Liputan6.com, Jakarta - Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau Syaikhona Kholil diyakini sebagai waliyullah yang sangat dihormati oleh masyarakat, khususnya muslim di Pulau Jawa. Ia adalah gurunya para kiai Nusantara, mengingat banyak santri sukses yang menimba ilmu agama kepadanya.
Nama ulama kharismatik ini lebih dikenal dengan Mbah Kholil Bangkalan. Bangkalan merupakan daerah asalnya Mbah Kholil yang secara administratif berada di Provinsi Jawa Timur.
Kegigihan Mbah Kholil dalam mempelajari ilmu agama Islam sudah ditunjukkan sejak dia masih kecil. Bahkan, Mbah Kholil muda sudah menghafalkan 1.002 bait nadhom Alfiyah karangan Ibnu Malik.
Baca Juga
Advertisement
Selain kecerdasannya dalam bidang ilmu agama, Mbah Kholil diyakini memiliki sejumlah karomah. Karomah merupakan anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
Ada banyak kisah yang menceritakan karomah Mbah Kholil. Salah satu kisah karomah Mbah Kholil adalah menangkap maling dengan mengamalkan ilmu nahwu.
Berikut kisahnya yang disarikan dari kitab Risalatul Lathaif via laman Pesantren Syaichona Moch Cholil. Kitab tersebut disusun oleh almarhum walmaghfurlah RKH. Fakhrillah Aschal.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Petani Resah Mentimunnya Dicuri
Suatu hari, para petani mentimun di Bangkalan resah dengan musibah yang dialaminya setiap memasuki musim panen. Pasalnya, mentimun yang siap dipanen selalu dicuri sehingga mereka mengalami kerugian.
Beberapa petani yang menjadi korban pencurian mentimun melakukan diskusi untuk mencari jalan keluar atas masalah yang mereka alami. Akhirnya, mereka sepakat untuk sowan ke ulama masyhur di Bangkalan, yakni Mbah Kholil.
Setibanya para petani di kediaman Mbah Kholil, ulama besar Bangkalan itu bertanya, “Apakah kalian memiliki hajat?” “Iya kiai,” jawab mereka serentak.
Kepada Mbah Kholil, petani menceritakan musibah yang ditimpanya. Mereka meminta solusi untuk mengungkap siapa orang yang mencuri timunnya selama ini setiap menjelang panen.
“Kami mengharap doa kiai agar tercegah dari pencuri, karena akhir-akhir ini banyak sekali pencuri di kebun kami,” kata petani.
Ketika petani sowan, Mbah Kholil kebetulan sedang mengajar kitab nahwu bersama santri-santrinya. Materi yang dipelajarinya bertepatan dengan lafadz قام زيد yang artinya “Zaid berdiri”.
Mbah Kholil meminta para petani menggunakan frasa tersebut untuk mengungkap pencuri dan mencegahnya agar tidak ada lagi pencurian mentimun di kebunnya.
"Gunakan contoh ini ‘qoma zaidun’ (قام زيد) sebagai wasilah untuk mencegah pencuri,” kata Mbah Kholil. Para petani mengiyakan perintah tersebut, meskipun mereka masih ragu-ragu.
Advertisement
Pencuri Mentimun Tertangkap
Setelah pulang, para petani tersebut menuju kebunnya. Ketika sampai di kebun, mereka dikagetkan dengan beberapa pencuri yang tidak bisa melarikan diri. Dengan mudahnya para pencuri itu ditangkap.
Anehnya lagi, para pencuri tersebut tidak bisa duduk dan tidak ada seorang pun yang mampu untuk membuat pencuri itu duduk, sampai banyak warga yang datang karena kejadian itu.
Akhirnya, sebagian petani berangkat sowan lagi ke Mbah Kholil untuk menyampaikan kejadian tersebut. Mbah Kholil kemudian memberikan air barokah kepada mereka agar para pencuri bisa kembali duduk seperti semula.
Sekembalinya ke kebun, para petani memercikkan air barokah pemberian Mbah Kholil kepada pencuri. Atas izin Allah SWT, para pencuri bisa duduk lagi. Setelah itu, para pencuri langsung minta maaf kepada para petani karena telah mencuri hasil panen di kebunnya.
Petani merasa bersyukur karena mulai sejak itu tidak ada lagi pencuri yang mengambil hasil panennya. Sebagai bentuk ucapan terima kasih, para petani mengirimkan banyak mentimun kepada Mbah Kholil. Saking banyaknya, setiap sudut pesantren Mbah Kholil dipenuhi dengan mentimun.
Wallahu a'lam.