Liputan6.com, Jakarta - Leicester City sudah menunjuk Ruud van Nistelrooy sebagai komandan baru usai mengakhiri masa bakti Steve Cooper pekan lalu. Dia dikontrak hingga 2027 dengan target membawa The Foxes bertahan di kasta tertinggi sistem kompetisi sepak bola Inggris.
Klub memberhentikan Cooper setelah tim dikalahkan Chelsea 1-2 setelah jeda internasional November. Hasil itu melanjutkan tren buruk tim yang menderita empat kekalahan dari lima pertandingan di seluruh kompetisi.
Advertisement
Cooper pun hanya berbakti selama sendiri hanya sempat memimpin The Foxes selama 14 pertandingan sejak menggantikan Enzo Maresca di musim panas. Demi mengangkat kinerja Jamie Vardy dan kawan-kawan, manajemen lalu menunjuk Van Nistelrooy yang dalam posisi menganggur.
Dia tidak dipertahankan Ruben Amorim yang tiba sebagai manajer anyar Manchester United. Sebelumnya dia kembali ke Old Trafford sebagai deputi Erik ten Hag.
“Saya harus katakan, ketika ketertarikan itu datang, orang pertama yang saya hubungi adalah Enzo. Ia sangat positif tentang klub ini itu. Ia benar-benar mencintai waktunya di sini. Ketika Anda mendengar hal-hal ini, Anda ingin menjadi bagian dari klub itu," ujar Van Nistelrooy.
"Jelas, dengan adanya ketertarikan datang, saya meneleponnya dan menanyakan kepadanya pertanyaan yang lebih rinci tentang klub, strukturnya, orang-orang yang bekerja di sana, skuadnya, stadionnya, para penggemarnya, kotanya, lingkungan sekitarnya. itu adalah percakapan yang fantastis. Selalu menyenangkan berbicara dengannya.”
Perjalanan Karier Van Nistelrooy Sebagai Manajer
Ruud van Nistelrooy memang masih tergolong sosok manajer muda dengan pengalaman terbatas di Liga Premier. Kiprahnya di Manchester United dimulai saat mengambil alih kepemimpinan secara interim usai Erik ten Hag dipecat pada akhir Oktober.
Selama empat pertandingan membesut Setan Merah, Van Nistelrooy mencatatkan catatan impresif dengan tak terkalahkan dalam tiga kemenangan dan satu hasil imbang. Menariknya, dua kemenangan tersebut justru diraih saat menghadapi Leicester dibawah asuhan Steve Cooper.
Meski United masih menampakkan sejumlah kelemahan pertahanan, khususnya saat berhadapan dengan Chelsea di awal November, performa Van Nistelrooy tidak bisa sepenuhnya disalahkan atas rapuhnya benteng Setan Merah.
Sebelumnya di PSV Eindhoven, pria berusia 48 tahun ini telah membuktikan kemampuannya dengan meraih Johan Cruyff Shield 2022 dan Piala KNVB 2022/2023. Namun, ia memutuskan mengundurkan diri pada akhir musim 2022/2023 akibat minimnya dukungan dari manajemen klub.
Di musim terakhirnya bersama PSV, Van Nistelrooy berhasil membawa timnya finis di peringkat kedua Eredivisie dengan koleksi 75 poin dari 34 pertandingan, hanya terpaut tujuh poin dari sang juara Feyenoord.
Advertisement
Misi Menyelamatkan Leicester City dari Ancaman Degradasi
Setelah mengalahkan sejumlah pelatih berpengalaman seperti Graham Potter dan David Moyes pada persaingan posisi manajer Leicester City, kini Van Nistelrooy dihadapkan dengan tantangan besar untuk membuktikan diri secara permanen di pentas Liga Premier.
Misi utamanya adalah dengan menyelamatkan The Foxes dari ancaman degradasi. Kekalahan 1-4 dari Brentford akhir pekan lalu membuat tim hanya satu nilai di atas zona degradasi.
Statistik menunjukkan bahwa The Foxes memiliki rekor pertahanan buruk dengan kebobolan 27 gol, yang merupakan catatan terburuk kedua di Liga Premier. Lebih mengkhawatirkan lagi, 20 dari total gol tersebut diderita dalam tujuh pertandingan terakhir.
Sejumlah pertandingan berat menanti Van Nistelrooy sebelum Natal. Leicester akan berhadapan melawan West Ham United, Brighton & Hove Albion, Newcastle United, dan Wolverhampton Wanderers. Setelahnya mereka bersua Liverpool pada Boxing Day dan juara bertahan Manchester City pada 29 Desember.