Rupiah Dibuka Melemah dari Dolar AS, Pasar Tunggu Putusan Suku Bunga The Fed

Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2024.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Des 2024, 10:45 WIB
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan Selasa pagi, mencatat penurunan sebesar 34 poin atau 0,22 persen menjadi 15.940 per dolar AS dari posisi rupiah sebelumnya di 15.906 per dolar AS.

Pergerakan ini dipengaruhi oleh meningkatnya peluang pemangkasan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2024.

"Inflasi PCE AS yang stabil pada Oktober 2024 tetap memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan depan," ujar ekonom senior Bank Mandiri, Reny Eka Putri dikutip dari ANTARA, Selasa (2/12/2024).

Probabilitas Pemangkasan Suku Bunga Meningkat

Reny mengungkapkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) pada Desember 2024 meningkat menjadi 66 persen, naik dari sebelumnya yang hanya 50 persen.

"Ke depan, kami memperkirakan kebijakan suku bunga akan lebih moderat. FFR diproyeksikan turun menjadi 4 persen pada tahun 2025," tambahnya.

Data Ekonomi AS yang Mempengaruhi Rupiah

Sentimen pasar juga dipengaruhi oleh laporan Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS untuk Oktober 2024, yang menunjukkan kenaikan moderat sebesar 0,2 persen (mom) atau 2,3 persen (yoy), sesuai ekspektasi pasar. Angka ini lebih tinggi dibandingkan inflasi PCE pada September 2024 sebesar 2,1 persen (yoy).

Inflasi inti PCE juga naik menjadi 2,3 persen, didukung oleh pertumbuhan positif pada penjualan ritel dan Indeks Redbook, yang mencerminkan aktivitas belanja di AS. Selain itu, pendapatan personal di AS pada Oktober meningkat sebesar 0,6 persen (mom), melanjutkan tren kenaikan positif selama enam bulan berturut-turut.

Pencalonan Scott Bessent Mendukung Pasar

Tekanan global terhadap rupiah mereda berkat pencalonan Scott Bessent sebagai Menteri Keuangan AS. Pasar merespons positif langkah ini, karena Bessent dikenal sebagai kandidat pro-pasar yang dinilai mampu membawa kebijakan ekonomi yang moderat dan mendukung dunia usaha.

"Keberadaan Bessent diharapkan mampu menjaga kebijakan tarif agar tidak terlalu ekstrem," tambah Reny.

 


Fokus Pasar pada FOMC dan Data Tenaga Kerja

Teller tengah menghitung mata uang dolar AS di penukaran uang di Jakarta, Rabu (10/7/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup stagnan di perdagangan pasar spot hari ini di angka Rp 14.125. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pasar kini menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan berlangsung pada 18 Desember 2024. Keputusan ini diharapkan memberikan arahan lebih jelas terkait kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Selain itu, data tenaga kerja AS menjadi perhatian penting. Tingkat pengangguran diprediksi tetap stabil di 4,1 persen, sementara Non-Farm Payroll (NFP) untuk November 2024 diperkirakan naik signifikan menjadi 183 ribu, dibandingkan hanya 12 ribu pada Oktober.

Proyeksi Kurs Rupiah

Reny memperkirakan nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa akan bergerak dalam rentang 15.860 hingga 15.920 per dolar AS, seiring dengan dinamika global yang terus berkembang.

Dengan fokus pasar pada kebijakan suku bunga The Fed dan data ekonomi AS, volatilitas di pasar valuta asing diperkirakan akan tetap tinggi hingga akhir tahun.

Penguatan kebijakan domestik dan kestabilan makroekonomi menjadi kunci menjaga pergerakan rupiah dalam kisaran yang stabil.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya