Liputan6.com, Jakarta Pakar Hukum dan Politik, Amstrong Sembiring, menegaskan pentingnya tokoh publik menggunakan gaya bahasa yang santun dan membangun saat menyampaikan ceramah atau pernyataan di ruang publik.
"Dalam komunikasi, terutama oleh tokoh publik atau pejabat, penting untuk menggunakan bahasa yang menghormati dan membangun," ujarnya, Selasa (3/12/2024).
Advertisement
Pernyataan tersebut disampaikan Amstrong terkait dengan Gus Miftah Maulana Habiburrahman, Utusan Khusus Presiden, yang kembali menjadi sorotan publik. Gus Miftah menuai kritik setelah dianggap mempermalukan pedagang kecil saat mengisi sebuah pengajian.
Momen kontroversial tersebut salah satunya dibagikan melalui akun X milik Umar Al Chelsea (@UmarHasibuan__), pada Senin (2/12/2024). Video itu memancing diskusi hangat di media sosial mengenai adab komunikasi tokoh publik.
Wajar
Menurut Amstrong, wajar jika masyarakat memiliki ekspektasi tinggi terhadap gaya komunikasi yang sopan dan inklusif, terutama dari figur yang mewakili kepentingan publik.
"Bahasa yang santun tidak hanya mencerminkan kepribadian seseorang tetapi juga menciptakan suasana yang lebih harmonis dalam masyarakat," tambahnya.
Advertisement
Kritik Positif
Ia juga mengingatkan bahwa kritik atau pendapat yang disampaikan dengan cara positif dan konstruktif akan lebih mudah diterima oleh audiens tanpa menimbulkan kesalahpahaman.
"Penggunaan kata seperti 'go*k' yang diarahkan kepada orang lain, apalagi di ruang publik, dapat dianggap tidak pantas karena berpotensi menyakiti perasaan atau merendahkan martabat orang lain," tegas Amstrong.
Ia berharap para tokoh publik lebih bijak dalam memilih kata-kata, mengingat peran mereka sebagai panutan masyarakat. Hal ini dianggap penting untuk menjaga keharmonisan sosial, terutama di tengah situasi yang semakin dinamis menjelang tahun politik.