Suku Bunga AS hingga Microsoft Jadi Tenaga Bitcoin Tembus USD 100.000 Tahun Ini

Performa Bitcoin di bulan November sejauh ini dengan naik 36 persen merupakan performa kenaikan harga tertinggi keempat di bulan November setelah November 2013.

oleh Arief Rahman H diperbarui 01 Des 2024, 08:30 WIB
Penurunan suku bunga AS turut akan berpengaruh untuk meningkatkan harga Bitcoin. Meski, dalam sepekan terakhir nilai Bitcoin turun dari USD 99.500 pada 23 November lalu ke USD 96.000 pada 29 November ini. Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Prospek peningkatan nilai Bitcoin masih terbuka lebar, meski terjadi penurunan dalam sepekan terakhir. Penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) hingga rencana Microsoft mengadopsi Bitcoin jadi dua faktor penentu.

Analis Kripto Reku, Fahmi Almuttaqin menilai kondisi ekonomi global turut berpengaruh ke harga Bitcoin. Namun, masih ada peluang yang bisa mengerek nilainya.

“Dinamika geopolitik dan inflasi telah menjadi bagian dari fluktuasi harga di pasar kripto khususnya di sepanjang tahun ini, namun kami melihat situasi yang ada saat ini masih relatif cukup kondusif bagi pasar kripto," kata Fahmi dalam keterangannya, dikutip Minggu (1/12/2024).

Di samping itu, dia juga melihat tren adopsi investor institusi yang berpotensi dapat semakin berkembang. Apalagi jika perusahaan seperti Microsoft kemudian memutuskan untuk turut mengadopsi Bitcoin, yang kabarnya akan diputuskan pada 10 Desember 2024 nanti.

Di sisi lain, penurunan suku bunga AS turut akan berpengaruh untuk meningkatkan harga Bitcoin. Meski, dalam sepekan terakhir nilai Bitcoin turun dari USD 99.500 pada 23 November lalu ke USD 96.000 pada 29 November ini.

"Potensi akan adanya penurunan suku bunga pada FOMC Desember sebesar 25 bps menurut kami juga masih cukup terbuka di tengah outlook yang cenderung cukup mixed saat ini,” ungkap Fahmi.

Performa Bitcoin di bulan November sejauh ini naik 36 persen juga merupakan performa kenaikan harga tertinggi keempat di bulan November setelah November 2013 dengan +449 persen, 2017 dengan +53 persen, dan 2020 dengan +43 persen. Angka tersebut juga lebih tinggi dari rata-rata historis.

“Peristiwa pemilu AS dan berlanjutnya tren penurunan suku bunga memegang peran penting terkait performa Bitcoin di bulan ini di samping kondisi pasar yang memang secara siklus besarnya sudah memasuki periode reli utama pada siklus bullish yang ada,” imbuhnya.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 


Nilai Bitcoin Bakal Terus Naik

Aset digital kripto Bitcoin. (Foto by AI)

Apabila dilihat, tahun 2013, 2017, dan 2020 merupakan tahun saat reli utama fase bullish di pasar kripto mulai terjadi. Artinya, menilik statistik historis, ada potensi besar terhadap kemungkinan akan berlanjutnya kenaikan harga Bitcoin dari level yang adavsaat ini.

Hal ini juga turut diperkuat oleh statistik data komposisi investor Bitcoin yang dilihat dari UTXO Age Bands seperti yang dipublikasikan oleh perusahaan analitik kripto CryptoQuant misalnya.

Indikator yang dikompilasi CryptoQuant tersebut mengindikasikan harga pasar Bitcoin saat ini yang masih jauh dari potensi peak-nya. Pada siklus-siklus bullish sebelumnya, overvaluasi dan optimisme investor yang terlalu tinggi biasanya juga mengiringi kondisi peak harga Bitcoin yang ditandai dengan meningkatnya proporsi investor baru.

"Kedua kondisi tersebut saat ini masih belum terlihat, yang mengindikasikan adanya potensi kenaikan harga lanjutan untuk Bitcoin dari level harganya saat ini,” jelas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya