Tren Bearish Kembali Mendominasi Gerak Harga Emas, Tahan atau Jual?

Faktor utama yang menekan harga emas adalah penguatan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang naik ke 4,21%. Selain itu, Indeks Dolar AS, meski sedikit melemah ke 106,20, tetap memberikan tekanan pada logam mulia ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Des 2024, 10:44 WIB
Harga emas diprediksi tetap berfluktuasi dalam kisaran sempit, dengan peluang koreksi lebih lanjut ke bawah jika tren bearish terus mendominasi. Ilustrasi harga emas dunia (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperdagangkan dalam kisaran sempit di sekitar USD 2.650 pada Kamis 6 Desember 2024. Hal ini menandakan keraguan di kalangan investor menjelang rilis data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) bulan November pada hari ini.

Ketidakpastian ini terjadi di tengah ekspektasi pasar terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) pada pertemuan kebijakan moneter 18 Desember.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha mengatakan, pola candlestick dan indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa tren bearish kembali mendominasi pergerakan harga emas. Oleh sebab itu, harga emas hari ini memiliki potensi turun hingga USD 2.606 sebagai target pertama.

"Namun, jika harga berhasil rebound, kenaikan diperkirakan akan mencapai level USD 2.626 sebagai target terdekatnya," jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (6/12/2024).

Faktor utama yang menekan harga emas adalah penguatan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang naik ke 4,21%. Selain itu, Indeks Dolar AS (DXY), meski sedikit melemah ke 106,20, tetap memberikan tekanan pada logam mulia ini. Harga emas juga mencatatkan penurunan ke level terendah dua minggu di USD 2.614 pada hari Jumat ini.

Data NFP yang akan dirilis hari ini, sangat dinantikan oleh para pelaku pasar karena dapat menjadi penentu langkah kebijakan The Fed. Saat ini, pasar memprediksi kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,25%-4,50%.

Ekspektasi ini muncul di tengah data pasar tenaga kerja yang menunjukkan kenaikan klaim awal tunjangan pengangguran menjadi 224.000 pada pekan terakhir November, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 215.000.

Para ekonom memperkirakan AS akan menambah sekitar 200 ribu pekerjaan baru pada November, jauh lebih tinggi dibandingkan hanya 12 ribu pekerjaan pada Oktober yang terdampak badai. Tingkat pengangguran juga diprediksi meningkat dari 4,1% menjadi 4,2%.

 


Ketegangan Geopolitik

Harga jual emas batangan Antam ukuran satu gram dibanderol di harga Rp 599.000 per gram, Jakarta, Senin (10/10). Jumlah itu tidak mengalami perubahan dari harga perdagangan akhir pekan kemarin, yakni Rp 599.000 per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, penurunan harga emas saat ini masih memiliki dukungan dari ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Secara historis, emas sering kali menjadi aset yang menarik ditengah situasi geopolitik yang memanas. Ketegangan ini diperkirakan akan terus menopang daya tarik logam mulia dalam jangka pendek hingga menengah.

Meskipun tekanan bearish mendominasi, Nugraha mengingatkan bahwa volatilitas pasar emas akan meningkat tajam setelah rilis data NFP.

Selain itu, data Pendapatan Per Jam Rata-Rata AS juga akan diawasi untuk mendapatkan gambaran tentang pertumbuhan upah, yang dapat memengaruhi inflasi dan prospek kebijakan moneter The Fed.

Dengan situasi pasar yang dinamis ini, investor/trader emas diimbau untuk tetap waspada terhadap perkembangan data ekonomi AS dan mempertimbangkan manajemen risiko yang baik. Kombinasi sentimen fundamental dan teknikal saat ini memberikan indikasi bahwa pasar emas akan menghadapi tantangan besar dalam menentukan arah hingga data NFP dirilis.

Harga emas diprediksi tetap berfluktuasi dalam kisaran sempit, dengan peluang koreksi lebih lanjut ke bawah jika tren bearish terus mendominasi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya