Liputan6.com, Jakarta Perdagangan tipis selama libur mendukung harga emas pada Jumat. Sementara investor menghadapi volatilitas harga emas signifikan yang dipengaruhi oleh sentimen geopolitik yang terus berubah.
Pasar emas memulai pekan ini dengan penurunan dramatis sebesar 3% pada Senin, setelah Presiden terpilih Donald Trump mencalonkan Scott Bessent, seorang finansial tradisional dari Wall Street, sebagai pemimpin Departemen Keuangan AS. Pasar memperkirakan Bessent akan membawa stabilitas bagi ekonomi AS.
Advertisement
Pengumuman potensi gencatan senjata antara Israel dan Lebanon pada awal pekan juga meredakan kekhawatiran geopolitik, sehingga mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven).
Namun, emas kembali mendapatkan dukungan sebagai aset aman sehari kemudian setelah Trump mengancam Meksiko dan Kanada dengan tarif 25% serta mengusulkan tarif 10% untuk semua produk dari China.
Bakal Hadapi Volatilitas Harga
Chantelle Schieven, Kepala Riset di Capitalight Research, mengatakan bahwa pasar emas kemungkinan akan menghadapi volatilitas dalam waktu dekat karena pasar terus bereaksi terhadap pernyataan Trump menjelang pelantikannya.
"Saat ini, kita berada dalam mode menunggu dan melihat, dan pasar akan sangat sensitif karena kita belum tahu seperti apa pemerintahan baru nantinya," ujar Schieven, dikutip dari Kitco, Senin (2/12/2024).
"Kita tidak tahu seberapa banyak komentarnya hanya sekadar retorika atau seberapa keras ia akan mendorong kebijakan-kebijakannya."
Dalam jangka pendek, Schieven memprediksi harga emas kemungkinan akan bergerak dalam rentang antara USD 2.500 hingga USD 2.750 per ons. Meskipun ini mungkin membuat frustrasi beberapa investor dan pedagang, ia menekankan bahwa periode konsolidasi ini akan sehat untuk pasar emas.
"Kita tidak perlu terlalu khawatir dengan volatilitas ini," katanya. "Harga emas masih mengalami kenaikan yang signifikan dan cukup stabil. Menurut saya, ini adalah konsolidasi yang sehat."
Koreksi Pasar Emas Belum Berakhir?
Meskipun pasar emas mengakhiri pekan ini dengan catatan positif, beberapa analis percaya bahwa penurunan besar pada Senin mungkin menandakan bahwa arah pergerakan harga cenderung melemah.
Naeem Aslam, Chief Investment Officer di Zaye Capital Markets, mengatakan bahwa meskipun harga emas telah pulih sebagian pekan ini karena inflasi yang masih tinggi, kemungkinan masih ada ruang untuk koreksi lebih lanjut. "Kami pikir harga bisa sedikit turun lagi, karena koreksi saat ini belum sepenuhnya selesai," jelasnya.
Alex Kuptsikevich, Analis Pasar Utama di FxPro, mencatat bahwa meskipun pedagang bearish saat ini mendominasi aksi harga emas, pasar tetap relatif tangguh. Menurutnya, level USD 2.540 per ons adalah level kunci yang harus diperhatikan; jika harga turun di bawah ini, level USD 2.400 bisa menjadi target berikutnya.
Namun, ia juga mencatat bahwa emas batangan berhasil mempertahankan dukungan kuat di atas USD 2.600.
"Kenaikan lambat tetapi stabil dari Selasa hingga Jumat menunjukkan minat beli yang hati-hati, yang menunjukkan minat berkelanjutan bahkan di level tinggi secara historis. Penutupan mingguan dan bulanan di atas USD 2.670 dapat menjadi sinyal untuk kenaikan lebih lanjut," ujarnya.
Fokus Minggu Ini
Selain komentar Trump di media sosial, pasar akan mengalihkan fokusnya pada data ekonomi penting minggu depan. Minggu ini, Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) inti, yang menjadi acuan inflasi pilihan Federal Reserve, menunjukkan kenaikan harga konsumen sebesar 2,8% dalam 12 bulan terakhir, lebih tinggi dari perkiraan.
Federal Reserve dalam risalah rapat terbarunya juga mengindikasikan bahwa inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memaksa bank sentral untuk menyesuaikan laju siklus pelonggaran moneternya. Namun, pasar masih memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember, dengan penurunan berlanjut hingga awal 2025.
Menurut beberapa ekonom, data ketenagakerjaan yang akan dirilis minggu depan dapat berdampak signifikan pada ekspektasi tersebut. Kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja AS dapat menggagalkan rencana penurunan suku bunga bulan depan.
Selain itu, pasar juga akan memantau data utama dari sektor manufaktur dan jasa untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi saat ini.
Advertisement