Pasien HIV AIDS 2024 di Indonesia, Ternyata 71% Didominasi Laki-Laki

Sepanjang Januari hingga September 2024, Indonesia mencatat lebih dari 35 ribu kasus HIV dan 12 ribu kasus AIDS baru.

oleh Shani Ramadhan Rasyid diperbarui 01 Des 2024, 15:16 WIB
Ilustrasi HIV/AIDS. (Image by jcomp on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Indonesia menghadapi tantangan serius dalam penanggulangan HIV/AIDS. Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan kasus baru, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 35.000 kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2023, dengan proporsi besar di antaranya adalah remaja dan dewasa muda.

Peningkatan ini menyoroti perlunya peran aktif masyarakat dalam upaya eliminasi HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi masih menjadi hambatan utama dalam pencegahan dan pengobatan. Keterlibatan komunitas dapat membantu mengurangi hambatan ini dan mendorong individu untuk mencari pengobatan serta dukungan yang diperlukan.

Untuk mencapai target eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Peningkatan edukasi, akses terhadap layanan kesehatan, dan pengurangan stigma adalah langkah-langkah krusial dalam mencapai tujuan ini.


Peningkatan Kasus HIV/AIDS di Indonesia

Sepanjang Januari hingga September 2024, Indonesia mencatat lebih dari 35 ribu kasus HIV dan 12 ribu kasus AIDS baru. Angka ini hampir menyamai total laporan kasus tahun 2023.

Sebanyak 71 persen kasus baru dilaporkan pada pria, dengan dominasi usia produktif 20 hingga 49 tahun. Remaja di bawah usia 20 tahun menyumbang sekitar 6 persen dari total kasus.


Dominasi Kelompok Kunci dan Risiko Tinggi

Kelompok lelaki seks lelaki (LSL) menjadi populasi kunci tertinggi dengan kontribusi 31 persen dari total kasus. Faktor risiko lainnya termasuk pasangan orang dengan HIV (ODHIV) dan pelanggan pekerja seks.

Kelompok-kelompok ini menghadapi stigma yang besar, sehingga akses terhadap layanan pencegahan dan pengobatan seringkali terhambat.


Peran Masyarakat dalam Eliminasi HIV/AIDS

Masyarakat memegang peran penting dalam mendukung eliminasi HIV/AIDS. Kesadaran kolektif untuk mengurangi stigma dan diskriminasi adalah langkah awal yang krusial.

Edukasi dan kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan komunitas terdampak dapat mempercepat pencapaian target triple zero: nol kasus baru, nol kematian akibat AIDS, dan nol diskriminasi.


Tantangan dalam Pengobatan dan Diagnosis

Hingga saat ini, baru 71 persen ODHIV yang mengetahui status mereka. Dari jumlah tersebut, hanya 64 persen yang menjalani pengobatan antiretroviral (ARV), sementara kurang dari separuh dites viral load dengan hasil tidak terdeteksi.

Kendala ini menunjukkan perlunya peningkatan akses terhadap layanan kesehatan, terutama di wilayah terpencil dan untuk kelompok marginal.


Strategi Inovatif untuk Masa Depan

Indonesia telah menerapkan beberapa strategi, seperti perluasan layanan pemeriksaan dan pemberian obat profilaksis. Namun, inovasi lebih lanjut diperlukan untuk menjangkau populasi rentan.

Program pendidikan berbasis komunitas dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi stigma, memperluas jangkauan pengobatan, dan menciptakan lingkungan yang inklusif.


Apa penyebab utama peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia?

Peningkatan kasus disebabkan oleh kurangnya edukasi, stigma, dan akses terbatas ke layanan kesehatan.


Siapa saja yang paling berisiko terpapar HIV?

Kelompok risiko tinggi mencakup lelaki seks lelaki (LSL), pelanggan pekerja seks, dan pengguna narkoba suntik.


Apa target pemerintah terkait HIV/AIDS pada tahun 2030?

Pemerintah menargetkan eliminasi HIV/AIDS pada tahun 2030 melalui berbagai program dan kolaborasi.


Mengapa remaja dan dewasa muda rentan terhadap HIV/AIDS?

Kurangnya edukasi dan kesadaran membuat kelompok usia ini lebih rentan terhadap infeksi.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya