Ratusan Burung Pipit Mati di Bali, Balai KSDA: Tidak Ada Indikasi Wabah Penyakit

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bali telah melakukan pengecekan langsung di lokasi kejadian dan menyatakan tak ada indikasi wabah penyakit.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Nov 2024, 15:41 WIB
Ratusan Burung Pipit Mati di Bali, Balai KSDA: Tidak Ada Indikasi Wabah Penyakit. Foto: Balai KSDA Bali.

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini viral di media sosial soal ratusan burung pipit mati di area Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Dalam video yang diunggah akun Instagram @bksda__bali, terlihat ratusan burung pipit (Estrildidae) terkapar di jalan aspal area bandara. Beberapa di antaranya masih bergerak lemas dan tak mampu terbang. Sementara, di pinggir jalan ada pohon tumbang.

Guna menindaklanjuti kejadian ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bali telah melakukan pemeriksaan dan pengecekan langsung di lokasi kejadian pada Minggu, 24 November 2024.

Berdasarkan hasil investigasi atau pemeriksaan yang dilakukan, diperoleh informasi dari petugas pemeliharaan taman dan petugas keamanan Bandara I Gusti Ngurah Rai. Diketahui bahwa insiden ini terjadi pada Jumat malam, 22 November 2024.

Pohon tempat kawanan burung pipit bertengger mengalami patah ranting akibat sambaran petir. Sambaran ini mengakibatkan kawanan burung yang sedang beristirahat di pohon tersebut turut tersambar dan mati. Pada saat kejadian petugas kebersihan bandara langsung mengevakuasi bangkai burung dari lokasi untuk menjaga kenyamanan pengunjung bandara.

Saat tim BKSDA Bali melakukan pengecekan, ditemukan sisa tiga ekor bangkai burung dalam kondisi yang telah mengalami degradasi hingga 90 persen. Hal ini menyebabkan satwa tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan nekropsi atau pengambilan sampel.


Tak Ada Indikasi Wabah Penyakit

Kepala Balai KSDA Bali, Ratna Hendratmoko, menegaskan bahwa kejadian ini disebabkan oleh faktor alam dan tidak ada indikasi wabah penyakit atau penyebab lain yang memerlukan kekhawatiran publik.

“Namun, kami tetap akan memantau situasi dan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan ekosistem tetap terjaga,” kata Ratna dalam keterangan resmi di laman Balai KSDA Bali dikutip Jumat (29/11/2024).


Ciri-Ciri Hewan Mati Akibat Wabah atau Bukan

Ahli epidemiologi Dicky Budiman. Foto: Dokumentasi pribadi.

Terkait kejadian ini, peneliti global health security dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memberi tanggapan.

Menurutnya, ciri-ciri hewan mati karena wabah yang utama adalah pola penyebaran.

“Jadi wabah itu biasanya menunjukkan pola sebaran yang spesifik, misalnya kematian yang meluas dalam waktu singkat di area yang lebih luas. Biasanya ini melibatkan beberapa spesies atau bisa saja berulang dalam populasi burung tertentu,” kata Dicky kepada Health Liputan6.com, Kamis (28/11/2024).

Ciri kedua adalah gejala klinis, biasanya hewan yang mati akibat wabah akan menunjukkan gejala tertentu sebelum kematian.

“Ini tentu perlu diverifikasi dan divalidasi oleh dokter hewan.”

Di sisi lain hewan yang terkena wabah cenderung memengaruhi jumlah yang lebih besar dalam waktu singkat. Sementara, faktor alam lain seperti petir biasanya kematiannya terlokalisasi.


Tidak Ada Faktor Lingkungan yang Jelas

Ciri kematian hewan akibat wabah berikutnya adalah tidak adanya faktor lingkungan yang jelas yang menyebabkan kematian tersebut.

“Jika tidak ada faktor lingkungan yang jelas seperti cuaca ekstrem atau bencana alam, nah itu kita bisa mencurigai sebagai satu kejadian wabah.”

Hewan mati mendadak tak serta merta bisa disimpulkan akibat wabah, perlu ada investigasi laboratorium untuk mengonfirmasi adanya agen penyakit.

“Harus ada investigasi laboratorium untuk mengonfirmasi adanya agen penyakit, apa itu virus, bakteri atau parasit dari nekropsi atau sampel jaringan yang diambil dari hewan yang terkena,” ucap Dicky.

Infografis: Perjalanan Wabah dan Vaksinnya (Liputan6.com / Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya