6 Fakta Menarik Gunung Padang, Situs Prasejarah Megalitikum Berusia 25.000 Ribu Tahun

Luas kompleks utama Gunung Padang mencapai kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 mdpl. Luas areal situs ini sekitar 3 hektare, sehingga menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

oleh Dyah Ayu Pamela diperbarui 02 Des 2024, 08:30 WIB
Situs bersejarah Gunung Padang di Sukabumi. (Dok: IG @tyoguritno https://www.instagram.com/p/CtCLfAaJyyr/?img_index=9&igsh=YjkzbXhsc3Z2NjZ0)

Liputan6.com, Jakarta - Situs Gunung Padang adalah  situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat yang berusia 10.000 - 25.000 tahun sebelum masehi. Tepatnya berada di perbatasan Dusun Gunungpadang dan Panggulan, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur.

Meski disebut Gunung Padang, penamaan tersebut tidak mengacu pada sebuah gunung secara harfiah. Kata Padang di belakangnya juga tidak menunjukkan lokasi keberadaannya di Padang yang merupakan salah satu kota di Sumatera Barat.

Mengutip dari laman resmi Kementerian Kebudayaan, Jumat, 29 November 2024, lokasi Gunung Padang dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.

Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 mdpl. Luas areal situs ini sekitar 3 hektare, sehingga menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara. 

Masih banyak hal mengenai Gunung Padang selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Padang yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Sudah Ditetapkan Sebagai Cagar Budaya

Situs ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya melalui Surat Keputusan Bupati Cianjur Nomor 431/389.b/Disbudpar/2010 dan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 023/M/2014. Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, “Buletin Dinas Kepurbakalaan”) pada 1914. 

Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggung cagar budaya Gunung Padang pada 1949. Kemudian cagar budaya ini sempat terlupakan cukup lama di masa pasca kemerdekaan Indonesia.


2. Kajian Arkeologi Sebelum Jadi Cagar Budaya

Cagar budaya Gunung Padang di Jawa Barat. (Dok: IG @dianmayori https://www.instagram.com/p/Cypo6o5Sc61/?igsh=MTVqY2lmY2Jkc3Bvaw%3D%3D&img_index=4)

Setelah sempat “terlupakan”, pada 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede.

Setelah adanya laporan, tim Kementerian Kebudayaan pada masa itu mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya dengan kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada 1979 terhadap situs ini.

3. Lokasinya Dikelilingi Gunung dan Bukit

Posisi Gunung Padang yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan bukit bagi sebagian kalangan awam tentu menjadi sebuah kenyataan yang aneh dan ajaib. Kemudian juga keberadaan kampung di sekitar Gunung Padang, karena kawasan ini ditinggali oleh penduduk. Ada beberapa kampung yang berada dalam wilayah administratif Desa Karyamukti Kecamatan Campaka yang terkait dengan keberadaan Gunung Padang, yaitu Kampung Empang, Kampung Cikute, dan Kampung Ciukir.


4. Mitos di Gunung Padang

Gunung Padang saat dijadikan tempat meditasi. (Dok: IG @tunjungdhimasbintoro https://www.instagram.com/p/C6E8nD1SVmy/?img_index=4&igsh=MXh4M3hpdm90cmkzMA%3D%3D)

Di samping itu, beberapa mitos yang beredar di masyarakat mengenai keberadaan kampung di sekitar Gunung Padang. Tepatnya di bawah perut Gunung Padang yang menyimpan misteri mengakibatkan munculnya mitos-mitos yang diperoleh dari para orangtua leluhur mereka.

Salah satunya tentang Kampung Empang yang berjarak kurang lebih satu kilometer dari Situs Gunung Padang diceritakan berasal dari kata “empang” yang artinya kolam. Mitos yang beredar dari kalangan penduduk setempat bahwa nama Empang tersebut dilatarbelakangi keberadaan kampung tersebut pada masa dahulu yang menjadi lokasi atau tempat untuk mencelupkan dan mencuci batu-batuan sebelum disusun dan dipergunakan untuk membangun Situs Gunung Padang.

Mengapa harus dicelup dan dicuci terlebih dahulu? Para ahli memperkirakan teknik celup dan cuci diprediksi sebagai sebuah teknologi sangat maju pada zaman dahulu yang dipergunakan sebagai salah satu teknik untuk membangun sebuah bangunan berskala besar seperti halnya Situs Gunung Padang.

 


5. Ritual Mensucikan Batu

Cagar Budaya Gunung Padang. (Dok: IG https://www.instagram.com/p/DCbTq77To6F/?img_index=1&igsh=b3hnZG5jdjE0Zzlt)

Disebutkan bahwa mencuci batu-batuan adalah salah satu tahapan religi yang terjadi di masa lampau. Tujuannya untuk mensucikan batu-batuan tersebut sebelum dipergunakan untuk membangun sebuah bangunan suci.

Perkiraan sebagai teknologi sangat maju yang dikatakan para ahli dapat saja menjadi salah satu pertimbangan utama mengingat posisi Gunung Padang. Alasannya adalah posisi Gunung Padang berada pada kondisi geografis sangat rawan longsor.

Gunung Padang berada pada jalur patahan Sungai Cimandiri yang cukup sering mengalami pergerakan dan mengakibatkan gempa bumi. Selain itu, posisi Situs Gunung Padang yang berada pada puncak bukit yang dikelilingi lereng-lereng cukup terjal yang memungkinkan untuk terjadinya longsoran. 

6. Ditemukan Sumber Mata Aur Cikahuripan

Kesucian dan teknologi masa lampau juga ditemukan di lokasi mata air Cikahuripan di dekat Gunung Padang. Posisi mata air Cikahuripan yang berada tepat di teras pertama sebelah utara dapat diasumsikan sebagai sebuah tempat mensucikan diri sebelum seseorang masuk ke Situs Gunung Padang. Sementara itu, dari segi teknologi, ditemukan bahwa posisi batuan yang mengelilingi Mata Air Cikahuripan hampir berbentuk kerucut

Infografis Sederet Bahaya Langsung dan Susulan dari Letusan Gunung Api. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya