Tumbangnya PKS di Kota Depok Setelah 20 Tahun Berjaya, Apa Penyebabnya?

Yusfitriadi mengatakan, gejala PKS akan kalah pada Pilkada Depok sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. Padahal selama dua dekade PKS berjaya dan selalu memenangkan Pilkada Depok.

oleh Dicky Agung Prihanto diperbarui 29 Nov 2024, 07:38 WIB
Simpatisan PKS melakukan flashmob sebagai bentuk dukungan Bacaleg mendaftarkan diri di KPUD Kota Depok, Jalan Raya Margonda, Kecamatan Beji, Kota Depok. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto).

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Kota Depok, 2024, menjadi sebuah catatan sejarah kekuasaan PKS di Kota Depok selama 20 tahun telah runtuh. Pengamat politik dari Lembaga Visi Nusantara (LS Vinus) Yusfitriadi, menemukan sejumlah faktor yang menyebabkan runtuhnya kejayaan PKS pada Pilkada Kota Depok.

Yusfitriadi mengatakan, gejala PKS akan kalah pada Pilkada Depok sudah terlihat sejak beberapa waktu lalu. Padahal selama dua dekade PKS berjaya dan selalu memenangkan Pilkada Depok.

"Warga tidak melihat perubahan signifikan di beberapa aspek kebutuhan dasar masyarakat, atau juga di internal aparatur pemerintahan yang ekslusif," ujar Yusfitriandi, Kamis (28/11/2024).

Yusfitriadi menilai, tidak adanya perubahan signifikan tidak ditunjukan masyarakat maupun aparatur pemerintahan Kota Depok. Hal itu dikarenakan dominasi PKS terlalu kuat menguasai Kota Depok, bahkan publik lokal maupun nasional menganggap Depok sebagai kota PKS.

"Banyak faktor tumbangnya PKS pada Pilkada 2024 Depok, seperti faktor internal, di antaranya pertama, ketidakpuasan aparatur pemerintah. Supian Suri salah satu contoh konkrit dari ketidakpuasan atas tatakelola pemerintahan di Depok," terang Yusfitriadi.

Yusfitriadi menjelaskan, Supian Suri selain masih ada unsur keluarga dengan Wali Kota Mohammad Idris, tim sukses Idris pada Pilkada 2020, juga merupakan sekretaris daerah dalam kabinet Idris-Imam. Menurutnya, Supian Suri tidak mungkin maju pada Pilkada Depok melawan Imam Budi Hartono, tanpa ada faktor ketidakpuasan.

"Tidak mungkin maju sebagai calon Wali Kota Depok, jika sudah nyaman berada dalam bayang-bayang Idris, walaupun mau mencalonkan sebagai pendamping Imam. Namun karena tidak nyaman sehingga berani mengambil posisi berhadapan dengan koloni Idris di Pilkada 2024," jelas Yusfitriadi.

Yusfitriadi melihat, berbagai fenomena menyeruak ke permukaan diakibatkan tatakelola pemerintahan yang kurang baik. Hal itu menjadi faktor berkurangnya kepercayaan masyarakat pada rezim PKS pada Pilkada Depok.

"Ini mempertegas bahwa rezim PKS di Depok tidak mungkin bertahan lagi," ucap Yusfitriadi.


Eksklusifitas Pengelolaan Pemerintahan yang Bikin Gerah

Suasana Alun-Alun Kota Depok yang dipadati warga setelah diresmikan Wali Kota Depok Mohammad Idris, Minggu (12/1/2020). Alun-alun seluas 3,9 hektare ini dilengkapi berbagai fasilitas, hingga gerai UMKM. (Merdeka.com/Muhammad Fayyadh/Magang)

Eksklusifitas pengelolaan pemerintahan yang sebenarnya isu tersebut di PKS telah lama beredar, namun dengan kekuasaan yang dominan, sulit dapat muncul ke permukaan. Eksklusifitas dapat dirasakan Aparatur Pemerintahan Kota Depok dari berbagai tingkatan.

"Aparatur pemerintahan sangat mungkin tidak merasakan kenyamanan di bawah kekuasaan PKS selama 20 tahun tersebut, minimal dalam 5 tahun terakhir," terang Yusfitriadi.

Pada faktor eksternal, lanjut Yusfitriadi, turut berkontribusi tumbangnya rezim PKS di Depok, yakni secara umum di internal PKS rapuh. Kerapuhan tersebut terlihat dari keluarnya para petinggi PKS dan membentuk Partai Gelora, serta banyak penasihat PKS keluar mengindikasikan rapuhnya manajemen PKS.

"Tentu saja hal itu diikuti oleh pengurus elit partai dan sedikit banyak akan mempengaruhi konstituen PKS, termasuk di Kota Depok," ungkap Yusfitriadi.

Bukti tersebut diperkuat dari sejumlah calon yang diusung PKS pada Pemilu 2024, pasangan yang diusung PKS pada Pilkada Depok hingga Gubernur Jawa Barat dan Jakarta mengalami kekalahan. Atas dasar tersebut PKS dalam kondisi tidak baik dan perlu dilakukan pembenahan.

"Kalau tidak ada pembenahan, bukan tidak mungkin 2029 mendatang PKS akan menjadi partai papan bawah, yang saat ini ada di posisi partai menengah," kata Yusfitriadi.


PKS Gabung dengan Pemerintah Pusat

Bergabungnya PKS dengan Pemerintah Pusat menganggap PKS tidak konsisten dengan perubahan, bahkan dianggap sangat pragmatis. Apalagi, PKS bergabung dengan kabinet Prabowo-Gibran tidak mendapatkan kursi menteri, sehingga dianggap positioning PKS sangat lemah ketika mengambil posisi pragmatis.

"Meninggalkan Anies Baswedan, khususnya dalam pencalonan Gubernur Jakarta, PKS kembali menuai antipati, baik dari pendukung Anies, bahkan di internal PKS sendiri. Hal itu sangat merugikan pasangan calon yang diusung PKS di beberapa kabupaten atau kota, terutama di kota-kota yang dekat dengan Jakarta, termasuk Depok," ungkap Yusfitriadi.

Faktor kejengahan masyarakat menjadikan banyak masyarakat memilih Supian Suri, karena jengah terhadap kepemimpinan PKS yang sudah 20 tahun, namun tidak ada perubahan mendasar yang dirasakan masyarakat luas.

"Saya mengamati perubahan hanya bisa dilihat dari bangunan megah yang ada di sepanjang jalan Margonda dan GDC. Dipinggiran Depok, permasalahan sanitasi, banjir, kekumuhan, sampah tidak bisa diselesaikan selama 20 tahun," pungkas Yusfitriadi.


Hasil Quick Count Pilkada Depok, Supian Suri Unggul 53,19 Persen

Sejumlah lembaga survei telah melakukan quick count Pilkada Depok, salah satunya Voxpol yang menunjukkan angka pasangan Imam-Ririn 46,81 persen dan Supian-Chandra 53,19 persen. Atas quick count tersebut, para pendukung Supian-Chandra bergembira atas quick count tersebut.

Calon Wali Kota Depok, Supian Suri mengaku bersyukur atas hasil dari sejumlah lembaga survei Pilkada Depok. Kemenangan Supian Chandra menjadi bentuk syukur atas amanah dari Pilkada Depok.

"Kita panjatkan kepada ke hadirat Allah SWT, terima kasih yang sebesar-besarnya Insya Allah proses pesta demokrasi kita berjalan dengan lancar," ujar Supian kepada Liputan6.com, Rabu (27/11/2024).

Supian menjelaskkan, pasangan 02 Pilkada Depok Supian Suri dan Chandra Rahmansyah mendapat amanah yang diberikan masyarakat kota Depok. Imam mengapresiasi kepada masyarakat kota Depok atas amanah yang diberikan kepada Supian-Chandra.

"Insya Allah saya dan Pak Chandra akan memberikan yang terbaik atas amanah yang diberikan," jelas Supian.

Supian mengapresiasi kepada partai pengusung, relawan, simpatisan, pemuka agama, dan seluruh elemen masyarakat. Supian menilai, kemenangan pasangan Supian-Chandra merupakan kemenangan bersama pada Pilkada Depok.

"Ini adalah kemenangan kita bersama, kita bertanggung jawab untuk mengisi kemenangan ini memberikan yang terbaik kepada masyarakat kota Depok," ucap Supian.

Supian turut mengapresiasi atas kinerja pada penyeleggara Pemilu seperti KPU, Bawaslu, Forkopimda serta seluruh pihak Kota Depok terkait proses pesta demokrasi. Kinerja para penyelenggara telah mampu menjaga Pilkada Kota Depok berjalan dengan baik.

"Semoga ini menjadi bagian dari kebaikan kita semua dan kebaikan Kota Depok," terang Supian.

Infografis 5 Provinsi Potensi Kerawanan Tertinggi Saat Pilkada 2024. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya