Sembunyikan Anak dalam Laci Hampir 3 Tahun, Ibu di Inggris Dipenjara

Anak itu ditemukan dalam kondisi memprihatinkan dan mengenaskan. Begini kisah selengkapnya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 29 Nov 2024, 11:04 WIB
Ilustrasi penjara (AFP)

Liputan6.com, London - Seorang ibu di Inggris dijatuhi hukuman penjara tujuh setengah tahun setelah diketahui menyembunyikan bayi perempuannya di dalam laci di bawah tempat tidur selama hampir tiga tahun.

Kasus yang menggegerkan ini terungkap di Pengadilan Chester Crown, Inggris barat laut, setelah sang hakim menggambarkan perlakuan terhadap anak tersebut "hidup dalam kematian".

Dilansir CNN, Jumat (29/11/2024), anak perempuan yang tak disebutkan namanya itu ditemukan beberapa minggu sebelum ulang tahunnya yang ketiga di rumah keluarganya di Cheshire.

Berdasarkan laporan PA Media, anak tersebut memiliki rambut kusut, ruam parah, dan tanda-tanda kurang gizi.

Dalam persidangan, terungkap bahwa sang ibu, yang identitasnya dirahasiakan karena alasan hukum, menyembunyikan keberadaan anak itu dari pasangan hidupnya, anak-anak lainnya, dan lingkungan sekitar.

Selama hampir tiga tahun, anak itu tidak pernah dibawa keluar rumah, tidak disosialisasikan, dan tidak mendapatkan perhatian medis yang dibutuhkan.

"Anda merampas kasih sayang, perhatian, interaksi, makanan yang layak, dan perawatan medis yang sangat dibutuhkan oleh anak itu. Kondisinya benar-benar menghancurkan – secara fisik, psikologis, dan sosial," tutur Hakim Steven Everett, seraya mengecam tindakan ibu itu sebagai sesuatu yang melampaui akal sehat.


Tak Sengaja Terungkap

Ilustrasi anak ADHD. (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Hakim juga menyoroti bahwa tindakan sang ibu terungkap secara kebetulan ketika pasangannya menemukan anak tersebut di sebuah laci.

Jaksa penuntut, Siôn ap Mihangel, menjelaskan bahwa ketika anak itu dibawa ke rumah sakit, ia ditemukan dalam kondisi sangat kekurangan gizi dan dehidrasi. Selama hidupnya, ia hanya diberi makan bubur susu menggunakan alat suntik.

Lebih lanjut, anak itu memiliki langit-langit mulut sumbing yang tidak pernah diobati.

"Anak ini disembunyikan di dalam laci, tidak pernah diajak keluar, dan tidak pernah bertemu orang lain selain ibunya," ujar jaksa.

Dalam pernyataan yang mengejutkan, sang jaksa mengungkapkan bahwa anak tersebut ditinggalkan sendirian saat sang ibu bekerja, mengantar anak-anak lainnya ke sekolah, atau bahkan ketika ia pergi menginap di rumah kerabat selama Natal.


Alami Trauma Berat

Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Kasus ini terungkap setelah pasangan sang ibu, yang saat itu tinggal bersamanya, mendengar suara dari salah satu kamar tidur. Ia kemudian menemukan anak tersebut di dalam laci dan melaporkannya kepada keluarga serta layanan sosial.

Ketika petugas sosial tiba di lokasi, mereka menemukan anak itu dalam kondisi mengenaskan. Sang ibu, menurut laporan petugas sosial, tampak tidak menunjukkan emosi dan bersikap santai.

Kuasa hukum terdakwa, Matthew Dunford, menyatakan bahwa kesehatan mental kliennya, hubungan yang penuh kekerasan dengan ayah anak tersebut, serta tekanan selama pandemi COVID-19 menciptakan "keadaan yang luar biasa." Ia juga menyebutkan bahwa anak-anak lain dari sang ibu dirawat dengan baik dan kini tidak lagi tinggal bersamanya.

Anak perempuan tersebut kini tinggal bersama keluarga angkat yang menggambarkannya sebagai "anak cerdas yang perlahan-lahan mulai hidup kembali."

Namun, mereka menambahkan bahwa trauma yang dialami anak itu masih terasa.

"Dia bahkan tidak tahu namanya sendiri ketika kami memanggilnya," ungkap keluarga angkat dalam pernyataan di pengadilan.

 

INFOGRAFIS JOURNAL_ Beberapa Gejala Permasalahan Kesehatan Mental pada Anak (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya