Liputan6.com, New York - Lebih dari 115.000 orang telah mengungsi akibat dari meningkatnya pertempuran di wilayah barat laut Suriah, kata seorang koordinator kemanusiaan PBB pada Rabu (4/12/2024).
Gejolak terbaru dalam perang saudara yang telah berlangsung lama di Suriah terjadi, setelah pasukan yang menentang Presiden Bashar Assad mengusir pasukan pemerintah dari Aleppo dan merebut kota-kota dan desa-desa di bagian selatan provinsi barat laut Idlib, kemungkinan besar memanfaatkan fakta bahwa pendukung utama Assad, baik di kawasan itu maupun secara global, disibukkan dengan perang mereka masing-masing.
Advertisement
Serangan oposisi itu adalah yang pertama berlangsung di kota tersebut sejak 2016, ketika serangan udara Rusia yang brutal merebut kembali kota di wilayah barat laut itu untuk Assad, setelah pasukan pemberontak awalnya berhasil menguasainya.
Serangan itu dipimpin oleh jihadis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) serta kelompok induk milisi Suriah yang didukung Turki yang disebut Tentara Nasional Suriah, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (5/12).
Sekitar 115.000 orang telah mengungsi dalam kurun waktu sepekan akibat serangan terhadap sekolah dan rumah sakit, menurut David Carden, Wakil Koordinator Kemanusiaan Regional PBB untuk Krisis Suriah.
"Dampak langsung dari eskalasi ini dirasakan oleh masyarakat di wilayah barat laut Suriah," kata Carden, saat berpidato di sebuah kamp pengungsi internal.
Dia mendesak semua pihak untuk mematuhi hukum internasional dan memastikan warga sipil dilindungi.