10 Ciri-Ciri Silinder pada Mata, Gejala, Penanganan, dan Pencegahannya

Kenali ciri-ciri silinder pada mata, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya. Pelajari kapan harus berkonsultasi dengan dokter mata untuk penanganan yang tepat.

oleh Liputan6 diperbarui 02 Des 2024, 13:07 WIB
Pria sedang melakukan tes kesehatan mata. ©Ilustrasi dibuat AI

Liputan6.com, Jakarta - Mata silinder atau astigmatisme merupakan salah satu gangguan penglihatan yang cukup umum terjadi. Kondisi ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari jika tidak ditangani dengan tepat.

Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang ciri-ciri silinder pada mata, penyebabnya, cara diagnosis, serta pilihan penanganan yang tersedia.


Pengertian Mata Silinder

Mata silinder, yang dalam istilah medis disebut astigmatisme, adalah kelainan refraksi mata yang terjadi akibat ketidaksempurnaan bentuk kornea atau lensa mata. Pada mata normal, kornea dan lensa memiliki bentuk bulat yang sempurna sehingga cahaya dapat difokuskan dengan tepat ke retina.

Namun pada penderita astigmatisme, kornea atau lensa memiliki bentuk yang tidak beraturan, menyerupai bola rugby atau telur.

Akibatnya, cahaya yang masuk ke mata tidak dapat difokuskan dengan sempurna pada satu titik di retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terbentuk menjadi kabur atau terdistorsi. Penderita astigmatisme umumnya mengalami kesulitan melihat objek dengan jelas, baik dari jarak dekat maupun jauh.


Ciri-Ciri Silinder pada Mata

Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum yang dapat mengindikasikan seseorang mengalami mata silinder:

  1. Penglihatan kabur atau buram, baik saat melihat objek dekat maupun jauh
  2. Kesulitan melihat garis lurus dengan jelas, garis tampak miring atau bergelombang
  3. Objek terlihat berbayang atau ganda
  4. Sering menyipitkan mata untuk memperjelas penglihatan
  5. Mata cepat lelah, terutama setelah membaca atau menatap layar dalam waktu lama
  6. Sakit kepala yang sering muncul, terutama di area dahi atau belakang mata
  7. Kesulitan mengemudi di malam hari karena silau lampu kendaraan
  8. Sering menggosok mata karena merasa tidak nyaman
  9. Perlu memiringkan kepala untuk melihat objek dengan lebih jelas
  10. Kesulitan membedakan detail pada objek

Penting untuk diingat bahwa intensitas gejala dapat bervariasi pada setiap individu. Beberapa orang mungkin hanya mengalami gejala ringan yang tidak terlalu mengganggu, sementara yang lain bisa mengalami gejala yang cukup parah hingga menghambat aktivitas sehari-hari.


Penyebab Mata Silinder

Mata silinder dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Faktor genetik: Astigmatisme seringkali diturunkan dalam keluarga
  • Kelainan bentuk kornea bawaan: Beberapa orang terlahir dengan kornea yang tidak sempurna bentuknya
  • Cedera pada mata: Luka atau trauma pada mata dapat mengubah bentuk kornea
  • Operasi mata: Beberapa jenis operasi mata, seperti operasi katarak, dapat menyebabkan astigmatisme
  • Keratokonus: Kondisi di mana kornea menipis dan berubah bentuk menjadi kerucut
  • Pterygium: Pertumbuhan jaringan abnormal pada kornea yang dapat mempengaruhi bentuknya
  • Penyakit mata tertentu: Beberapa kondisi seperti glaukoma atau katarak dapat mempengaruhi bentuk lensa mata

Meskipun faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami astigmatisme, penyebab pasti dari kondisi ini seringkali tidak diketahui. Beberapa orang mungkin mengalami astigmatisme tanpa adanya faktor risiko yang jelas.


Diagnosis Mata Silinder

Untuk mendiagnosis mata silinder, dokter mata akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Berikut adalah beberapa metode yang umumnya digunakan:

  • Tes ketajaman visual: Menggunakan kartu Snellen untuk mengukur seberapa baik seseorang dapat melihat huruf atau angka dari jarak tertentu
  • Refraksi: Menggunakan alat yang disebut phoropter untuk menentukan kekuatan lensa yang dibutuhkan untuk mengoreksi penglihatan
  • Keratometri: Mengukur kelengkungan kornea untuk mendeteksi ketidakteraturan
  • Topografi kornea: Membuat peta detail permukaan kornea untuk mengidentifikasi area yang tidak beraturan
  • Retinoskopi: Memeriksa refleksi cahaya pada retina untuk menentukan kesalahan refraksi
  • Pemeriksaan dengan lampu celah: Melihat struktur mata secara detail menggunakan mikroskop khusus

Diagnosis yang akurat sangat penting untuk menentukan tingkat keparahan astigmatisme dan memilih metode koreksi yang paling sesuai. Dokter mata mungkin juga akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan tidak ada kondisi mata lain yang menyebabkan gejala serupa.


Penanganan Mata Silinder

Terdapat beberapa pilihan penanganan untuk mata silinder, tergantung pada tingkat keparahan dan preferensi individu. Berikut adalah beberapa metode yang umum digunakan:

  • Kacamata dengan lensa silinder: Metode paling umum dan sederhana untuk mengoreksi astigmatisme
  • Lensa kontak torik: Dirancang khusus untuk mengoreksi astigmatisme, tersedia dalam bentuk lensa lunak atau keras
  • Orthokeratology: Menggunakan lensa kontak khusus yang dipakai saat tidur untuk sementara mengubah bentuk kornea
  • Operasi LASIK: Prosedur laser untuk mengubah bentuk kornea secara permanen
  • Operasi PRK (Photorefractive Keratectomy): Alternatif LASIK yang cocok untuk beberapa pasien
  • Implan lensa intraokular: Pilihan untuk kasus astigmatisme yang sangat parah atau dikombinasikan dengan kondisi mata lain

Pemilihan metode penanganan akan disesuaikan dengan kondisi mata, gaya hidup, dan preferensi masing-masing individu. Konsultasi dengan dokter mata sangat penting untuk menentukan pilihan terbaik.


Pencegahan dan Perawatan Mata Silinder

Meskipun mata silinder seringkali merupakan kondisi bawaan, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mata dan mencegah perburukan kondisi:

  • Rutin memeriksakan mata, minimal setahun sekali
  • Menggunakan kacamata atau lensa kontak sesuai resep
  • Menerapkan aturan 20-20-20: Setiap 20 menit, lihat objek sejauh 20 kaki selama 20 detik
  • Menjaga pencahayaan yang cukup saat bekerja atau membaca
  • Mengatur posisi layar komputer agar tidak terlalu dekat dengan mata
  • Mengonsumsi makanan yang kaya vitamin A, C, dan E untuk kesehatan mata
  • Menghindari menggosok mata terlalu keras
  • Menggunakan kacamata pelindung saat beraktivitas yang berisiko melukai mata
  • Berhenti merokok atau menghindari paparan asap rokok
  • Menjaga kebersihan mata dan tangan untuk mencegah infeksi

Perawatan mata yang baik dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat astigmatisme dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?

Penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter mata jika Anda mengalami gejala-gejala berikut:

  • Penglihatan kabur yang tiba-tiba memburuk
  • Sakit kepala yang sering dan intens, terutama setelah aktivitas yang melibatkan penglihatan
  • Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari karena masalah penglihatan
  • Perubahan mendadak pada penglihatan, seperti melihat kilatan cahaya atau bintik-bintik gelap
  • Mata merah, gatal, atau terasa sakit yang tidak kunjung membaik
  • Penglihatan ganda yang tidak hilang
  • Kesulitan mengemudi, terutama di malam hari

Pemeriksaan mata rutin juga penting, bahkan jika Anda tidak mengalami gejala yang mengganggu. Deteksi dini dapat membantu mencegah perburukan kondisi dan memastikan penanganan yang tepat.


Mitos dan Fakta Seputar Mata Silinder

Terdapat beberapa mitos yang beredar di masyarakat terkait mata silinder. Mari kita luruskan dengan fakta yang benar:

  • Mitos: Mata silinder hanya terjadi pada orang dewasa.Fakta: Astigmatisme dapat terjadi pada segala usia, bahkan bayi bisa terlahir dengan kondisi ini.
  • Mitos: Menggunakan kacamata terus-menerus akan memperburuk mata silinder.Fakta: Menggunakan kacamata tidak akan memperburuk atau memperbaiki astigmatisme, namun hanya membantu mengoreksi penglihatan.
  • Mitos: Mata silinder tidak bisa diobati.Fakta: Meskipun tidak bisa "disembuhkan" sepenuhnya, astigmatisme dapat dikoreksi dengan berbagai metode seperti kacamata, lensa kontak, atau operasi.
  • Mitos: Astigmatisme ringan tidak perlu dikoreksi.Fakta: Bahkan astigmatisme ringan dapat menyebabkan kelelahan mata dan sakit kepala jika tidak dikoreksi.
  • Mitos: Anak-anak akan "tumbuh keluar" dari astigmatisme.Fakta: Meskipun astigmatisme pada anak-anak bisa berubah seiring pertumbuhan, banyak yang tetap membutuhkan koreksi hingga dewasa.

Memahami fakta-fakta ini penting untuk menghindari kesalahpahaman dan memastikan penanganan yang tepat untuk mata silinder.


Perkembangan Terbaru dalam Penanganan Mata Silinder

Teknologi dan metode penanganan mata silinder terus berkembang. Beberapa perkembangan terbaru meliputi:

  • Lensa kontak hybrid: Menggabungkan kenyamanan lensa lunak dengan ketajaman lensa keras
  • Prosedur SMILE (Small Incision Lenticule Extraction): Teknik operasi laser yang lebih minimal invasif dibandingkan LASIK
  • Lensa intraokular torik yang dapat disesuaikan: Memungkinkan penyesuaian pasca operasi untuk hasil yang lebih akurat
  • Topografi kornea berbasis AI: Meningkatkan akurasi diagnosis dan perencanaan pengobatan
  • Terapi gen: Penelitian awal menunjukkan potensi untuk mengoreksi kelainan genetik yang menyebabkan astigmatisme

Perkembangan ini memberi harapan baru bagi penderita astigmatisme untuk mendapatkan penanganan yang lebih efektif dan nyaman.


Dampak Mata Silinder pada Kualitas Hidup

Mata silinder yang tidak terkoreksi dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Beberapa aspek yang mungkin terpengaruh meliputi:

  • Produktivitas kerja: Kesulitan membaca atau melihat layar komputer dapat mengurangi efisiensi
  • Pendidikan: Anak-anak dengan astigmatisme mungkin mengalami kesulitan belajar jika tidak terdeteksi dan dikoreksi
  • Keamanan berkendara: Penglihatan yang kabur dapat meningkatkan risiko kecelakaan, terutama saat malam hari
  • Kenyamanan sehari-hari: Sakit kepala dan kelelahan mata dapat mengganggu aktivitas rutin
  • Olahraga dan hobi: Beberapa aktivitas mungkin menjadi lebih sulit atau kurang menyenangkan
  • Interaksi sosial: Kesulitan mengenali wajah atau ekspresi dapat mempengaruhi interaksi sosial

Mengatasi mata silinder dengan tepat dapat secara signifikan meningkatkan kualitas hidup seseorang, memungkinkan mereka untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman dan efektif.


Pertanyaan Umum Seputar Mata Silinder

Berikut adalah beberapa pertanyaan yang sering diajukan terkait mata silinder:

  1. Apakah mata silinder bisa sembuh total?Jawab: Mata silinder umumnya tidak bisa sembuh total, namun dapat dikoreksi dengan berbagai metode seperti kacamata, lensa kontak, atau operasi.
  2. Apakah mata silinder bisa bertambah parah?Jawab: Ya, mata silinder bisa bertambah parah seiring waktu, terutama jika tidak dikoreksi dengan tepat.
  3. Apakah anak-anak bisa mengalami mata silinder?Jawab: Ya, anak-anak bahkan bayi bisa mengalami mata silinder. Pemeriksaan mata rutin penting untuk deteksi dini.
  4. Bisakah mata silinder menyebabkan kebutaan?Jawab: Mata silinder sendiri jarang menyebabkan kebutaan, namun jika tidak ditangani dapat menyebabkan amblyopia (mata malas) pada anak-anak.
  5. Apakah LASIK efektif untuk mengatasi mata silinder?Jawab: LASIK dapat efektif untuk banyak kasus mata silinder, namun tidak semua orang cocok untuk prosedur ini. Konsultasi dengan dokter mata diperlukan untuk menentukan pilihan terbaik.

Pemahaman yang baik tentang mata silinder dapat membantu seseorang mengambil keputusan yang tepat terkait perawatan dan penanganan kondisi ini.


Kesimpulan

Mata silinder atau astigmatisme adalah kondisi yang umum terjadi namun seringkali tidak terdiagnosis dengan tepat. Mengenali ciri-ciri silinder pada mata dan memahami pilihan penanganan yang tersedia sangatlah penting.

Dengan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat, penderita mata silinder dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan nyaman dan produktif.

Jika Anda mengalami gejala-gejala yang mengarah pada mata silinder, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter mata. Pemeriksaan rutin dan perawatan yang tepat dapat mencegah perburukan kondisi dan meningkatkan kualitas hidup Anda secara keseluruhan.

Ingatlah bahwa setiap kasus mata silinder bersifat unik, sehingga penanganan harus disesuaikan dengan kebutuhan individual masing-masing.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya