Regulator Keuangan Korea Selatan Siapkan 10 Triliun Won Stabilisasi Pasar Saham

Regulator keuangan Korea Selatan menyiapkan alolasi pendanaan untuk stabilisasi pasar saham ketika dibutuhkan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Des 2024, 11:40 WIB
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, kanan, berbicara dalam rapat kabinet di kantor kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, Selasa (29/11/2022). Dalam kejadian ini ribuan pengemudi truk yang menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik membuat pemerintah lebih mungkin secara hukum memaksa para pemogok untuk kembali bekerja. (Ahn Jung-hwan/Yonhap via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Korea Selatan, Bank of Korea (BOK) mengadakan rapat dewan darurat, yang dimulai sekitar pukul 9 pagi waktu setempat menyusul pencabutan kebijakan darurat militer oleh Presiden Yoon Suk Yeol.

Pasar saham Korea Selatan juga memulai aktivitas perdagangan pada pukul 9 pagi KST seperti biasa. Sedangkan nilai tukar won bergerak stabil setelah pengumuman darurat militer dicabut. 

Mengutip CNBC International, Rabu (4/12/2024) Bank of Korea mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan likuiditas jangka pendek dan menerapkan langkah-langkah untuk menstabilkan pasar valuta asing sesuai kebutuhan, menyusul pencabutan darurat militer pada Selasa (3/12/2024).

Dalam pernyataannya, bank sentral Korea Selatan juga mengatakan akan menyediakan pinjaman khusus untuk menyuntikkan dana ke pasar, jika diperlukan.

"Seperti yang diumumkan bersama pemerintah, kami akan menyediakan likuiditas yang cukup untuk waktu yang terbatas hingga pasar keuangan dan valuta asing stabil," demikian keterangan Bank of Korea.

Kantor berita lokal Yonhap sebelumnya melaporkan bahwa regulator keuangan Korea Selatan juga menyiapkan alolasi pendanaan 10 triliun won untuk stabilisasi pasar saham ketika dibutuhkan.

"Menurut pandangan kami, dampak negatif terhadap ekonomi dan pasar keuangan dapat berlangsung singkat karena ketidakpastian pada lingkungan politik dan ekonomi dapat dengan cepat dikurangi dengan respons kebijakan yang proaktif," kata analis Citi dalam sebuah catatan, menyusul pencabutan darurat militer di Korea Selatan.

Saham Korea Selatan juga mengalami fluktuasi yang signifikan di AS pada hari Selasa (3/12) di tengah keramaian isu darurat militer di negara itu.

iShares MSCI South Korea ETF (EWY), yang melacak lebih dari 90 perusahaan besar dan menengah di Korea Selatan, merosot 7% hingga mencapai level terendah dalam 52 pekan sebelum memangkas kerugian hingga ditutup 1,6% lebih rendah.


Gerak Won Korea dengan Adanya Darurat Militer

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol saat mengumumkan status darurat militer pada Selasa (3/12/2024) malam. (Dok. AFP)

Won Korea Selatan stabil setelah sempat jatuh ke level terendah dalam dua tahun pada hari Selasa (3/12), menyusul pengumuman darurat militer secara mendadak oleh Presiden Yoon Suk Yeol.

Keputusan darurat militer itu kemudian dibatalkan selang beberapa jam.

Mengutip US News, Rabu (4/12/2024) para pedagang melaporkan bahwa bank sentral negara itu mungkin telah mendukung Won pada pembukaan hari Rabu dengan menjual dolar miliknya.

Won Korea Selatan mencapai level 1.414,58 terhadap Dolar pada hari Rabu (4/12/2024) waktu setempat.

Sementara itu, Dolar AS juga pulih dari level terendah selama tiga pekan terhadap Yen Jepang dan bertahan terhadap mata uang utama lainnya karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan pemotongan suku bunga Federal Reserve bulan ini.

Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama termasuk yen dan euro, naik 0,07% menjadi 106,39 pada Rabu (4/12).

Dolar AS menguat 0,18% ke kisaran 149,90 Yen, melanjutkan pemulihannya setelah merosot ke 148,65 Yen pada sesi sebelumnya.

Dolar AS mendapat dukungan setelah data menunjukkan lapangan pekerjaan AS meningkat secara moderat pada bulan Oktober sementara PHK menurun, bahkan ketika pejabat Federal Reserve pada hari itu tidak memberikan panduan pasti tentang apa yang akan mereka lakukan pada akhir pertemuan kebijakan berikutnya dalam waktu dua pekan.

Sedangkan Yuan China melemah mendekati level terendahnya dalam lebih dari setahun di perdagangan luar negeri, tertekan oleh dampak tarif impor baru dari Presiden Terpilih AS Donald Trump.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya