Ada Tarif Impor Trump, Pengusaha Ajak Pemerintah Pendekatan Strategis ke Mitra Dagang AS

Dunia usaha tengah dibayangi kemungkinan dampak dari tarif impor baru Amerika Serikat, yang akan menjadi kebijakan ekonomi Presiden Terpilih Donald Trump.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 06 Des 2024, 15:30 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (29/10/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan Indonesia pada September 2021 mengalami surplus US$ 4,37 miliar karena ekspor lebih besar dari nilai impornya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Dunia usaha tengah dibayangi kemungkinan dampak dari tarif impor baru Amerika Serikat, yang akan menjadi kebijakan ekonomi Presiden Terpilih Donald Trump.

Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump mengejutkan pengusaha global dengan pengumuman rencana kenaikan tarif impor barang dari Tiongkok hingga 10%.

Sebelumnya, Trump berencana mengenakan tarif sebesar 60% untuk barang-barang Tiongkok saat berkampanye untuk menjadi presiden.

Tak hanya China, Trump juga berencana memberlakukan tarif impor sebesar 25% pada Meksiko dan Kanada.

Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sarman Simanjorang mengatakan bahwa ia berharap Pemerintah dapat meningkatkan lobi dan komunikasi dengan mitra dagang RI di AS, sehingga eksportir Indonesia tidak merasakan beban yang berat dari tarif impor baru.

“Bagaimana Pemerintah, termasuk kedutaan besar dan perwakilan, serta Kementerian Perdagangan kita melakukan komunikasi dan lobi-lobi dengan (mitra dagang) Amerika,” kata Sarman kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (6/12/2024).

“Terutama kalau kita lihat jika dibandingkan dengan produk Indonesia, produk-produk Tiongkok ini sangat besar jumlahnya ke Amerika,” sambungnya.

Hubungan RI-AS Terjaga

Namun Sarman optimis, dengan hubungan bilateral dan perdagangan RI-AS yang sangat baik, Pemerintah mampu melakukan pendekatan yang strategis untuk me-loby mitra dagang di Amerika.

“Artinya dengan hubungan bilateral yang sangat baik saat ini, dan tingkat investasi Amerika di Indonesia cukup bagus, mudah-mudahan pendekatan yang dilakukan Pemerintah Indonesia bisa meyakinkan Trump untuk memiliki kebijakan tersendiri pada Indonesia,” bebernya.

“Karena beliau kan juga melihat hibungan dagang dengan kita cukup bagus, kita juga tidak ada ketegangan dagang dengan negara manapun, sehingga dengan adanya lobi-lobi dengan Pemerintahan Trump nantinya produk-produk Indonesia yang masuk ke Amerika mendapat dispensasi atau keringanan pada tarifnya,” imbuh Sarman.


The Fed Soroti Dampak Tarif Impor Donald Trump pada Perusahaan AS

Donald Trump memasuki arena sesaat sebelum dimulainya babak utama dengan didampingi oleh kepala eksekutif UFC, Dana White, pendukung utamanya selama kampanye pemilihan presiden 2024. (Kena Betancur/AFP)

Tarif impor selama masa jabatan pertama Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump menurunkan nilai saham pada hari tarif tersebut diumumkan.

Mengutip US News, Jumat (6/12/2024) analisis baru oleh staf Federal Reserve Bank of New York, menyoroti dampak dari kebijakan tarif tersebut terhadap laba, penjualan, dan lapangan kerja yang lebih rendah pada masa mendatang bagi perusahaan-perusahaan AS yang harga ekuitasnya terpukul paling kera. 

Perusahaan-perusahaan AS yang terlibat langsung dalam perdagangan dengan China misalnya, di mana sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa, mengalami kerugian pasar saham yang lebih besar ketika tarif impor impor Trump pertama kali diumumkan selama tahun 2018 dan 2019, dan selama dua tahun berikutnya mengalami penurunan laba sekitar 13% lebih rendah daripada yang lain.

"Salah satu motivasi utama untuk mengenakan tarif pada barang-barang impor adalah untuk melindungi perusahaan-perusahaan AS dari persaingan asing. Dengan mengenakan pajak impor, harga domestik menjadi relatif lebih murah, dan warga Amerika mengalihkan pengeluaran dari barang-barang asing ke barang-barang domestik," ungkap ekonom The Fed New York, termasuk Mary Amiti, kepala studi pasar tenaga kerja dan produk di kelompok penelitian bank tersebut.

"Namun, sebagian besar perusahaan mengalami kerugian valuasi yang besar pada hari pengumuman tarif. Kami juga mendokumentasikan bahwa kerugian finansial ini berdampak pada pengurangan laba, lapangan kerja, penjualan, dan produktivitas tenaga kerja di masa mendatang,” ungkap para analis The Fed New York.

Tim peneliti New York The Fed menambahkan, karena rantai pasokan global rumit dan negara-negara asing membalas, hasil analisis menunjukkan perusahaan mengalami kerugian besar dalam arus kas yang diharapkan dan hasil riil. "Kerugian ini bersifat luas, dengan perusahaan yang terpapar ke China mengalami kerugian terbesar,"

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya