Liputan6.com, Jakarta Para penggemar K-Pop punya banyak cara untuk mengajukan protes, baik kepada agensi maupun artis idolanya. Mulai dari menaikkan tagar hingga menjadi trending topic di media sosial, mengirim truk yang dilengkapi dengan layar LED berkeliling kota, hingga yang beberapa waktu lalu ramai dibicarakan: mengirim karangan bunga tanda dukacita.
Salah satu kejadian terkait ini adalah pada Oktober lalu, yakni saat penggemar memprotes kembalinya Seunghan ke grupnya kala itu, RIIZE. Jumlah bunga tanda dukacita yang dikirim saat itu tak hanya belasan atau puluhan. Dilansir dari The Korea Times pada Selasa (3/12/2024), kantor SM Entertainment yang terletak di Seongdong District, Seoul, dipenuhi ratusan bunga tanda berduka.
Advertisement
Alih-alih kalimat tanda empati, pesan yang disampirkan dalam tanda dukacita penuh emosi. Saat Suga BTS terlibat kasus mengemudi skuter sambil mabuk pada Agustus lalu, sejumlah karangan bunga serupa juga muncul di kantor HYBE, meski jumlahnya tak sebanyak yang terjadi pada kasus RIIZE.
Dari mana gaya protes ini berasal?
The Korea Times mencatat, tata cara protes seperti ini tak berawal dari jagat K-Pop. Hal ini mulai muncul di Korea pada awal tahun 2000-an. Salahg satu contohnya, kala warga pemukiman Cheongwon pada 2006, mengirim bunga dukacita sebagai protes atas pembangunan kompleks industri di Provinsi Chungcheong Utara.
Karangan bunga dukacita juga dikirimkan saat protes impeachment mantan Presiden Korea Selatan Park Geun Hye, juga mantan Menteri Kehakiman Cho Kuk pada tahun 2010-an.
Mengapa Kiriman Bunga Jadi Pilihan?
Ada sejumlah alasan mengapa protes lewat bunga dilakukan. Salah satunya, adalah menyampaikan aspirasi tanpa harus hadir secara fisik. Kepada The Korea Herald, Profesor Huh Chang Deok dari Universitas Yeungnam menjabarkan, ini adalah bagian dari perubahan paradigma dalam masyarakat.
"Satu bunga pemakaman harganya sekitar 100 ribu won (kurang lebih Rp1,1 juta), tapi menyampaikan sebuah pesan secara tegas bernilai lebih dari angka itu, karena bisa menarik perhatian dan bahkan bisa mengarah pada perubahan," tutur Profesor Huh, dilansir dari The Strait Times. Apalagi, kiriman bunga dukacita ini bebas dari potensi rusuh.
Selain itu, ada pula alasan anonimitas, karena karangan bunga dikirim oleh pihak vendor. Bahkan pihak vendor pun tak melakukan kontak langsung dengan pembelinya.
"Hanya petugas pengantaran yang terlihat," kata pegawai di Kantor Wilayah Distrik Seongdong.
Advertisement
Makna di Balik Bunga Dukacita
Meski protes "hanya" dilakukan dengan mengirim bunga, Profesor Huh dan Profesor Goo Jeong Woo dari Sungkyunkwan University menilai ada muatan emosi di dalam aksi ini.
"Menggunakan bunga pemakaman dalam protes adalah cara baeu untuk menunjukkan emosi dalam masyarakat saat ini. Mulai dari kesedihan, ketidaksetujuan, hingga rasa duka, menambah nuansa tertentu dalam pesan yang hendak disampaikan, terhadap kebijakan atau opini yang mereka tentang," kata sang profesor.
Polisi Bereaksi
Tren mengirim kembang tanda protes ternyata mendapat perhatian dari petugas berwenang. Polisi dan kantor pemda setempat akhirnya kini memasukkan benda ini sebagai barang-barang yang digunakan dalam protes.
"Jadi, jumlah (karangan bunga) yang hendak digunakan, mesti dilaporkan terlebih dulu," kata seorang petugas kepolisian. Dalam aturan yang saat ini berlaku, penyelenggara protes luar ruangan mesti melakukan pendaftaran 48 jam sebelumnya, dan menyebutkan barang-barang apa yang akan digunakan dalam protes ini
Advertisement