Liputan6.com, Jakarta Film Werewolves menggulirkan premis sederhana bahwa setahun lalu cahaya bulan purnama mengubah DNA manusia menjadi serigala. Manusia peradaban modern tak berani keluar rumah dan menutup semua akses cahaya di kediaman mereka.
Tujuannya hanya satu, menghindari cahaya bulan. Skenario Werewolves yang dibintangi Frank Grillo, dipoles Matthew Kennedy. Tahun ini ia melahirkan skrip film action seru, Canary Black dengan bintang Kate Beckinsale.
Advertisement
Sineas film Werewolves, Steven C. Miller yang duduk di kursi sutradara belum begitu familier di kuping orang Indonesia. Satu judul yang pernah mampir ke Indonesia yakni Escape Plan: Hades (2018) dengan bintang Dave Bautista dan Sylvester Stallone.
Menilik rekam jejaknya sebagai sutradara, mayoritas karya Steven C Miller dikritik negatif, termasuk Escape Plan: Hades. Akankah Werewolves membalik keadaan? Berikut review film Werewolves.
Menjelang Bulan Purnama
Werewolves dimulai dengan pergerakan warga kota untuk mengamankan diri jelang bulan purnama. Lucy (Ilfenesh Hadera) dan Emma (Kamdynn Gary) menutup rumah mereka dengan papan-papan kayu hingga batu-bata.
Paman Emma, Wesley (Frank Grillo), hari itu bertugas menjaga lanboratorium berisi ilmuwan dan tenaga medis yang meneliti vaksin untuk memulihkan manusia yang bermetamorfosis menjadi serigala. Empat warga bersedia jadi relawan untuk diuji coba.
Salah satunya, Miles Chen (James Kyson) yang menjalin cinta dengan dr. Amy Chen (Katrina Law). Empat relawan dikerangkeng di bawah kanopi. Saat bulan purnama bersinar, kanopi dibuka. Mereka terpapar. Nahas, keempatnya jadi serigala lalu mengamuk.
Laboratorium diobrak-abrik sementara warga kota panik karena sejumlah manusia serigala berkeliaran cari mangsa. Tetangga Lucy, Cody Walker (James Michael Cummings) yang bersiap dengan senapan untuk membantai serigala malah terpapar cahaya bulan.
Advertisement
Gaya Tutur Tanpa Basa-basi
Bagi yang ogah berpikir njelimet saat menonton, Werewolves pilihan pas. Durasi ringkas, gaya bertutur tanpa basa-basi. Menit-menit awal langsung menampilkan hiruk-pikuk riset dan persiapan warga kota menghadapi bulan purnama.
Para tokoh diperkenalkan sambil menaikkan tensi ketegangan karena purnama datang dalam hitungan jam. Gaya bertutur langsung ke pokok persoalan ini ditimpa masalah demi masalah yang ditebar di laboratorium, rumah warga, jalanan, plus patroli polisi.
Merawat Penokohan Wesley, Lucy, dan Emma
Steven C. Miller merawat penokohan Wesley, Lucy, dan Emma dengan lumayan detail. Jiwa kepemimpinan dan patriotismenya sudah menyengat bahkan sebelum ia meninggalkan rumah untuk bertugas. Lucy sejak awal pun terlihat bukan sembarang single mom.
Emma adalah gadis kecil yang patuh dan kooperatif meski di fase tertentu tak bisa menutupi ketakutannya. Werewolves adalah disaster movie pada skala mikro. Jelas, bulan purnama menyinari banyak negara dan Amerika bukan satu-satunya benua yang terpapar.
Advertisement
Daya Sintas Manusia
Fokus utama film ini bukan pada seberapa banyak korban tewas dan luas daerah yang terdampak. Melainkan daya sintas manusia menghadapi malam-malam panjang. Ya, teror akan berakhir saat fajar menyingsing.
Namun mempertahankan nyawa di fase “darkest hours” membuat sedetik terasa seperti semenit. Semenit bagai sejam. Apapun bisa terjadi dalam hitungan detik. Termasuk tetangga yang tadi siang berkunjung, malam harinya bisa almarhum.
Frank Grillo Tampil Meyakinkan
Visual manusia serigala dalam film ini memang agak “cekak.” Beberapa adegan dalam Werewolves terasa dekade 90-an banget. Film banget hingga bikin sebagian penonton ngedumel.
Ini masih bisa dimaafkan dengan upaya Steven C. Miller memahat ketegangan demi ketegangan lalu menyelesaikan cerita tanpa berbelit-belit. Pokoknya gercep. Frank Grillo sendiri tampil meyakinkan sebagai salah satu harapan penonton dalam menangani bencana.
Advertisement
Untung Alurnya Sat-set
Werewolves memang tidak sempurna. Film ini diselamatkan oleh alur sat-set dan durasi masuk akal. Ini menjauhkan Werewolves dari kesan bertele-tele, sok grande, dan sok berpetuah tentang pentingnya keluarga.
Musibah dan kerelaan berkorban salah satu tokoh lebih dari cukup untuk mendefinisikan family always comes first. Cara Steven C. Miller mengakhiri film ini terbilang manis. Saat secercah harapan datang dan ketakutan sirna, maka selesai sudah. Titik.
Pemain: Frank Grillo, Katrina Law, Ilfenesh Hadera, James Michael Cummings, , Kamdynn Gary, Lydia Styslinger
Produser: Craig Chapman, Myles Nestel
Sutradara: Steven C. Miller
Penulis: Matthew Kennedy
Produksi: Solution Entertainment Group
Durasi: 93 Menit