Liputan6.com, Jakarta - Dakwah Islam di tanah Jawa tidak terlepas dari jasa dan perjuangan walisongo. Dakwah wali sembilan itu dapat dikatakan sukses, terlebih dengan melakukan pendekatan budaya kepada masyarakat kala itu.
Ada walisongo yang berdakwah dengan memanfaatkan seni sehingga membuat masyarakat tertarik. Ada pula yang terlibat dalam pemerintahan kerajaan sehingga dakwah walisongo menjadi mudah.
Peran dakwah walisongo zaman dahulu sangat terasa hingga sekarang. Peninggalan para walisongo yang masih berdiri kokoh hingga saat ini menjadi bagian bukti sejarah.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, kisah-kisah walisongo juga menjadi cerita menarik yang sering dituturkan para ulama era saat ini. Terlebih lagi kisah-kisah tersebut mengandung banyak hikmah yang dapat dipetik oleh muslim sekarang.
Salah satu cerita walisongo yang masyhur di masyarakat adalah kisah Sunan Kalijaga yang sering mengambil hasil pajak bumi untuk dibagikan ke masyarakat. Kemudian Sunan Kalijaga juga pernah ingin mencuri tongkat Sunan Bonang yang menjadi jalan dia diangkat sebagai muridnya. Simak kisahnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah Sunan Kalijaga yang Dikenal Robin Hood Jawa
Dikisahkan, Sunan Kalijaga lahir dari keluarga bangsawan. Ia merupakan putra Adipati Tuban. Hidupnya yang serba ada tak membuat ia terlena.
Sunan Kalijaga dikenal Robin Hood Jawa. Setiap malam ia mengambil hasil pajak bumi untuk dibagikan kepada rakyat secara diam-diam. Kala itu, dia dikenal dengan nama Lokajaya, perampok berhati mulia.
Suatu ketika, aksi Sunan Kalijaga diketahui oleh Adipati Tuban. Lantas Raden Mas Said pun mendapat hukuman dari ayahandanya berupa cambukan dan kurungan selama beberapa waktu.
Setelah bebas, Sunan Kalijaga tetap melakukan aksi perampokannya, lalu dibagikan ke rakyat kecil. Seorang dari kerajaan tidak menyukai sosok Sunan Kalijaga hingga akhirnya memfitnah putra Adipati Tuban itu.
Seseorang itu menggunakan topeng dan kostum seperti Sunan Kalijaga. Ia merampok dan memperkosa. Kemudian korban melaporkannya kepada adipati.
Sang ayah mengira bahwa itu adalah perbuatan Sunan Kalijaga. Hingga akhirnya Adipati Tuban mengusir Sunan Kalijaga dari kerajaan.
Advertisement
Yang Terjadi ketika Ingin Curi Tongkat Sunan Bonang
Meski telah diusir dari kerajaan, namun Sunan Kalijaga tetap merampok dan membagikannya ke rakyat miskin. Suatu hari, Sunan Kalijaga mencoba mencuri tongkat seorang pria tua.
Ia mengira tongkat tersebut terbuat dari emas. Namun ternyata dia keliru, tongkat tersebut bukan terbuat dari emas. Tongkat tersebut dikembalikan oleh Sunan Kalijaga.
Pria itu bertanya kepada Sunan Kalijaga kenapa mau mencuri tongkat miliknya. Sunan Kalijaga menjelaskan bahwa hasil rampokannya dibagikan kepada rakyat-rakyat kecil.
Mendengar niat mulia Sunan Kalijaga namun dengan cara yang kotor, pria itu memberikan nasehat. Hingga akhirnya Sunan Kalijaga menganggap bahwa pria tua itu bukan orang sembarangan. Ternyata pria itu adalah Sunan Bonang.
Robin Hood Jawa ini pun memohon untuk diangkat murid Sunan Bonang. Untuk menjadi murid Sunan Bonang, Sunan Kalijaga mendapat ujian. Yakni menjaga tongkat Sunan Bonang di pinggir kali.
Sunan Kalijaga melaksanakan ujian tersebut. Ia memohon kepada Allah agar tertidur seperti halnya seorang pemuda di Gua Kahfi saat zaman Rasulullah SAW.
Doa Sunan Kalijaga dikabulkan. Ia tertidur selama tiga tahun dan akhirnya dibangunkan oleh Sunan Bonang sembari mengumandangkan azan. Kemudian Sunan Bonang mengajak Sunan Kalijaga belajar ilmu agama di pesantren hingga akhirnya menjadi seorang wali.
Namun, sumber lain menyebutkan jika kisah tentang Sunan Kalijaga yang bersemedi dan menjaga tongkat Sunan Bonang di pinggir kali selama 3 tahun dianggap lemah.
“Jika benar bertapa di pinggir kali harusnya disebut jagakali sebagaimana jagasatru, jagabhaya dan seterusnya. Jadi bertapa di pinggir kali agaknya tafsir itu lemah, hanya terlanjur dikenal luas saja,” kata Guru Besar Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Prof Agus Aris Munandar seperti dikutip dari salah satu sumber.
Terlepas dari itu, Sunan Kalijaga telah mengajarkan banyak hal tentang Islam khususnya kepada masyarakat Jawa. Metode dakwahnya yang menjaga kearifan lokal membuat ajaran Islam mudah dipahami oleh masyarakat.
Wallahu a’lam.