Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dinia naik pada perdagangan hari Jumat didorong oleh penurunan dolar Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik yang terus-menerus.
Namun harga emas batangan masih mencatat kerugian bulanan terburuk sejak September tahun lalu setelah aksi jual pasca-pemilu yang didorong oleh kemenangan Donald Trump.
Advertisement
Mengutip CNBC, Sabtu (30/11/2024), harga emas spot naik 0,7% menjadi USD 2.660,28 per ons, tetapi mengalami penurunan mingguan lebih dari 2% setelah penurunan tajam awal minggu ini.
Untuk harga emas berjangka AS juga naik 0,7% menjadi USD 2.684,9 per ons.
Harga emas telah turun lebih dari 3% sepanjang bulan ini, penurunan bulanan terburuk sejak September 2023. Harga emas turun karena "euforia Trump" mengangkat dolar AS di awal bulan ini dan menghentikan reli emas, yang memicu aksi jual pasca-pemilu.
Indeks dolar AS jatuh ke level terendah dalam lebih dari dua minggu, tetapi masih berada di jalur kenaikan 2% pada bulan November karena kemenangan Trump pada tanggal 5 November memicu ekspektasi pengeluaran fiskal yang besar, tarif yang lebih tinggi, dan perbatasan yang lebih ketat.
Ketegangan Geopolitik
Emas, yang didukung oleh ketegangan geopolitik dan pemotongan suku bunga Federal Reserve tahun ini, sekarang menghadapi tekanan karena tarif yang lebih tinggi dapat memicu inflasi dan menyebabkan Fed mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut.
Analis pasar senior Kitco Metals Jim Wyckoff menjelaskan, tidak pasti sampai sekarang, bagaimana tarif yang dijanjikan Trump akan terwujud. Namun, ketidakpastian masalah tarif ini yang dapat mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi sebenarnya dapat bermanfaat bagi pasar emas dari basis safe haven.
Emas batangan secara tradisional dipandang sebagai investasi yang aman selama ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dan cenderung berkembang pesat dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
"Ketidakpastian global yang terus-menerus terus mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, dalam sebuah catatan.
Pernyataan Presiden Rusia
Sebelumnya, harga emas menunjukkan dominasi tren bullish selama minggu ini. Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, berdasarkan kombinasi pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk, emas kembali menjadi primadona di pasar komoditas.
"Proyeksi hingga akhir pekan memperkirakan harga emas berpotensi naik hingga USD 2.750 per troy ounce. Namun, jika terjadi pembalikan arah (reversal), harga dapat terkoreksi hingga USD 2.550," kata dia.
Kondisi geopolitik dan ekonomi global menjadi pendorong utama penguatan harga emas. Pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kemungkinan penggunaan rudal hipersonik baru untuk menyerang pusat-pusat pengambilan keputusan di Ukraina meningkatkan ketegangan global. Konflik ini membuat emas, sebagai aset safe haven, semakin diminati oleh investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian.
Selain itu, kebijakan proteksionis yang diumumkan oleh Presiden AS terpilih, Donald Trump, turut memengaruhi pasar. Janji Trump untuk mengenakan tarif pada semua produk impor dari Kanada, Meksiko, dan Tiongkok memicu kekhawatiran perang dagang, yang pada akhirnya memperkuat daya tarik emas di tengah potensi ketidakstabilan ekonomi.
Advertisement
Level Suport Utama
Dari sisi kebijakan moneter, risalah rapat FOMC November menunjukkan perpecahan di antara anggota komite Federal Reserve mengenai tingkat pemangkasan suku bunga. Dengan peluang 70% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Desember mendatang, dolar AS menghadapi tekanan.
Sementara itu, data PCE yang dirilis minggu ini menunjukkan inflasi AS belum berhasil turun pada bulan Oktober. Hal ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa kebijakan The Fed dapat memberikan dorongan bagi emas untuk melanjutkan tren bullish.
Di sisi lain, pergerakan dolar AS yang berjuang untuk memanfaatkan kenaikan moderat pada Kamis memberikan ruang bagi emas untuk terus naik. Investor juga semakin yakin bahwa kebijakan ekonomi Trump akan mendorong inflasi, menciptakan permintaan tambahan untuk emas sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga barang dan jasa.
“Secara teknis, emas saat ini berada di atas level support utama, dan indikator Moving Average menunjukkan momentum yang kuat untuk mendukung tren naik. Namun, trader perlu mewaspadai kemungkinan pembalikan arah, terutama jika ketegangan geopolitik mereda atau data ekonomi AS menunjukkan perbaikan yang signifikan,” ucap Andy.