Liputan6.com, Banyuwangi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menggelar Festival Kita Bisa pada Selasa (3/12/2024). Kegiatan yang digelar bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional itu pun menampilkan beragam karya kreatif anak-anak muda penyandang disabilitas di Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengatakan bahwa Festival Kita Bisa menjadi agenda rutin di Banyuwangi sebagai wadah aktualisasi bagi para anak muda difabel.
Advertisement
"Ini salah satu wujud komitmen pemkab untuk memberikan akses pendidikan yang sama kepada anak-anak muda daerah," katanya.
Ipuk menyebut, sejak 2013 Banyuwangi pemkab telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas. Ia mengatakan, hingga hari ini, seluruh sekolah negeri dari tingkat PAUD sampai SMA/sederajat telah berstatus inklusif.
"Pemkab juga meluncurkan inovasi Si-Denakwangi (Aplikasi Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Banyuwangi), aplikasi ini digunakan untuk mendeteksi jenis ketunaan peserta didik berkebutuhan khusus," sebutnya.
"Dengan identifikasi tersebut, layanan dan pembelajaran yang diterapkan para guru pendamping khusus (GPK) betul-betul tepat sesuai kondisi anak didik berkebutuhan khusus-nya dan dapat memaksimalkan prestasi mereka," jelas Ipuk.
Ia pun mengungkapkan, pihaknya juga terus mengupayakan pemenuhan hak-hak disabilitas pada berbagai bidang yang lain, misalnya terpenuhinya fasilitas disabilitas di tempat-tempat publik hingga terbukanya peluang di dunia kerja.
"Pemkab juga rutin menggelar rembug anak dan ABK untuk menjaring aspirasi mereka untuk kami jadikan bahan penyusunan kebijakan daerah dan lewat rembug ini kita berharap aspirasi mereka bisa terakomodir," ungkap Ipuk.
191 Sekolah Pendidikan Inklusi
Asisten Pemerintahan dan kesra, MY Bramuda mengungkapkan, di Banyuwangi saat ini terdapat 191 sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, mulai dari tingkat paud, SD, SMP, hingga SMA/sederajat.
"Sekolah-sekolah ini didampingi oleh 11 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang bertindak sebagai konsultan, adapun jumlah guru pendamping khusus (GPK) sebanyak 250 orang," ungkapnya.
“Secara berkala para GPK ini kami berikan bimtek untuk meningkatkan kapasitasnya, sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam menjembatani kesulitan belajar ABK di sekolah inklusi,” jelas Bramuda.
Di sisi lain, dirinya mengatakan, Festival Kita Bisa dimulai dengan berbagai kegiatan yang mewadahi kreativitas dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus.
"Sejak kemarin (2/12/2024) kita sudah menggelar Porseni dan Bimtek inklusif, puncaknya kita laksanakan hari ini dengan menampilkan berbagai karya para ABK," kata Bramuda.
Sebagai informasi, anak-anak dari berbagai sekolah memamerkan hasil karya di stan-stan yang berjajar di depan aula SD Negeri Model Banyuwangi, yang menjadi venue kegiatan. Ada kain batik, anyaman dari limbah plastik, aneka kerupuk, snack, robot bertenaga surya, hingga tempat sampah yang menggunakan sensor gerak.
Ada juga yang memamerkan kemampuannya di bidang coding. Salah satunya Ibrahim, siswa penyandang border line dari SMPN 3 Banyuwangi tersebut mampu membuat game Pin Ball dengan bimbingan guru pendampingnya.
(*)
Advertisement