Liputan6.com, Jakarta - Memasuki akhir tahun dan awal tahun, ada momen tertentu jadi perhatian pelaku pasar yakni window dressing.
Pengamat pasar modal sekaligus founder Traderindo.com Wahyu Tri Laksono menuturkan, window dressing merupakan strategi yang dipakai oleh manajer investasi dan perusahaan untuk mempercantik laporan kinerjanya sebelum disajikan kepada klien dan pemegang saham.
Advertisement
“Tujuan utama window dressing untuk menampilkan performa yang lebih baik dari portofolio atau laporan keuangannya, sehingga terlihat lebih menguntungkan dan menarik bagi investor,” kata Wahyu saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan, window dressing biasa dilakukan dengan sejumlah cara. Hal itu antara lain menunda pembayaran kewajiban dan melaporkan pendapatan lebih cepat dari jadwal. Selain itu, emiten dan perusahaan dapat melakukan promosi penjualan pada akhir tahun untuk meningkatkan pendapatan sehingga laporan keuangan tampak lebih sehat dengan catatan kas yang baik dan laba meningkat.
Terkait portofolio saham, ia menuturkan, saat kinerja portofolio tidak sesuai harapan, manajer investasi mungkin melakukan window dressing dengan menjual saham yang alami kerugian besar. Kemudian mengganti dengan saham yang akan memberikan imbal hasil lebih besar dalam jangka pendek. “Biasanya ini dilakukan menjelang pergantian tahun. Jadi kebiasaan ini memicu beberapa saham unggulan naik,” ujar dia.
Wahyu mengatakan, hal itu didesain untuk menarik investor sehingga emiten itu diburu setidaknya dalam jangka pendek. Wahyu menilai, window dressing adalah musiman tetapi tidak pasti. Pada saat itu, ia menuturkan, saham blue chips akan menarik dan dipilih.
”Seasonal, bukan berarti pasti. Dari sini kita bisa antisipasi, saham blue chips akan cenderung menarik dan dipilih. Sedangkan saham yang jelek akan dibuang,” kata dia.
Sentimen yang Bayangi Window Dressing
Ia menuturkan, saham blue chips menjadi emiten yang dipilih oleh banyak perusahaan investasi karena memiliki kinerja keuangan dan bisnis yang konsisten baik dan mampu bertahan serta bangkit dalam kondisi sulit. “Saham blue chips biasanya menjadi pemimpin di setiap sektornya,” kata dia.
Wahyu mengatakan, saham blue chips juga memiliki nilai kapitalisasi pasar yang besar sehingga mampu dibeli oleh investor dengan modal besar seperti perusahaan investasi dan investor individu.Adapun saham LQ45 atau indeks saham likuid di BEI menjadi pilihan banyak investor karena konstituen di dalamnya relatif memiliki risiko likuiditas renda sehingga cenderung terhindari dari risiko nyangkut di saham gorengan.
"Jadi wajar beberapa emiten terpilih saat window dressing yang blue chips ada di LQ45,” kata dia.
Sementara itu, pengamat pasar modal Desmond Wira menuturkan, ada potensi window dressing pada Desember 2024 seiring aksi manajer investasi ingin memperbaiki kinerja portofolionya. Akan tetapi, ada potensi window dressing tidak terjadi jelang akhir tahun seiring sentimen di domestik mulai dari rupiah melemah dan potensi perang dagang.
"Bisa juga tidak ada (window dressing-red). Karena sentimen yang ada cenderung negatif, mulai dari pelemahan ekonomi, pemberlakuan PPN 12 persen, daya beli turun, pelemahan rupiah, potensi perang dagang dan lainnya,” kata Desmond.
Advertisement
Persiapan Window Dressing, Investor Harus Bagaimana?
Sebelumnya, pasar modal biasanya akan memasuki musim window dressing jelang akhir tahun. Secara garis besar, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh suatu perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor. Yakni dengan cara mempercantik laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnis yang dimilikinya.
Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mencermati, secara statistik memang indeks harga saham gabungan (IHSG) lebih sering naik daripada turun saat akhir tahun. Hal itu salah satunya didorong laporan kinerja emiten yang positif.
"Jika mau antisipasi window dressing berarti spekulasi beli beberapa bulan sebelumnya. Kalau beli di akhir tahun saat window dressing terjadi ya sudah terlambat. Saya katakan spekulasi, karena window dressing tidak jamin pasti terjadi," kata Desmond kepada Liputan6.com, Senin (30/9/2024).
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menjelaskan, masih ada potensi window dressing. Namun melihat IHSG sudah mencatatkan kenaikan cukup signifikan, kemungkinan window dressing tidak terlalu ramai.
Sentimen Lain
"Kalau dari Mirae Asset target IHSG-nya 7.915, mungkin sudah dekat. Jadi kalau dalam dua bulan ini (laju IHSG) masih kencang, mungkin window dressing-nya enggak akan terlalu banyak, karena memang kenaikan (IHSG) juga sudah cukup besar," kata Martha kepada wartawan di Gedung Bursa, Selasa (24/9/2024).
Martha menambahkan, sentimen lain yang bisa dicermati adalah transisi pemerintah baru pada Oktober-November 2024. Bersamaan dengan itu, pasar juga bisa mencermati pemilu di Amerika Serikat (AS). Jika ada gejolak signifikan, maka potensi windows dressing besar. Sebaliknya, jika pasar relatif resilien maka potensi windows dressingnya minim.
"Kalau memang market bergejolak, potensi window dressing-nya ada. Kalau lancar, atau ada guncangan tapi tidak terlalu lama, market itu konsisten dan IHSG konsisten di level yang tinggi, window dressing-nya mungkin tidak akan terlalu besar," jelas Martha.
Advertisement