuk menunjukkan bahwa ruang-waktu dapat menyesuaikan diri guna mencegah terjadinya paradoks. Menurut Tobar, jika seseorang melakukan perjalanan waktu dan mencoba mengubah masa lalu, maka peristiwa-peristiwa di ruang-waktu akan beradaptasi sedemikian rupa, sehingga perubahan tersebut tetap konsisten dengan masa depan yang diketahui.

Dengan kata lain, meskipun seseorang mencoba mencegah peristiwa tertentu, sesuatu akan terjadi untuk memastikan bahwa peristiwa tersebut tetap terjadi, meskipun dengan cara yang berbeda. Model ini didasarkan pada konsep determinisme dinamis, di mana sebab dan akibat tetap terjaga meskipun ada intervensi dalam lintasan waktu.

Hal ini memberikan solusi potensial untuk mengatasi paradoks kakek dan paradoks informasi. Meskipun terobosan ini menarik, masih banyak tantangan praktis yang perlu diatasi sebelum perjalanan waktu menjadi kenyataan.

Salah satunya adalah kebutuhan akan energi yang sangat besar untuk menciptakan lubang cacing atau memanipulasi ruang-waktu. Selain itu, stabilitas struktur ruang-waktu masih menjadi pertanyaan besar.

Eksperimen dengan partikel subatomik di akselerator partikel, seperti Large Hadron Collider (LHC), memberikan beberapa petunjuk awal tentang kemungkinan manipulasi ruang-waktu. Namun, aplikasi skala besar untuk manusia masih berada di luar jangkauan teknologi saat ini.

Meski begitu, tokoh seperti Stephen Hawking pernah berpendapat bahwa perjalanan waktu bisa menjadi kenyataan suatu hari nanti.

(Tifani)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya