Liputan6.com, Yogyakarta - Di tahun keenamnya, Pekan Budaya Difabel (PBD) mengajak masyarakat merayakan terwujudnya Yogyakarta sebagai Kota Inklusif. Bertema ‘Gayeng Regeng’, PBD 2024 berlangsung di ruang publik dengan tujuan menguatkan kehadiran rekan-rekan disabilitas di tengah masyarakat.
Berlangsung mulai Selasa (3/12/2024), PBD 2024 diselenggarakan di Lapangan Minggiran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta hingga Sabtu (7/12/2024).
Dalam lima hari pelaksanaan, setiap harinya akan tampil rekan-rekan disabilitas mempersembahkan berbagai kreatifitas karyanya untuk menghadirkan pola pikir dan masyarakat Kota Yogyakarta yang inklusif.
Koordinator PBD 2024 Broto Wijayanto, mengatakan sejak digelar pertama kali pada 2019. PBD dimaksudkan sebagai sebuah festival inklusif bagi keberagaman dan mengedukasi masyarakat tanpa banyak bicara tentang disabilitas.
Baca Juga
Advertisement
“Bagi rekan-rekan disabilitas, ini adalah ruang interaksi untuk semakin berdaya. Ini juga menjadi ruang berbagi dengan masyarakat untuk menerima kehadiran mereka dan menghancurkan pandangan serta stigma negatif dengan menunjukkan sisi kreatifitasnya,” terangnya.
Dengan pelaksanaan di ruang terbuka, sebelumnya di tiga tahun pertama selalu di ruang-ruang tertutup. Gelaran PBD 2024 menjadi ajang pembuktian Yogyakarta adalah Kota Inklusif yang menerima perbedaan dan keberagaman.
Tema ‘Gayeng Regeng’ juga dipilih untuk menguatkan isu besar yang diusung PBD 2024 yaitu berusaha melepaskan kotak-kotak dan betul-betul menghadirkan perayaan yang tidak ada pembeda di dalamnya.
“Selain penampilan rekan-rekan difabel di pentas, kita juga memfasilitasi beberapa untuk bersaing dengan UMKM non difabel. Kita ingin mereka melebur dan merasakan persaingan langsung tanpa melibatkan rasa iba dari pembeli,” lanjutnya.
PBD 2024 juga melibatkan masyarakat non difabel terlibat. Terlebih pelajar sekolah di sekitar lokasi diajak bergabung, dengan harapan sejak dini pendidikan sudah mengenal tentang disabilitas.
Panitia juga menggandeng berbagai komunitas seni yang ada di Kecamatan Mantrijeron bergabung di panggung.
“Tujuan besar kita dari PBD ini masih sama sejak gelaran pertama, yaitu semakin memberdayakan rekan-rekan difabel. Khususnya dalam penyelenggaran PBD kedepannya, agar mereka mayoritas menjadi panitia,” ucapnya.
Pendekatan Budaya
Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi memaparkan PBD digelar setiap tahunnya bersamaan dengan peringatan Hari Disabilitas Internasional yang jatuh pada 3 Desember.
"Kami memandang ini adalah kegiatan penting dan strategis untuk mewujudkan cita-cita membentuk masyarakat Yogyakarta yang inklusif. Masyarakat yang menghargai perbedaan, keragaman, memiliki rasa toleransi, welas asih, tenggang rasa, asah asih dan asuh," katanya.
PBD diharapkan akan menjadi bagian dari pendekatan budaya yang memberikan edukasi dan penyadaran bagi masyarakat, khususnya generasi muda untuk memahami sejak dini bahwa kehidupan ini penuh perbedaan dan keragaman.
Selama lima hari kedepan, Lakshmi mengajak masyarakat untuk merasakan langsung berinteraksi dengan mereka yang berbeda namun memiliki kelebihan dibanding mereka yang non disabilitas.
Advertisement