Liputan6.com, Jakarta - Klub sepak bola Bologna FC mengonfirmasi telah mengalami serangan ransomware usai data mereka yang dicuri dibocorkan secara daring oleh kelompok hacker RansomHub.
Tim sepak bola Italia tersebut lalu memperingatkan penyerang untuk tidak mengunduh atau menyebarkan data yang dicuri, dengan alasan bahwa itu adalah 'tindak pidana serius'.
Advertisement
"Bologna FC 1909 S.p.a. ingin menyampaikan bahwa serangan siber ransomware baru-baru ini menargetkan sistem keamanan internal," demikian bunyi pernyataan singkat tersebut.
"Kejahatan itu mengakibatkan pencurian data perusahaan yang mungkin muncul secara daring," demikian sebagaimana dikutip dari Bleeping Computer, Senin (2/12/2024).
"Harap diingat bahwa memiliki data tersebut, memfasilitasi publikasi atau penyebarannya merupakan tindak pidana serius," Bologna FC memungkaskan.
Serangan tersebut diklaim oleh kelompok ransomware RansomHub--kelompok ancaman paling terkenal di dunia maya--pada 19 November 2024.
"Manajemen klub menolak untuk melindungi data rahasia pemain dan sponsor," demikian peringatan para penjahat siber saat itu.
"Oleh karena itu, dalam 2 hari, kami akan menerbitkan semua data medis, pribadi, dan rahasia semua pemain klub," kelompok hacker itu mengancam.
Daftar Data Sensistif yang Bocor
Para pelaku ancaman memberi Bologna perpanjangan waktu untuk membayar tebusan guna mencegah tenggat waktu publikasi. Namun, mereka kini telah menerbitkan seluruh kumpulan data curian di dark web.
Geng ransomware mengklaim bahwa data yang bocor meliputi:
- Kontrak sponsor dan detail sponsor
- Data keuangan lengkap sejarah klub
- Data pemain pribadi dan rahasia
- Strategi transfer untuk pemain baru dan muda
- Data rahasia penggemar dan karyawan
- Data atlet muda
- Catatan medis
- Informasi tentang struktur dan stadion
- Strategi komersial dan rencana bisnis
Advertisement
Pelaku Memeras Tim Sepak Bola Italia
Sebelumnya, RansomHub mencoba memeras tim sepak bola Italia dengan mencantumkan contoh-contoh bagaimana dokumen yang bocor menyebabkan tim lain membayar denda besar, atas berbagai pelanggaran dan menggunakan General Data Protection Regulation (GDPR) sebagai alat pemerasan.
Serangan ransomware terhadap tim olahraga tidak umum, meskipun beberapa organisasi, terutama yang berada di level tertinggi, mengelola sejumlah besar uang.
Contoh sebelumnya termasuk serangan ransomware NoEscape terhadap tim basket Prancis ASVEL dan serangan ransomware BlackCyte yang menargetkan tim NFL San Francisco 49ers.
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Advertisement