Total Knee Replacement, Solusi Jika Nyeri Lutut Sudah Amat Parah

Total Knee Replacement (TKR) dapat menjadi pilihan ketika gejala seperti nyeri kronis, keterbatasan gerakan, dan penurunan kualitas hidup tidak dapat lagi diatasi dengan pengobatan konservatif.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Des 2024, 14:00 WIB
Total Knee Replacement, Solusi Osteoarthritis Jika Nyeri di Lutut Sudah Amat Parah. Photo copyright by Freepik.

Liputan6.com, Jakarta Total Knee Replacement (TKR) atau penggantian sendi lutut total dapat menjadi solusi yang efektif bagi pasien masalah lutut seperti osteoarthritis (OA).

TKR dapat menjadi pilihan ketika gejala seperti nyeri kronis, keterbatasan gerakan, dan penurunan kualitas hidup tidak dapat lagi diatasi dengan pengobatan konservatif. Hal ini disampaikan dokter spesialis ortopedi RS Siloam Mampang, Profesor Andri Lubis.

Menurutnya, Total Knee Replacement alias TKR adalah prosedur bedah di mana sendi lutut yang rusak akibat osteoarthritis digantikan dengan protesa atau implan buatan.

Tujuan utama dari prosedur ini adalah untuk mengurangi rasa sakit akibat kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi lutut, sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari. Prosedur ini sering direkomendasikan ketika pengobatan konservatif seperti obat-obatan, fisioterapi, atau injeksi, sudah tidak lagi memberikan hasil yang efektif.

”TKR merupakan opsi terakhir bagi pasien osteoartritis yang gejalanya sudah parah dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan atau terapi fisik,” kata Andri dalam keterangan pers, Senin (2/12/2024).

Prosedur ini terutama disarankan bagi pasien di atas usia 65 tahun, karena mereka sering kali mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan akibat nyeri lutut kronis.

Pada pasien yang lebih muda, TKR sering dianggap sebagai pilihan terakhir mengingat risiko kegagalan implan dalam jangka panjang yang dapat mengharuskan prosedur penggantian ulang.


Kandidat Utama TKR

Prof. Dr. dr. Andri Lubis, Sp.OT (K), dokter spesialis ortopedi RS Siloam Mampang soal TKR. Foto: Siloam Hospitals.

TKR terbukti sangat efektif, prosedur ini umumnya dilakukan hanya pada pasien dengan gejala osteoartritis yang sudah sangat parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

Biasanya, pasien yang mengalami nyeri kronis yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan serta gangguan gerakan yang signifikan menjadi kandidat utama untuk menjalani prosedur ini. TKR juga sangat direkomendasikan bagi pasien yang kualitas hidupnya telah menurun drastis, dan berbagai terapi konservatif tidak lagi memberikan hasil yang memadai.

Andri menekankan, pada pasien yang lebih muda, yakni di bawah 65 tahun, TKR bukanlah pilihan pertama.

”Pada pasien di bawah usia 65 tahun, TKR adalah pilihan terakhir, mengingat risiko jangka panjang dan kemungkinan perlu dilakukan prosedur ulang setelah beberapa tahun,” jelasnya.

Pasien yang lebih muda memiliki harapan hidup yang lebih panjang, sehingga implan lutut yang dipasang melalui TKR mungkin perlu diganti lebih awal. Oleh karena itu, pendekatan non-bedah atau prosedur alternatif seringkali dicoba terlebih dahulu pada kelompok usia ini.


Manfaat Jalani Tindakan TKR

Salah satu manfaat utama dari Total Knee Replacement adalah peningkatan kualitas hidup pasien setelah prosedur ini.

Pasien yang sebelumnya kesulitan berjalan, beraktivitas, bahkan melakukan pekerjaan rumah tangga, sering kali melaporkan perbaikan signifikan setelah operasi.

TKR membantu mengurangi rasa sakit yang hebat dan memberi pasien kesempatan untuk bergerak lebih bebas, bahkan kembali berolahraga atau menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman.

”Setelah operasi, sebagian besar pasien melaporkan penurunan rasa sakit, serta kemampuan untuk kembali melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena rasa sakit.”

Keuntungan lainnya adalah peningkatan fungsi lutut yang memungkinkan pasien kembali bekerja dan berinteraksi sosial tanpa rasa sakit yang mengganggu. Meskipun pemulihan membutuhkan waktu dan fisioterapi intensif, sebagian besar pasien merasa puas dengan hasilnya dalam jangka panjang.


Anestesi dalam Prosedur TKR

Salah satu elemen penting yang harus dipertimbangkan dalam prosedur TKR adalah jenis anestesi yang digunakan.

Anestesi spinal atau epidural sering dipilih karena kemampuannya untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pasien selama dan setelah operasi. Jenis anestesi ini memungkinkan pasien tetap sadar selama prosedur namun tanpa merasakan nyeri. Sementara obat-obatan penghilang rasa sakit terus disalurkan ke tubuh secara berkelanjutan.

”Anestesi spinal epidural memastikan obat-obatan dapat terus masuk ke tubuh secara berkelanjutan, yang membantu mengurangi rasa sakit pascaoperasi dan meningkatkan kenyamanan pasien,” jelas Andri.

Pendekatan anestesi ini sangat menguntungkan bagi pasien yang khawatir dengan rasa sakit setelah operasi. Selain itu, menggunakan anestesi jenis ini mengurangi risiko komplikasi terkait anestesi umum, seperti gangguan pernapasan.


Risiko dan Pencegahan

Setiap prosedur bedah, termasuk TKR, tentu membawa risiko. Risiko utama yang perlu diwaspadai adalah infeksi dan masalah terkait pembekuan darah, seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) dan emboli paru.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa ruang operasi dalam kondisi steril dan bahwa pasien mengikuti protokol pencegahan yang ketat.

Untuk meminimalkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya, pasien harus menjaga kebersihan dengan seksama sebelum operasi. Selain itu, pemantauan pascaoperasi yang ketat juga diperlukan untuk mengurangi kemungkinan pembekuan darah.

”Kami berupaya meminimalkan risiko tersebut dengan berbagai langkah pencegahan yang ketat, baik selama prosedur maupun setelahnya,” tambah Andri.


Fisioterapi dalam Pemulihan Pasca TKR

Pemulihan setelah TKR sangat bergantung pada fisioterapi yang dilakukan selama beberapa bulan pertama pascaoperasi.

Fisioterapi bertujuan mengembalikan kekuatan otot dan mobilitas lutut yang telah terganggu akibat osteoartritis atau prosedur itu sendiri. Pemulihan yang cepat dan efektif sangat bergantung pada komitmen pasien untuk mengikuti program rehabilitasi.

”Fisioterapi pada bulan pertama sangat penting untuk mempercepat pemulihan. Rata-rata, pasien membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk kembali ke aktivitas normal,” jelas Andri.

Fisioterapi pascaoperasi juga mencakup latihan untuk memperkuat otot-otot sekitar lutut dan meningkatkan kelenturan sendi, sehingga pasien dapat kembali bergerak dengan lebih lancar dan tanpa rasa sakit.

Infografis Manfaat Berjalan Kaki Bagi Kesehatan. Source: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya