Liputan6.com, Jakarta Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Wiko Migantoro, mengungkapkan tantangan yang dihadapi bisnis kilang minyak pada 2024.
Untuk menjaga kinerja operasional, Pertamina telah mengalokasikan investasi sebesar USD 4,7 miliar atau setara Rp 74,4 triliun (kurs Rp 15.833) guna meningkatkan produksi minyak bumi.
Advertisement
Wiko menjelaskan bahwa tekanan di sektor kilang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga menjadi tren global.
"Pada 2024 ini, kita menghadapi situasi yang memberikan tekanan besar di bisnis midstream, khususnya di sektor kilang. Hal serupa juga terjadi di banyak kilang di dunia yang harus berjuang untuk tetap operasional," ujar Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Selasa (3/12/2024).
Strategi Pertamina untuk Memaksimalkan Operasional
Untuk mendukung kelancaran operasional kilang, Pertamina menggelontorkan dana besar di sektor hulu untuk mendorong produksi minyak bumi.
"Investasi sebesar USD 4,7 miliar ini diarahkan untuk memastikan penyaluran bahan baku ke kilang tetap optimal," jelas Wiko.
Ia juga mengungkapkan bahwa selama periode 2020–2023, intake kilang Pertamina mengalami pertumbuhan 4 persen, sementara yield valuable product meningkat sebesar 2 persen.
"Ini menunjukkan bahwa kilang kami semakin efisien, memaksimalkan produksi bahan baku, dan mengurangi produk yang kurang bernilai. Efisiensi ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan operasional kilang," tambahnya.
Produksi Kilang Naik
Hingga Oktober 2024, intake kilang Pertamina mencapai 266 juta barel, dengan target akhir tahun sebesar 325 juta barel. Yield valuable product telah mencapai 82 persen, sementara tingkat ketersediaan operasional kilang tercatat 99 persen.
Wiko juga optimistis kapasitas kilang Balikpapan akan meningkat sebesar 100.000 barel per hari tahun depan, yang akan memberikan kontribusi positif pada yield valuable product.
Pertamina Cetak Laba Rp 42 Triliun
Hingga Oktober 2024, Pertamina membukukan laba bersih sebesar USD 2,66 miliar atau setara Rp 42,1 triliun. Pendapatan perusahaan dalam periode yang sama mencapai USD 62,5 miliar.
"Pendapatan dan laba bersih ini didukung oleh optimalisasi bisnis hilir yang lebih menguntungkan, meskipun harga komoditas migas dunia menurun," jelas Wiko.
Pada 2022, laba bersih Pertamina tercatat sebesar USD 3,81 miliar dengan pendapatan USD 84,9 miliar. Angka tersebut meningkat pada 2023 menjadi USD 4,4 miliar, meski pendapatan menurun menjadi USD 75,8 miliar.
Optimistis Tutup Tahun dengan Positif
Meski menghadapi tantangan global, Wiko optimistis bahwa kinerja positif Pertamina dapat dipertahankan hingga akhir tahun. Ia menargetkan pendapatan 2024 dapat menyamai capaian 2023.
"Kami optimistis dapat menyamai angka pendapatan tahun lalu," pungkasnya.
Advertisement