Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS Hari Ini 28 November 2024

Rupiah ditutup menguat 63 poin terhadap dolar AS (USD), setelah menguat 80 poin di level Rp 15.871,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,934,5.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Nov 2024, 18:49 WIB
Rupiah akhirnya memasuki zona hijau pada Kamis, 28 November 2024. Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen global seiring investor menahan diri jelang libur Thanksgiving.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Rupiah akhirnya memasuki zona hijau pada Kamis, 28 November 2024. Pergerakan rupiah dipengaruhi sentimen global seiring investor menahan diri jelang libur Thanksgiving.

Rupiah ditutup menguat 63 poin terhadap dolar AS (USD), setelah menguat 80 poin di level Rp 15.871,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,934,5.

"Sedangkan untuk besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 15.810 - Rp 15.890,” kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Kamis (28/11/2024).

Dolar AS melemah ketika investor menahan diri untuk tidak memasang taruhan besar sebelum libur Thanksgiving di AS, yang kemungkinan akan terus diperdagangkan tipis selama sisa pekan ini.

Data indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang menjadi ukuran inflasi dasar acuan Federal Reserve (The Fed) juga meningkat sesuai dengan perkiraan.

Data lain juga menunjukkan ekonomi AS di kuartal ketiga 2024 tumbuh stabil dan solid, serta data klaim pengangguran mingguan yang sedikit lebih kuat dari yang diharapkan. 

"Ketidakmampuan untuk mencapai target inflasi 2% Federal Reserve, dikombinasikan dengan kemungkinan peningkatan tarif impor, dapat membatasi kemampuan bank sentral untuk menurunkan suku bunga tahun depan,” papar Ibrahim.

"Meskipun pembacaan tersebut tidak banyak menghalangi ekspektasi untuk penurunan suku bunga pada bulan Desember, para pedagang terlihat semakin tidak yakin atas prospek suku bunga pada tahun 2025,” lanjutnya.

Adapun ketidakpastian seputar pemerintahan baru Presiden Terpilih AS Donald Trump yang diperkirakan akan mengeluarkan lebih banyak kebijakan ekspansif dan tarif perdagangan yang akan mendorong inflasi.

“Tren ini diperkirakan akan membatasi siklus pelonggaran Fed,” Ibrahim menambahkan.

Sementara itu, masih ada kekhawatiran terkait perang dagang Tiongkok-AS, dan para pedagang menunggu untuk melihat langkah-langkah stimulus yang akan diberlakukan Beijing untuk mengimbangi tekanan ekonomi dari setiap kenaikan tarif AS.

 

 

 


Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Suasana gedung perkantoran di Kawasan Jakarta, Jumat (3/5/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

OECD Ramal Ekonomi RI Lampaui 5% pada 2025

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,2% pada 2025 mendatang, dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan 5,1% pada 2024. 

Serupa, pemerintah  jugamenargetkan pertumbuhan ekonomi pada level 5,2% pada asumsi dasar makro dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2024 dan 2025. 

OECD menilai, konsumsi akan tetap kuat dan investasi swasta kemungkinan akan meningkat.  Defisit fiskal akan sedikit melebar karena belanja publik untuk Ibu Kota Nusantara, tetapi diproyeksikan akan tetap di bawah batas 3%, demikian menurut perkiraan OECD.

Adapun Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan terus menurunkan suku bunga pada akhir 2024 dan 2025.


Rupiah Jadi Mata Uang Paling Perkasa di Asia Pagi Ini, Ini Buktinya

Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Secara rata-rata Rupiah mencatat depresiasi 4,53 persen akibat level yang masih lemah pada April 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan performa positif pada Kamis (28/11/2024). Rupiah dibuka di level 15.876 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat 0,37% dari penutupan sebelumnya di 15.935 per dolar AS.

Penguatan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan performa terbaik di Asia hari ini.

Pada perdagangan pagi, rupiah terus terapresiasi hingga mencapai 15.859 per dolar AS, naik 0,41% atau 66 poin dari posisi penutupan sebelumnya.

Kinerja positif ini tidak hanya terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap mata uang global lainnya seperti euro dan poundsterling, serta delapan mata uang Asia, termasuk yen Jepang dan dolar Singapura.

Didukung Pelemahan Dolar AS

Penguatan rupiah didorong oleh melemahnya indeks dolar AS yang turun ke level 106,15. Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember mendatang juga memberikan sentimen positif.

Data inflasi AS yang stabil di bawah 2,5% selama tiga bulan terakhir memperkuat pandangan ini, sehingga memberikan ruang bagi nilai tukar rupiah untuk terus menguat.

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya