Liputan6.com, Yogyakarta - Sebelum dikenal sebagai Indonesia, wilayah Nusantara telah memiliki berbagai sebutan yang mencerminkan sejarah dan perkembangannya. Mulai dari zaman kerajaan Hindu-Buddha hingga masa penjajahan, setiap nama memiliki makna dan konteks sejarah yang unik.
Perjalanan panjang sejarah Nusantara tercermin dalam beragam sebutan yang pernah digunakan untuk menyebut wilayah ini. Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah beberapa nama negeri kita sebelum menjadi Indonesia:
1. Dwipantara
Nama ini berasal dari bahasa Sanskerta, dengan arti Kepulauan Seberang. Dwipantara digunakan pada zaman kerajaan Hindu kuno di Nusantara.
Baca Juga
Advertisement
Dwipantara juga merupakan konsep yang dicetuskan oleh Raja Kertanegara dari Singosari untuk menyatukan Nusantara. Konsep ini dikenal sebagai Cakrawala Mandala Dwipantara dan digunakan untuk menggambarkan aspirasi Kertanegara agar Kepulauan Asia Tenggara bersatu di bawah kekuasaan Singosari.
Dwipantara juga pernah disebutkan dalam kisah Ramayana, yaitu ketika Rama mencari Sinta yang diculik oleh Rahwana ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Dwipantara diyakini sebagai cikal bakal lahirnya istilah Nusantara. Dalam bahasa Sansekerta, kata dwipa dan nusa memiliki arti yang sama, yaitu pulau.
2. Nusantara
Pada era Majapahit, istilah ini muncul dalam Sumpah Palapa Gajah Mada, melambangkan wilayah kepulauan yang bersatu. Dalam Sumpah Palapa, Gajah Mada menggunakan istilah Nusantara untuk menyebut pulau-pulau yang berada di luar pusat pemerintahan Majapahit di Jawa.
Daerah-daerah yang dimaksud oleh Gajah Mada adalah Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik. Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
Kata Nusantara berasal dari dua kata, yaitu nusa yang berarti pulau dan antara yang berarti luar atau seberang. Makna istilah Nusantara berubah dari waktu ke waktu.
Saat Majapahit mulai runtuh, istilah Nusantara terlupakan oleh masyarakat. Pada abad ke-20, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan kembali istilah Nusantara sebagai alternatif penyebutan Hindia Belanda.
Hindia
3. Hindia
Vasco Da Gama, penjelajah Portugis, memperkenalkan nama ini saat menemukan kepulauan Indonesia pada abad ke-15. Ia berangkat dari Lisbon pada 1497 dengan empat kapal dan 170 awak.
Vasco da Gama mengikuti rute Bartolomeu Dias hingga sampai di Tanjung Harapan di ujung selatan Afrika. Setelah itu, ia menyusuri pantai timur Afrika yang belum dipetakan. Pada 20 Mei 1498, Vasco da Gama mencapai Calicut atau Kozhikode di India.
Penemuan Vasco da Gama memperkuat dominasi Portugis di pasar rempah-rempah. Selain itu, penemuan ini juga mengubah peta perdagangan global dan membuka jalan bagi eksplorasi dan kolonisasi lebih lanjut di Asia.
4. Hindia Belanda
Setelah Belanda menjajah pada 1596, nama Hindia diubah menjadi Hindia Belanda sebagai simbol kekuasaan mereka.
5. Insulinde
Diperkenalkan oleh Edward Douwes Dekker pada abad ke-19. Insulinde berasal dari bahasa Latin yang berarti Kepulauan.
Dekker bertujuan untuk memberikan citra yang lebih positif dibandingkan dengan sebutan Hindia Belanda. Maksud dari Dekker adalah menjauhkan diri dari konotasi negatif kolonialisme yang melekat pada istilah Hindia Belanda.
6. Kepulauan Melayu
Alfred Russel Wallace memperkenalkan nama Kepulauan Melayu pada tahun 1869. Penjelajah Inggris ini menekankan keunikan budaya Melayu di kepulauan tersebut.
Alfred Russel Wallace adalah naturalis Inggris yang meneliti flora dan fauna di Indonesia pada awal abad ke-19. Ia juga dikenal sebagai pencetus Teori Evolusi lewat seleksi alam.
Wallace juga menulis buku berjudul The Malay Archipelago yang merupakan hasil dari ekspedisinya di Kepulauan Nusantara selama 8 tahun (1854-1862). Dalam buku tersebut, Wallace menuliskan bahwa penduduk suku Melayu di Semenanjung Malaka memiliki bahasa tersendiri yang disebut sebagai bahasa Melayu.
Advertisement
To-Indo
7. To-Indo
Digunakan oleh Jepang saat menduduki Indonesia pada Perang Dunia II. Jepang menggunakan tenaga kerja paksa atau romusha untuk membangun berbagai infrastruktur selama menduduki Indonesia pada Perang Dunia II.
Romusha adalah masyarakat pedesaan yang dipaksa untuk membangun fasilitas perang, seperti benteng pertahanan, lubang pertahanan, jembatan, pelabuhan, dan gudang penyimpanan bahan makanan. Jepang juga memanfaatkan sumber daya alam Indonesia, terutama minyak bumi, untuk mendukung perang mereka melawan Pasukan Sekutu di Asia Pasifik.
8. Indonesia
Nama ini mulai diperkenalkan oleh James Richardson Logan pada 1850, lalu digunakan resmi setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945. Nama Indonesia berasal dari kata Indus (Hindia) dan nesia (kepulauan).
Nama ini dicetuskan oleh James Richardson Logan, seorang pengacara asal Skotlandia, dan George Samuel Windsor Earl, seorang ahli geografi. Nama Indonesia pertama kali muncul dalam artikel ilmiah berjudul "The Ethnology of the Indian Archipelago" yang ditulis oleh James Richardson Logan pada tahun 1850. Artikel tersebut terbit di majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang terbit di Singapura.
Nama Indonesia digunakan sebagai istilah geografi, hukum, dan politik. Pada masa pergerakan nasional, istilah Indonesia mulai digaungkan, terutama pada peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Istilah Indonesia dipopulerkan di Asia sebagai istilah akademik oleh etnografer Jerman, Adolf Philipp Wilhelm Bastian (1826-1905).
Penulis: Ade Yofi Faidzun