Liputan6.com, Jakarta - Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mengambil langkah tegas dalam pembinaan pelajar guna mencegah kenakalan remaja dan perilaku tawuran yang meresahkan masyarakat.
Dalam pertemuan dengan orang tua pelajar, Kamis (28/11/24) di Mapolrestabes Semarang, dirinya bersama Kapolrestabes Semarang, OPD terkait, serta para remaja yang tertangkap tawuran, menyampaikan komitmen Pemerintah Kota atau Pemkot Semarang untuk mendampingi dan membina anak-anak yang terlibat dalam aksi tawuran.
“Kami percaya, anak-anak kita pada dasarnya baik. Namun, mungkin ada salah pergaulan atau kurang perhatian, baik dari lingkungan rumah maupun sekitarnya,” ujar Wali kota yang akrab disapa Mbak Ita.
Baca Juga
Advertisement
Mbak Ita menegaskan pentingnya memahami akar masalah yang mendorong perilaku menyimpang tersebut. Pemkot Semarang, lanjut Mbak Ita, akan hadir untuk bersama-sama mengurai penyebab, memberikan perhatian, dan mendukung pembinaan anak-anak ini agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Dalam langkah pencegahan, Pemkot Semarang telah mengimplementasikan program Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) yang menyediakan ruang konsultasi bagi anak-anak dan orang tua. Program ini melibatkan psikolog dan berbagai dinas terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) untuk menangani kasus bullying, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), hingga anak putus sekolah.
“Di RDRM ada banyak tenaga psikolog profesional, tidak perlu takut untuk datang dan berkonsultasi. Banyak psikolog yang siap membantu, dan privasi Anda tetap terjaga,” tegas Mbak Ita.
Pihaknya ingin memastikan anak-anak, yang merupakan harapan bangsa, kembali memiliki masa depan yang cerah. Dirinya sekaligus mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam membentuk lingkungan yang mendukung tumbuh kembang generasi muda.
Senada dengan wali kota, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar menegaskan perlunya mitigasi antara pihaknya dengan Pemerintah Kota Semarang, stakeholder terkait, sekolah dan keluarga guna mengetahui mengapa peristiwa kenakalan remaja bisa terjadi.
"Mungkin harus ada kolaborasi menyeluruh antara Kami (Polrestabes-red) dengan Pemkot Semarang untuk tidak hanya melihat ada sebuah peristiwa namun melihat mengapa peristiwa itu bisa terjadi," kata Irwan Anwar.
Pihaknya mengajak semua pihak untuk bersatu padu menangani fenomena kenakalan remaja dengan saling mendukung agar ke depan tidak terjadi lagi aksi kenakalan remaja.
Simak Video Pilihan Ini:
Akar Permasalahan
Sementara, Plt. Kepala Badan Kesbangpol Kota Semarang, Joko Hartono menambahkan pentingnya analisis individual untuk mencari akar permasalahan mengapa ada anak yang sampai terlibat dalam aksi kenakalan. Melalui pembinaan ini, Pemkot Semarang optimis dapat menekan angka kenakalan remaja dan menciptakan generasi yang lebih berprestasi serta berkarakter. Sementara bagi lulusan yang belum memiliki kesibukan, pihaknya akan berkoordinasi dan bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja untuk melaksanakan pelatihan ketrampilan kerja.
“Dari hasil pertemuan tadi, mayoritas anak-anak ini berada di usia 13-17 tahun. Penyebab umumnya adalah putus sekolah, kurang perhatian orang tua, atau berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Kami akan menggali lebih dalam setiap kasus untuk menentukan langkah pembinaan yang tepat,” jelas Joko Hartono.
Pihaknya akan menggali akar permasalahan setiap anak dan memberikan solusi terbaik sesuai dengan kebutuhan anak per anak yang berbeda satu dengan yang lain. Sedangkan di sektor pendidikan, Dinas Pendidikan mendukung penuh dengan menyediakan pendidikan formal dan non-formal. Anak-anak yang putus sekolah akan difasilitasi guna mengikuti program kejar paket A dan B.
Selain itu, permintaan khusus dari seorang siswa kelas 9 agar tetap bisa menyelesaikan pendidikannya di SMP telah ditindaklanjuti. Pihaknya telah mengkomunikasikan dengan pihak sekolah agar memberikan kesempatan bagi siswa tersebut untuk menyelesaikan pendidikannya.
Sebagai langkah preventif, Pemkot Semarang juga menekankan pentingnya pendidikan karakter di semua jenjang pendidikan, mulai dari PAUD hingga pendidikan tingkat menengah. “Usia 0-6 tahun adalah periode emas untuk membangun karakter positif. Kami terus mengarahkan pembinaan guru agar pendidikan karakter menjadi bagian integral dalam pembelajaran, sehingga siswa memiliki pondasi yang kokoh untuk menghadapi jenjang pendidikan berikutnya,” terang Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bambang Pramusinto.
Dukungan lintas sektor juga diperkuat, termasuk layanan DP3A, Kesbangpol, dan Dinas Sosial untuk menangani berbagai masalah seperti bullying, KDRT, dan putus sekolah. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen kuat Pemkot Semarang dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak-anak, membentuk generasi muda yang berkarakter, berprestasi, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Advertisement