Trump Ancam Akan Kenakan Tarif 100 Persen Jika BRICS Ingin Melemahkan Dolar AS

Hingga kini, dolar Amerika Serikat masih menjadi mata uang utama dalam perdagangan global dan berhasil mempertahankan dominasinya.

oleh Tim Global diperbarui 02 Des 2024, 07:05 WIB
Donald Trump menari di akhir kampanyenya di Madison Square Garden di New York, Amerika Serikat (AS), pada 27 Oktober 2024. (Dok. Angela Weiss/AFP)

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu (30/11/2024) mengancam akan mengenakan tarif 100 persen kepada negara kelompok BRICS jika mereka mengambil langkah yang dinilai dapat melemahkan dolar AS (USD).

Trump melontarkan ancamannya itu kepada negara-negara anggota aliansi BRICS, yaitu Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, serta anggota baru seperti Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.

Turki, Azerbaijan, dan Malaysia telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan aliansi tersebut, sementara sejumlah negara lain juga menyatakan ketertarikannya untuk menjadi anggota, dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (2/12/2024).

Dolar Amerika Serikat masih menjadi mata uang utama dalam perdagangan global dan berhasil mempertahankan dominasinya meski menghadapi berbagai tantangan di masa lalu.

Namun, anggota aliansi dan negara-negara berkembang lainnya mengaku lelah dengan dominasi Amerika Serikat dalam sistem keuangan dunia.

Dalam pernyataan yang diunggah di platform Truth Social, Trump menyatakan:

"Kami menuntut jaminan dari negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan Mata Uang BRICS baru atau mendukung mata uang lain untuk menggantikan Dolar Amerika Serikat yang perkasa. Jika tidak, mereka akan menghadapi tarif 100 persen dan harus siap kehilangan akses ke pasar ekonomi Amerika Serikat yang luar biasa."

 


Tuduhan Putin ke AS

Dalam pidatonya, Putin berterima kasih kepada bangsa karena telah menunjukkan persatuan patriotik sambil mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa pilot Rusia tewas menentang pawai kelompok milisi Wagner di Moskwa. (Gavriil GRIGOROV / SPUTNIK / AFP)

Dalam pertemuan puncak BRICS pada Oktober, Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh Amerika Serikat "mempersenjatai" dolar dan menyebut langkah tersebut sebagai "kesalahan besar."

"Bukan kami yang menolak menggunakan dolar," kata Putin saat itu.

"Namun, jika mereka tidak mengizinkan kami bekerja, apa yang dapat kami lakukan? Kami terpaksa mencari alternatif."

Rusia secara aktif mendorong pembentukan sistem pembayaran baru sebagai alternatif jaringan pesan bank global SWIFT, guna memungkinkan Moskow menghindari sanksi Barat dan tetap berdagang dengan mitra-mitra internasionalnya.

Trump menegaskan bahwa BRICS tidak punya puntuk menggantikan dolar Amerika Serikat dalam perdagangan global, dan negara mana pun yang mencoba melakukannya harus mengucapkan selamat tinggal kepada Amerika Serikat.

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya