Liputan6.com, Tel Aviv - Prancis menyebut pemerintah Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjatan dengan Hizbullah di Lebanon sebanyak 52 kali, sejak 27 November 2024.
Dikutip dari laman i24news, Senin (2/12/2024) akibat pelanggaran ini mengakibatkan kematian warga sipil Lebanon.
Advertisement
Prancis juga mencatat dimulainya kembali penerbangan pesawat nirawak Israel di ketinggian rendah di atas Beirut.
Seorang pejabat tinggi Prancis menyatakan kekhawatiran Paris tentang kemungkinan runtuhnya kesepakatan gencatan senjata.
"Lebanon berkomitmen penuh untuk mempertahankan gencatan senjata dan mencegah Hizbullah kembali ke selatan, tetapi mereka butuh waktu untuk membuktikan diri," katanya.
Israel menanggapi kritik ini dengan mengindikasikan bahwa mekanisme implementasi perjanjian "akan mulai berjalan cepat" sesegera mungkin.
Seorang sumber diplomatik Israel menegaskan bahwa "setiap pelanggaran akan dihukum dengan respons yang signifikan, itulah yang terjadi di lapangan."
IDF melakukan beberapa serangan di Lebanon pada Sabtu (30/11) setelah pelanggaran perjanjian gencatan senjata yang teridentifikasi.
Salah satu serangan yang dilakukan jauh di dalam wilayah Lebanon, menargetkan kendaraan militer yang beroperasi di dekat fasilitas produksi rudal Hizbullah.
Militer Israel juga menargetkan orang-orang bersenjata yang memuat RPG dan amunisi ke dalam kendaraan di Lebanon selatan.
Menurut jaminan AS yang menyertai gencatan senjata, Israel tetap memiliki hak untuk bertindak terhadap pelanggaran komitmen apa pun di Lebanon selatan, dan terhadap ancaman yang muncul di tempat lain di wilayah Lebanon jika negara tersebut tidak dapat atau tidak ingin melawannya sendiri.