Darurat Militer Dicabut, Won Korea Selatan Kurangi Koreksi terhadap Dolar AS

Pengumuman darurat militer oleh Presiden Korea Selatan mendorong Won sempat sentuh level terendah dalam dua tahun terhadap dolar AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Des 2024, 05:34 WIB
Won Korea Selatan pada Selasa, 3 Desember 2024 mengurangu koreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi setelah parlemen Korea Selatan dengan cepat mengeluarkan resolusi menuntut pencabutan darurat militer. (unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Won Korea Selatan pada Selasa, 3 Desember 2024 mengurangu koreksi terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi setelah parlemen Korea Selatan dengan cepat mengeluarkan resolusi menuntut pencabutan darurat militer.

Mengutip CNBC, Rabu, 4 Desember 2024, pemungutan suara di parlemen dilakukan kurang dari tiga jam setelah Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer yang mendorong Won sentuh level terendah dalam dua tahun terhadap dolar AS.Dolar AS naik 1,2 persen terhadap won setelah diperdagangkan naik 2,7 persen pada hari sebelumnya.

Sementara itu, Exchange Trade Fund (ETF) atau dana yang diperdagangkan di bursa dan saham perusahaan-perusahaan Korea yang terdaftar di AS anjlok karena pengumuman darurat miliar. Kemudian bangkit kembali setelah parlemen negara tersebut memilih untuk mencabut darurat militer.

MSCI South Korea ETF terakhir terlihat diperdagangkan turun sebesar 2,7%, setelah turun sebanyak 6,5% di awal sesi. Sementara itu, saham Coupang dan Posco Holdings turun sekitar 4,4%, sementara KT Corp. dan KB Financial turun masing-masing 1% dan 2,4%.

Presiden Korea Selatan Yoon menuding anggota parlemen oposisi mengendalikan parlemen dan mendorong negara itu ke dalam krisis politik.

"Saya menyatakan darurat militer untuk melindungi Republik Korea yang bebas dari ancaman pasukan komunis Korea Utara, untuk membasmi pasukan anti-negara pro-Korea Utara yang tercela yang menjarah kebebasan dan kebahagiaan rakyat kita, dan untuk melindungi tatanan konstitusional yang bebas," kata Yoon, menurut laporan Reuters seperti dikutip dari CNBC.

Langkah tersebut, yang belum pernah diberlakukan di negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia tersebut sejak 1980, dikritik tajam oleh anggota parlemen oposisi.Darurat militer mengacu pada penerapan sementara otoritas militer atas penduduk sipil, biasanya pada saat darurat.

 


Jalan Buntu Negosiasi

Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif pimpinan Yoon telah menemui jalan buntu dalam negosiasi dengan Partai Demokrat yang beroposisi liberal mengenai rancangan anggaran 2025.

Pria berusia 63 tahun itu mulai menjabat pada Mei 2022 tak lama setelah memenangkan pemilihan presiden dengan selisih suara paling tipis dalam sejarah negara tersebut. Kebijakan luar negerinya didominasi oleh sikap garis keras terhadap Korea Utara, sementara Yoon juga berupaya untuk memperkuat hubungan dengan AS dan Jepang.

Kantor Berita Yonhap Korea Selatan melaporkan bahwa sejumlah orang telah berkumpul di depan Majelis Nasional negara tersebut pada dini hari waktu setempat.

Panglima darurat militer Korea Selatan, Jenderal Angkatan Darat Park Ahn-soo, mengatakan sebelumnya beberapa tindakan akan mulai berlaku mulai pukul 11 ​​malam waktu untuk menjaga demokrasi liberal dan melindungi keselamatan rakyat dari kekuatan anti-negara yang mengancam untuk menggulingkan Republik Korea.

Park mengatakan semua kegiatan politik dan tindakan apa pun yang menolak atau berupaya menggulingkan sistem demokrasi liberal akan dilarang.

 


Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Umumkan Darurat Militer

Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada Selasa (3/12/2024) mengumumkan darurat militer.

Ia menyebut pihak oposisi di negara itu mengendalikan parlemen, bersimpati pada Korea Utara dan ingin melumpuhkan pemerintah dengan kegiatan anti-negara.

Yoon menyampaikan pengumuman tersebut dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi dan berjanji untuk membasmi kekuatan pro-Korea Utara dan melindungi tatanan demokrasi konstitusional, demikian dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (3/12/2024).

Belum jelas bagaimana langkah-langkah tersebut akan mempengaruhi pemerintahan dan demokrasi di negara tersebut.

Belum lama ini Presiden Yoon telah berjuang untuk mendorong agendanya melawan parlemen yang dikendalikan oposisi sejak menjabat pada 2022.

Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif dan dipimpin Yoon mengalami kebuntuan dengan pihak oposisi yang liberal, Partai Demokratik, terkait RUU anggaran tahun depan.

Presiden Yoon juga telah menolak seruan untuk melakukan investigasi independen terhadap skandal yang melibatkan istri dan pejabat tinggi. Hal ini lantas memicu kecaman keras dari saingan politiknya.

Partai Demokrat di Korea Selatan juga dilaporkan mengadakan pertemuan darurat dengan para anggota parlemen setelah pengumuman Presiden Yoon.

 

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya