Liputan6.com, Jakarta - Fenomena berdoa dengan permintaan yang melampaui batas sering kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, hal ini ternyata mendapat perhatian serius dari KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang akrab disapa Gus Baha.
Dalam sebuah ceramahnya, Gus Baha mengingatkan pentingnya sikap syukur dalam berdoa dan menghindari doa berlebihan.
Hal ini disampaikan dalam satu ceramah Gus Baha yang dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @gusbaha-n8f. Video tersebut mengulas pandangannya terkait doa yang sering kali dilandasi oleh keinginan besar tanpa disertai rasa syukur atas nikmat yang telah diterima sebelumnya.
“Allah itu tidak suka orang yang berlebihan dalam berdoa,” tutur Gus Baha. Ia mencontohkan doa yang dianggap berlebihan, misalnya seseorang yang meminta sesuatu yang sangat besar atau menginginkan lebih banyak nikmat sementara nikmat sebelumnya belum disyukuri.
Gus Baha memberikan ilustrasi sederhana. Misalnya, seorang yang sebelumnya jomblo berdoa agar segera menikah. Setelah doanya terkabul, bukannya bersyukur, orang tersebut malah meminta lebih, seperti berharap memiliki pasangan yang sempurna.
“Status jomblo saja belum disyukuri, kok sudah minta macam-macam,” tambahnya sambil tersenyum.
Menurut Gus Baha, doa yang baik seharusnya dimulai dengan rasa syukur atas apa yang sudah dimiliki. Ia menegaskan bahwa syukur adalah bentuk pengakuan atas nikmat Allah SWT yang telah diterima. “Jadi harusnya syukur dulu. Sekadar laku nikah saja itu harus syukur,” ujar Gus Baha.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Baru Jadi Dosen, Sudah Cari Insentif Lainnya
Hal serupa juga berlaku dalam kehidupan profesional. Gus Baha mencontohkan seseorang yang baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai dosen. “Sekadar jadi dosen harus kita syukuri dulu karena itu artinya kita tidak menganggur. Itu kan satu harkat sosial yang luar biasa,” ungkapnya.
Namun, sering kali orang melupakan rasa syukur ini. Baru beberapa hari bekerja, mereka sudah memikirkan hal-hal lain seperti tunjangan atau fasilitas tambahan. Padahal, menurut Gus Baha, rasa syukur itu harus mendahului segala bentuk permintaan baru.
Pentingnya rasa syukur ini juga ditekankan Gus Baha sebagai kunci keberkahan dalam hidup. Dengan bersyukur, seseorang akan lebih mudah menerima apapun yang terjadi dalam kehidupannya, baik itu kesenangan maupun ujian.
Gus Baha juga menambahkan bahwa sikap berlebihan dalam doa mencerminkan kurangnya pemahaman terhadap konsep rezeki dan nikmat dari Allah SWT. Rezeki yang diterima seharusnya dipandang sebagai bagian dari anugerah ilahi yang patut dihargai, bukan sekadar alat untuk memenuhi keinginan yang tak pernah habis.
“Kalau syukur belum ada, lalu minta lagi dan lagi, itu namanya sudah melewati batas,” tegas Gus Baha. Ia mengingatkan bahwa berdoa dengan rasa syukur akan lebih mendekatkan seseorang pada Allah SWT dan membuat hidup lebih tenteram.
Ceramah ini mengundang perhatian banyak orang karena disampaikan dengan gaya khas Gus Baha yang sederhana namun penuh makna. Ia kerap menggunakan contoh-contoh sehari-hari yang mudah dipahami oleh berbagai kalangan.
Advertisement
Renungkan dan Syukuri Nikmat Allah SWT
Melalui pesan ini, Gus Baha mengajarkan kepada umat Islam untuk selalu merenungkan nikmat yang telah Allah SWT berikan. Dengan demikian, doa yang dipanjatkan menjadi lebih tulus dan tidak terjebak dalam ambisi duniawi yang berlebihan.
Pesan Gus Baha ini juga menjadi pengingat bahwa kehidupan yang penuh rasa syukur akan membawa kebahagiaan sejati. Sebaliknya, sikap yang selalu merasa kurang hanya akan menambah beban pikiran dan menjauhkan diri dari keberkahan.
Ceramah Gus Baha ini, yang disampaikan dengan humor dan kehangatan, sekaligus menjadi nasihat bagi siapa saja untuk selalu introspeksi diri. Sikap syukur bukan hanya menenangkan hati, tetapi juga menjadi bukti cinta kepada Sang Pencipta.
Sebagai tambahan, Gus Baha menekankan bahwa sikap berlebihan dalam doa juga bisa membuat seseorang kehilangan rasa tawakal kepada Allah SWT. Tawakal, menurutnya, adalah sikap menerima segala hasil setelah usaha dan doa yang tulus.
Selain itu, Gus Baha juga mengingatkan bahwa doa yang tidak disertai rasa syukur bisa menjadi tanda ketamakan yang tidak disadari. Ketamakan ini, dalam jangka panjang, akan merugikan diri sendiri karena menjauhkan seseorang dari kebahagiaan sejati.
Sebagai penutup, Gus Baha mengajak umat Islam untuk selalu menjaga keseimbangan dalam berdoa. Dengan demikian, doa menjadi wujud komunikasi yang harmonis antara hamba dan Tuhannya tanpa kehilangan rasa syukur sebagai fondasi utama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul