Liputan6.com, Jakarta - KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang akrab disapa Buya Yahya, adalah sosok ulama yang dikenal karena kelembutannya dalam berdakwah. Sebagai pengasuh LPD Al Bahjah Cirebon, ia sering membagikan pengalaman-pengalaman hidup yang penuh hikmah dalam ceramahnya.
Dalam tayangan video di kanal YouTube @lathifahtv, Buya Yahya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang mengharukan dan penuh pelajaran. Peristiwa tersebut terjadi ketika ia menghadiri sebuah majelis di Jawa Timur.
"Habis majelis, saya turun dari panggung," kenang Buya Yahya. Tiba-tiba, seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih menghampirinya. Pria tersebut memegang tangannya dengan lembut dan mencium tangan Buya Yahya.
Buya Yahya mengaku terkejut dengan tindakan tersebut. Ia merasa tidak pantas menerima penghormatan seperti itu, terutama dari seseorang yang jauh lebih tua.
"Saya nggak terima kalau tangan saya dicium oleh orang yang lebih tua," ungkapnya.
Merasa tak nyaman, Buya Yahya berusaha menghentikan pria tua tersebut.
"Saya coba pegang tangannya supaya dia tidak mencium tangan saya," katanya. Namun, pria tersebut tetap bersikeras melakukannya.
Baca Juga
Advertisement
Simak Video Pilihan Ini:
Siapa Orang yang Cium Buya Yahya?
Rasa penasaran mulai muncul dalam benaknya. Buya Yahya memegang erat tangan pria itu dan mencoba melihat wajahnya lebih jelas. Ia ingin mengetahui siapa orang tersebut dan apa alasannya menunjukkan penghormatan seperti itu.
Setelah didesak, pria tua itu akhirnya menyebutkan namanya. Saat itulah Buya Yahya merasa sangat terkejut. "Astaghfirullah, ya Allah!" serunya dalam hati. Ternyata, pria tersebut adalah gurunya saat kecil.
Kisah ini memberikan pelajaran mendalam bagi Buya Yahya. Ia merasa tak pantas menerima penghormatan seperti itu dari gurunya.
"Bayangkan, guru mencium tangan muridnya. Itu bukan karena hebatnya saya, tapi hebatnya dia," tuturnya dengan penuh takzim.
Buya Yahya kemudian berpikir bahwa seharusnya gurunya langsung meminta dirinya mencium tangan terlebih dahulu. "Mestinya bilang saja, 'Hai Yahya, cium tangan saya.' Kan beres," katanya sambil tersenyum.
Advertisement
Pentingnya Hormati Guru
Namun, momen itu justru mengajarkan Buya Yahya tentang keikhlasan dan kerendahan hati. Ia menyadari betapa mulianya sosok gurunya yang tetap rendah hati meskipun memiliki peran penting dalam hidupnya.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga menekankan pentingnya menghormati guru. Ia mencontohkan dirinya sendiri yang merasa tidak pantas mendapatkan penghormatan seperti itu dari seorang guru.
"Guru adalah orang yang memberikan ilmu. Tanpa mereka, kita bukan siapa-siapa," ujarnya. Kisah ini menjadi pengingat bagi siapa saja untuk selalu menghormati orang yang telah berjasa dalam kehidupan.
Pengalaman tersebut juga mengajarkan Buya Yahya tentang arti kesederhanaan. Meskipun seorang guru memiliki kedudukan yang tinggi, tetap saja mereka mengajarkan keikhlasan melalui tindakan kecil yang tulus.
Cerita ini menjadi refleksi bahwa ilmu bukan hanya tentang apa yang diajarkan, tetapi juga bagaimana seorang guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Buya Yahya mengajak umat Islam untuk meneladani sikap hormat dan rendah hati ini.
Dalam ceramah penutupnya, Buya Yahya mengingatkan bahwa penghormatan kepada guru adalah bagian dari keberkahan hidup. "Ketulusan seorang guru adalah doa yang akan selalu mengiringi kita," pungkasnya.
Kisah ini tidak hanya menjadi pelajaran bagi Buya Yahya, tetapi juga bagi siapa saja yang mendengar ceritanya. Sebuah momen sederhana namun sarat makna, yang menggambarkan betapa indahnya hubungan antara guru dan murid.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul