Falungku, Gelung Tradisional Perempuan Rote

Bagi masyarakat Pulau Rote, falungku merupakan representasi tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sanggul ini menjadi elemen krusial yang mencerminkan status dan peran wanita.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 03 Des 2024, 16:00 WIB
Selain alamnya yang indah, salah satu kekayaan seni yang dipunyai Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur adalah alat musik sasando. (Liputan 6 SCTV)

Liputan6.com, NTT - Perempuan-perempuan di Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki tatanan gaya rambut yang mencerminkan keindahan, keberanian, sekaligus kehormatan dalam budaya Rote. Adalah falungku atau yang lebih dikenal sebagai sanggul Rote.

Mengutip dari indonesiakaya.com, falungku memiliki fungsi sebagai cerminan filosofi tentang peran wanita dalam masyarakat Rote. Fungsi lain dari gaya sanggul ini tentu saja sebagai aksesori rambut untuk memperindah penampilan.

Bagi masyarakat Pulau Rote, falungku merupakan representasi tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Sanggul ini menjadi elemen krusial yang mencerminkan status dan peran wanita.

Fungsinya semakin menonjol ketika dikenakan saat acara-acara penting, seperti pernikahan dan upacara adat. Falungku memiliki bentuk yang besar dan kompleks.

Proses penataan gelung falungku ini memiliki kesamaan dengan cepol Betawi. Hanya saja, falungku memiliki ukuran yang lebih besar.

Gaya rambut yang tampak anggun ini dibuat dengan menarik rambut ke kiri dan kanan. Cara ini menciptakan ilusi simetris yang khas.

Untuk merias rambut dengan gaya falungku, diawali dengan mengikat rambut menjadi kuncir sederhana. Kemudian rambut ditarik ke atas dan ke depan hingga membentuk angka delapan.

Bentuk tersebut melambangkan siklus kehidupan dan kesinambungan. Bentuk ini sekaligus menjadi simbol dari kekuatan yang terus diperbaharui.

Falungku juga kerap dihias dengan bunga melati untuk memperkuat kesan kecantikan dan keharuman alami. Melati ditempatkan di sepanjang lilitan rambut.

Sanggul khas Rote ini juga dihiasi dengan bula molik (tusuk emas) dan kembang cempako. Dua hiasan tersebut merupakan simbol keberanian dan kemakmuran.

Falungku juga menjadi gaya rambut yang kerap digunakan oleh para penari tradisional. Dalam tarian, gelung ini melambangkan keseimbangan antara tubuh dan alam.

Falungku memang jarang digunakan di luar acara formal. Meski demikian, gaya rambut ini telah menjadi salah satu identitas budaya para perempuan Rote di NTT.

 

Penulis: Resla

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya